Foto: Tokoh muda Klungkung Gde Artison Andarawata, yang lebih akrab disapa Soni.
Klungkung (KabarBaliSatu)-
Dalam gemuruh suksesi kepemimpinan di Kabupaten Klungkung, muncul sinar harapan yang dipancarkan oleh seorang tokoh muda yang penuh semangat dan visi besar. Gde Artison Andarawata, yang lebih akrab disapa Soni, berdiri di hadapan masyarakat Klungkung dengan tekad kuat untuk membawa perubahan nyata dengan niat mulai maju sebagai Calon Bupati Klungkung pada Pilkada Klungkung November 2024 ini.
Sosok muda yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Klungkung ini tidak hanya menawarkan janji, tetapi juga keyakinan bahwa masa depan Klungkung bisa lebih cerah, berakar kuat pada budaya, dan kembali meraih kejayaannya yang dulu.
Sejak memulai perjalanan politiknya pada tahun 2011, Soni telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Bali, khususnya di tanah Klungkung.
Di setiap sudut kabupaten ini, dia melihat sejarah yang terlupakan, ukiran kuno yang mulai memudar, dan arsitektur Bali yang mulai kehilangan identitas aslinya. Baginya, ini bukan sekadar tentang bangunan atau seni, tetapi tentang menjaga roh dan jiwa Klungkung, tentang menghormati leluhur, dan memastikan bahwa warisan ini tetap hidup untuk generasi yang akan datang.
Soni tak tinggal diam saat melihat peninggalan budaya yang terancam punah. Ia merasa terpanggil untuk melindungi apa yang seharusnya menjadi kebanggaan dan identitas Klungkung. Dalam upayanya, lahirlah Peraturan Daerah Klungkung Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cagar Budaya. Sebuah peraturan yang menjadi tameng pelindung bagi warisan berharga ini, memberikan jaminan bahwa peninggalan budaya Klungkung tidak akan hilang begitu saja ditelan zaman.
Tidak hanya itu, dengan berdirinya Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Klungkung, Soni melihat sebuah harapan baru. Harapan bahwa warisan budaya yang tak ternilai ini tidak hanya akan terlestarikan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya, membangun Klungkung yang lebih berbudaya dan bermartabat.
Dalam salah satu foto yang mengabadikan Soni, ia berdiri kokoh di antara dua patung karya pengukir gaya Klungkung, sebuah seni yang kini nyaris tanpa penerus. Ada kesedihan yang terpancar di matanya, kesedihan melihat seni yang begitu indah dan khas perlahan menghilang. Tapi di balik itu, ada tekad yang membara. Tekad untuk menjaga agar ukiran Klungkung tidak sekadar menjadi kenangan, tetapi terus hidup dan berkembang.
Soni berjanji, langkahnya ke depan akan selalu beriringan dengan komitmen kuat untuk melestarikan dan memuliakan warisan budaya Klungkung. Karena baginya, kejayaan Klungkung tidak bisa dipisahkan dari warisan budayanya. Hanya dengan menjaga akar, pohon kehidupan Klungkung bisa tumbuh subur dan memberi buah yang manis bagi generasi yang akan datang. (kbs)