Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer.
Badung, KabarBaliSatu
I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ), perusahaan yang menggarap proyek strategis Moda Raya Terpadu (MRT) Bali. Kabar pengunduran diri ini dikonfirmasi oleh Komisaris PT SBDJ, Dody Miharjana, yang menyebut bahwa keputusan tersebut diambil Ari Askhara karena alasan pribadi.
“Saat ini kami sedang memproses pengunduran diri beliau dan menyiapkan sosok pengganti sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik,” ujar Dody.
Menanggapi dinamika ini, Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer, menyayangkan mundurnya Ari Askhara di tengah tahapan penting proyek MRT Bali, yang menurutnya merupakan solusi konkret atas kemacetan di Pulau Dewata.
“Ya, kita persoalan Bali sekarang ini adalah nyaman dan aman. Nyaman, dalam arti kita sedang banyak dikritik soal macet. Banyak teman-teman saya malas ke Bali karena sudah mulai macet. Dan saya melihat MRT adalah suatu jawaban untuk area-area macet. Dimanapun di dunia, solusi dari macet adalah transportasi massal,” tegas Demer saat ditemui di kediamannya, di Demer House, Perumahan Persada, Jalan Tunjung I No.11, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Kabupaten Badung belum lama ini.
Ia juga mengapresiasi Pemprov Bali yang telah menghidupkan kembali Trans Metro Dewata (TMD) sebagai langkah awal menuju sistem transportasi publik yang lebih baik di Bali. Namun, ia menekankan pentingnya keberlanjutan proyek MRT sebagai bagian dari transformasi mobilitas di Bali.
“Mundurnya Ari Askhara sangat disayangkan. Kalau ini sampai tidak terjadi (proyek MRT batal), aduh sangat disayangkan,” ujar Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu.
Demer sebenarnya berharap Ari Askhara dapat melanjutkan proyek MRT Bali. Namun, apabila keputusan untuk mundur sudah final, ia menekankan agar hal tersebut tidak menjadi kendala dalam keberlangsungan proyek. Menurutnya, penyelesaian persoalan kemacetan di Bali merupakan prioritas yang sangat penting.
“Saya sangat mengharapkan Pak Ari terus melanjutkan proyek ini. Tapi kalau sudah menjadi pilihannya, kita harap jangan sampai ini jadi kendala. Kita sangat mementingkan penyelesaian soal kemacetan di Bali,” ujar wakil rakyat yang sudah lima periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali itu.
Kembali dalam konteks pengunduran diri Ari Askhara dari posisi Direktur Utama PT SBDJ, Demer menekankan pentingnya koordinasi antara manajemen perusahaan dan Pemerintah Provinsi Bali agar tidak menimbulkan ketidakpercayaan dari investor maupun masyarakat. Ia berharap, mengingat baik Ari Askhara maupun Gubernur Bali sama-sama berasal dari Bali, komunikasi dapat terjalin secara baik demi mewujudkan tujuan bersama, yaitu terlaksananya proyek MRT Bali sebagai solusi atas permasalahan kemacetan di Pulau Dewata.
Demer juga menegaskan bahwa proyek ini harus terus berjalan dan tidak boleh sampai mangkrak, mengingat skema pembiayaannya murni berasal dari pihak swasta dengan pendekatan business to business, tanpa menggunakan dana dari APBD maupun APBN.
“Saya tidak tahu persis persoalan yang terjadi, tapi saya berharap karena Pak Ari Askhara juga orang Bali, Pak Gubernur juga orang Bali, bisa dirundingkan dengan baik agar LRT ini tetap bisa terwujud. Jangan sampai mangkrak,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bersama PT SBDJ telah memulai proyek pembangunan MRT Bali pada 4 September 2024. Pembangunan itu ditandai dengan digelarnya upacara Pengeruwakan TOD Sentral Parkir Kuta yang kala itu dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Bali Mahendra Jaya.
Adapun, skema pendanaan dalam proyek tersebut diklaim sepenuhnya dibiayai oleh swasta dengan pendekatan business to business. Artinya, proyek MRT Bali dibangun tanpa menggunakan anggaran belanja negara dan/atau daerah maupun pinjaman yang dijamin oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. (kbs)