Foto: Momen penyerahan penghargaan Desa Cantik Terbaik 2025 oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan didampingi Kepala BPS serta Wakil Kepala BPS, dan diterima oleh Kepala Desa Penyaringan bersama Wakil Bupati Jembrana.
Jakarta, KabarBaliSatu
Provinsi Bali kembali mengukir prestasi membanggakan di tingkat nasional. Dalam ajang penghargaan Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) Terbaik Nasional 2025, Desa Kukuh di Kabupaten Tabanan berhasil meraih peringkat pertama, sementara Desa Penyaringan di Kabupaten Jembrana menempati posisi kedua. Capaian gemilang ini menjadikan Bali sebagai provinsi dengan raihan terbanyak dalam kompetisi yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) RI.
Penghargaan diserahkan di Grand Platinum Hotel, Jakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Statistik Nasional, 26 September 2025. Penghargaan diserahkan oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan didampingi Kepala BPS serta Wakil Kepala BPS, dan diterima oleh Kepala Desa Penyaringan bersama Wakil Bupati Jembrana.
Ajang Desa Cantik merupakan bentuk apresiasi BPS RI kepada desa-desa yang dinilai berhasil dibina oleh BPS kabupaten dalam mengelola data statistik secara efektif, akurat, dan berkelanjutan sebagai dasar perencanaan pembangunan yang tepat sasaran.
Dengan mengusung tema “Subak Tangguh, Data Terkelola: Desa Penyaringan Wujudkan Ketahanan dan Kedaulatan Pangan”, Desa Penyaringan mencuri perhatian juri berkat kemampuannya memadukan sistem pengelolaan data modern dengan kearifan lokal melalui sistem subak—warisan budaya Bali yang telah diakui dunia.
Kepala BPS Kabupaten Jembrana, Rocky Gunung Hasudungan, menegaskan keberhasilan ini lahir dari kolaborasi multipihak. “Capaian ini tidak lepas dari kerja sama antara pemerintah desa, kelompok tani, prajuru subak, akademisi dari Universitas Indonesia dan Hitotsubashi University Jepang, serta dukungan penuh dari BPS kabupaten maupun provinsi,” ujarnya.
Salah satu terobosan unggulan Desa Penyaringan adalah pengembangan sistem data spasial untuk pengelolaan produksi padi sawah. Dengan menggunakan citra udara dari drone yang diolah melalui teknologi machine learning, desa ini menghasilkan peta digital petak sawah yang presisi sesuai batas alami pematang. Peta ini kemudian diperkaya dengan data hasil PESAT (Pendataan Petani Subak Terintegrasi), yang mencakup identitas petani, tanggal tanam, jenis bibit, estimasi hasil panen, hingga harga jual gabah.
Program ini bahkan telah dituangkan dalam rancangan Peraturan Desa (Perdes) sebagai payung hukum bersama para pemangku kepentingan. “Inovasi ini menjadi fondasi penting untuk penyusunan program kerja desa yang lebih efektif, transparan, dan berbasis bukti,” tambah Rocky.
Sementara itu, Desa Kukuh di Kecamatan Marga, Tabanan, berhasil meraih posisi puncak berkat kekuatan dalam menyuarakan data lokal untuk pengambilan kebijakan berbasis bukti. Salah satu inovasi yang mendapat sorotan adalah pengelolaan isu keberadaan monyet ekor panjang di kawasan wisata Alas Kedaton.
“Data bukan hanya alat pelaporan, tapi telah menjadi sarana advokasi dan dasar pengambilan keputusan yang konkret,” jelas perwakilan BPS Tabanan. Melalui pendataan yang sistematis, Desa Kukuh mampu mengidentifikasi pola interaksi manusia-satwa, menghitung dampak sosial-ekonomi, sekaligus menyusun kebijakan lokal yang adaptif.
Keberhasilan dua desa asal Bali ini mendapat apresiasi dari Dr. I.G.A. Diah Werdhi S.W.S., SE, MM, anggota Tim Percepatan Pembangunan Bali sekaligus tokoh asal Desa Penyaringan. “Tentu kami sangat bangga dan mengapresiasi capaian dua desa di Bali yang berhasil meraih Penghargaan Desa Cantik Terbaik 2025, khususnya Desa Penyaringan. Ini adalah bukti nyata bahwa desa-desa di Bali memiliki kapasitas luar biasa dalam mengelola data, memberdayakan masyarakat, serta menjalankan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, penghargaan ini bukanlah akhir, melainkan titik awal untuk terus meningkatkan prestasi. “Capaian ini adalah hasil dari kerja keras perangkat desa, kolaborasi dengan masyarakat, dan pemanfaatan data yang akurat sebagai dasar perencanaan pembangunan,” tegasnya.
Dr. Diah Werdhi menilai keberhasilan Desa Kukuh dan Penyaringan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. “Dengan tata kelola yang baik, pemanfaatan data secara optimal, dan keterlibatan aktif masyarakat, kita bisa mendorong transformasi desa yang sesungguhnya,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa pembangunan desa merupakan fondasi utama pembangunan Bali. “Ketika desa kuat, maka Bali pun akan semakin kokoh dalam mewujudkan visi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada kearifan lokal,” pungkasnya.
Capaian Desa Kukuh dan Desa Penyaringan sekaligus mencerminkan komitmen kuat Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dalam membangun tata kelola desa berbasis data. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa desa bukan hanya objek pembangunan, melainkan subjek utama yang mampu menjadi pelopor inovasi statistik. (kbs)