BerandaLingkunganKarangasem Perangi Sampah! Tabung Sampah, Panen Rupiah dari Bank Sampah Central Amlapura

Karangasem Perangi Sampah! Tabung Sampah, Panen Rupiah dari Bank Sampah Central Amlapura

Komitmen Serius dan Aksi Nyata Bupati Gus Par Wujudkan Bali Bersih Sampah Banjir Apresiasi

Foto: Ilustrasi Karangasem memerangi sampah dengan bank sampah dan mendukung Gerakan Bali Bersih Sampah.

Karangasem, KabarBaliSatu

Di tengah hiruk-pikuk Amlapura yang terus bergeliat, ada sebuah kisah kecil tentang harapan besar: Bank Sampah Central Amlapura. Semakin hari, nasabah bank sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem ini kian bertambah, seolah menandakan tumbuhnya kesadaran baru di hati masyarakat. Dari yang awalnya hanya 110 orang, kini telah menjadi 131 nasabah yang setia memilah dan menabung sampah.

Namun, di balik geliat ini, tersimpan kegelisahan. Meski jumlah nasabah bertambah, stok sampah plastik justru masih jauh dari cukup. “Permintaan plastik berbagai jenis sangat tinggi. Itulah sebabnya kami tetap kekurangan, meskipun nasabah meningkat,” ungkap Kepala DLH Karangasem, I Nyoman Tari, saat memantau proses pemilahan di Bank Sampah Central Amlapura, Jalan Ngurah Rai, Jumat (25/4/2025).

Para nasabah datang dari kalangan pegawai dinas, petugas kebersihan, hingga pihak hotel. Sayangnya, rumah tangga—yang justru menjadi sumber sampah terbesar—belum banyak ambil bagian. Padahal, upaya sosialisasi sudah dilakukan berkali-kali, mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah, mengumpulkannya, lalu menabungkan hasilnya di bank sampah. Dengan sekali setoran, mereka langsung mendapat buku tabungan, lengkap dengan nominal berdasarkan jenis sampah.

Baca Juga  Gubernur Koster Dipuji sebagai Peneliti Tangguh, Kemendiktsaintek Dukung Program Satu Keluarga Satu Sarjana

Bank Sampah Central Amlapura ini berkolaborasi erat dengan Bank Sampah Pertiwiku di Banjar Perasi, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem. Bersama, mereka berharap membangun budaya baru: memuliakan sampah menjadi berkah.

Harga sampah yang dibeli bank sampah cukup beragam: botol plastik dihargai Rp 2.000 per kilogram, sampah campuran Rp 400, kaleng Rp 800, botol kaca Rp 50, dan berbagai jenis plastik PET mulai dari Rp 800 hingga Rp 3.500 tergantung kebersihan dan warnanya. Kardus pun dihargai Rp 1.000 per kilogram.

Ironisnya, meski sudah ada larangan membuang sampah organik dan campuran ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjar Linggasana di Desa Bhuana Giri—kini hanya sampah residu yang boleh dibuang—masyarakat masih belum sepenuhnya tergerak untuk memilah. Padahal harapannya sederhana: jika sampah dipilah sejak dari rumah, plastik akan terkumpul lebih banyak dan dapat disalurkan ke bank sampah.

Baca Juga  Wagub Giri Prasta Kukuhkan Tanam Tuwuh Bali: Fokus Bantu Balita tanpa Orang Tua hingga Pendidikan Anak di Pelosok

Selama tahun 2023, Bank Sampah Central Amlapura berhasil mengumpulkan 12.550 kilogram sampah plastik. Namun, dalam kurun waktu Januari hingga September 2024, jumlah ini anjlok drastis menjadi hanya 4.762 kilogram.

Bank Sampah Central Amlapura, kini, berdiri di persimpangan: antara impian menciptakan lingkungan bersih dan tantangan mengubah kebiasaan masyarakat. Tetapi dengan semangat yang menyala, dukungan pemerintah, dan perlahan bertumbuhnya kesadaran warga, harapan itu masih tetap hidup—mengalir seperti sungai yang setia mencari muaranya.

Di sisi lain Gerakan Bali Bersih Sampah terus bergema. Namun dari seluruh penjuru Bali, Karangasem menunjukkan denyut semangat yang paling kuat. Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata yang akrab disapa Gus Par tak hanya hadir sebagai simbol, tetapi sebagai panglima perubahan.

“Menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah, tapi juga tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat Bali. Karangasem siap mendukung gerakan ini demi masa depan yang bersih dan berkelanjutan,” ucapnya penuh keyakinan.

Sebagai bentuk nyata dari tekadnya, Gus Par langsung menginstruksikan strategi komprehensif di wilayah Gumi Lahar. Ia memimpin gerakan dari hulu hingga hilir—menggerakkan seluruh jajaran OPD, desa adat, sekolah, pelaku usaha, hingga para pemangku adat dan pecalang. Gerakan gotong royong ini tidak sekadar mengangkut sampah, tapi mengubah cara berpikir dan cara hidup masyarakat Karangasem terhadap lingkungan.

Baca Juga  Gubernur Koster Pimpin Rakor Percepatan Pembangunan, Gandeng Berbagai Pihak Kebut Program Pembangunan Bali! Semua Tuntas di Periode Kedua

Gus Par menyadari, Karangasem bukan sekadar sebuah kabupaten. Ia adalah jantung spiritual Bali, tempat para leluhur menanam doa dan harapan. Maka sudah semestinya Karangasem menjadi The Spirit of Bali yang bersih, indah, dan nyaman, seperti mantra yang menyejukkan jiwa.

Tak hanya membatasi plastik sekali pakai, Gus Par mendorong pengelolaan sampah berbasis sumber dari rumah tangga. Ia mendorong pendirian bank sampah di tiap kecamatan, memperkuat peran desa adat sebagai ujung tombak, dan menggandeng dunia usaha untuk terlibat dalam pengolahan limbah yang ramah lingkungan.

“Saya ingin anak cucu kita nanti masih bisa mencium aroma laut, mendengar gemericik sungai, dan melihat matahari terbit di Gunung Agung tanpa tertutup asap pembakaran sampah,” ujarnya lirih namun menggugah hati. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini