Foto: Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata (Gus Par), bersama Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa (Guru Pandu), turun langsung ikut memanen cabai rawit hasil budidaya kelompok tani muda Karma Seraya.
Karangasem, KabarBaliSatu
Desa Seraya, Karangasem, selama ini dikenal sebagai kawasan lahan kering yang menantang bagi sektor pertanian. Namun, siapa sangka, dari tanah yang keras itu kini tumbuh harapan baru—dipelopori oleh tangan-tangan muda yang memadukan semangat bertani dengan teknologi modern.
Pada Kamis (27/3), Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata (Gus Par), bersama Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa (Guru Pandu) dan Sekda I Ketut Sedana Merta, turun langsung ke lapangan untuk ikut memanen cabai rawit hasil budidaya kelompok tani muda Karma Seraya. Di atas lahan seluas tiga are, mereka berhasil memanen cabai perdana dari 1.000 pohon yang ditanam dalam sistem pertanian berbasis teknologi Internet of Things (IoT).
Lahan pertanian yang diberi nama Screenhouse oleh kelompok tersebut menjadi contoh nyata bahwa pertanian modern bisa menjadi solusi atas keterbatasan lahan dan iklim, sekaligus pintu masuk bagi generasi muda untuk kembali mencintai dunia pertanian.
“Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini. Ini bukti nyata bahwa lahan kering pun bisa produktif dengan sentuhan teknologi,” tegas Gus Par. Ia pun langsung menginstruksikan Dinas Pertanian untuk menggencarkan pengembangan model pertanian serupa di wilayah-wilayah kering lainnya seperti Kecamatan Kubu, Abang, dan Seraya.
Dalam sekali panen, para petani muda itu mampu menghasilkan lima kilogram cabai rawit, dengan harga pasar saat ini mencapai Rp110.000 per kilogram. “Bayangkan, baru dari panen pertama saja mereka sudah bisa menghasilkan lebih dari Rp500 ribu. Kalau ini terus dikembangkan, hasilnya bisa luar biasa,” kata Gus Par.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, menambahkan bahwa dengan sistem pertanian berbasis IoT, target panen selama enam bulan bisa mencapai 1.000 kilogram. Ini pencapaian besar untuk wilayah yang selama ini tak dikenal sebagai lumbung pertanian.
“Semua bisa dikontrol dari ponsel: penyiraman, pemupukan, hingga pengaturan suhu. Ini bukan sekadar pertanian, ini revolusi digital di ladang,” jelas Ketua Kelompok Tani Karma Seraya, I Wayan Widodo Jantriada.
Ia pun menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan penuh dari pemerintah daerah, seraya berharap pertanian modern ini terus mendapat dukungan agar makin banyak anak muda yang tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.
Panen perdana ini bukan sekadar seremoni. Ia adalah sinyal kuat bahwa Karangasem tengah menggeser paradigma pertanian: dari konvensional menuju cerdas dan berkelanjutan. Dan yang terpenting, digerakkan oleh generasi muda. (kbs)