BerandaDaerahTarian Semesta di Gumi Serombotan: 500 Penari Rejang Taksu Buana Membuka Festival...

Tarian Semesta di Gumi Serombotan: 500 Penari Rejang Taksu Buana Membuka Festival Semarapura 2025

Foto : Tarian Rejang Taksu Buana membuka Festival Semarapura 2025, Senin sore (28/4/2025).

Klungkung, KabarBaliSatu

Senin sore (28/4/2025), langit Klungkung menyambut senja dengan nuansa magis. Di pelataran suci Catus Pata, 500 penari perempuan berselendang keanggunan menari serempak. Gerak mereka lembut, namun penuh daya. Itulah Tari Rejang Taksu Buana — tarian yang tak sekadar tontonan, tapi lantunan jiwa Bali yang membumi dan menjulang sekaligus.

Ribuan pasang mata menyaksikan, diam dalam kagum. Di antara gemuruh tepuk tangan dan denting gamelan Sanggar Kayonan, aura semesta seolah hadir di antara manusia. Dalam setiap putaran tubuh dan ayunan tangan, tersirat makna-makna sakral: Windhu yang melingkar, Caturpada yang tegas, dan Tri Kona yang mengarah—melambangkan semesta, kehidupan, dan keharmonisan.

Baca Juga  Langkah Awal Proyek Subway Bali, Rapat Koordinasi Dipimpin PJ Gubernur

Tarian agung ini membuka Festival Semarapura ke-7, sekaligus menandai peringatan HUT ke-117 Puputan Klungkung dan ulang tahun ke-33 Kota Semarapura. Namun, lebih dari sekadar perayaan, festival ini adalah napas kebangkitan. Tema tahun ini, Nayaka Maetala Udaya, memuat pesan kuat: tanah kelahiran akan bersinar di tangan pemimpin yang bijaksana.

Ritual pembukaan digelar dalam simbol suci: ‘Gandewa Buncah Ambuning Tawang’. Busur dilepaskan ke langit, menembus tabir gelap menuju terang. Anak panah yang dilepaskan oleh Bupati I Made Satria, pejabat kementerian, hingga para tokoh adat, adalah janji bagi masa depan Klungkung — terang, hidup, dan lestari.

Baca Juga  Aroma Sate, Tawa Pelajar, dan Semangat Semarapura

Bupati Satria, dalam sambutannya, menyebut festival ini sebagai wujud komitmen untuk memuliakan seni dan budaya. “Empat hari ke depan, Klungkung menjadi panggung kebanggaan. Dari UMKM hingga panggung seni, semua hadir untuk rakyat,” ujarnya.

Selama lima hari, lebih dari 2.000 seniman akan menyuguhkan parade budaya: dari tari, musik, kuliner, hingga fashion. Bahkan pelaku UMKM diberi ruang luas, dengan 122 tenda kriya dan kuliner. Targetnya bukan hanya transaksi Rp 10 miliar, tetapi juga kebangkitan nilai dan identitas lokal.

Di tengah gemerlap festival, Klungkung tak sekadar berpesta. Ia bercerita tentang masa lalu, merayakan hari ini, dan menyulam harapan untuk esok yang lebih cerah.(kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini