Foto: Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar dari Fraksi Partai Gerindra, Ida Bagus Yoga Adi Putra yang akrab Gus Yoga bersama para pecalang dari Desa Adat Sanur.
Denpasar, KabarBaliSatu
Di sebuah pagi yang hangat, di bawah langit Sanur, Kota Denpasar yang tenang, belasan pecalang dari Desa Adat Sanur berkumpul di rumah aspirasi Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar dari Fraksi Partai Gerindra, Ida Bagus Yoga Adi Putra yang akrab Gus Yoga. Hari itu, Sabtu, 8 Maret 2025, menjadi momentum penuh makna.
Di ruangan yang dipenuhi aura kekeluargaan dan penghormatan pada tugas mulia, para pecalang datang bukan sekadar bertemu seorang wakil rakyat, tetapi membawa harapan yang telah lama mereka pendam.
Dengan senyum penuh kehangatan, Gus Yoga yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Kota Denpasar itu, menyambut para pecalang dengan tangan terbuka. Wakil rakyat dan politisi muda Partai Gerindra ini mendengarkan dengan penuh empati, membiarkan setiap keluh kesah mengalir seperti aliran air suci yang mencari jalannya. Para pecalang, sosok-sosok tanpa pamrih yang setiap hari menjaga harmoni di desa adat, akhirnya memiliki tempat untuk bersuara.
Bagi Gus Yoga, para pecalang ini bukan hanya penjaga keamanan, tetapi juga benteng terakhir penjaga adat budaya Bali dengan peran dan tugas mulianya memastikan keamanan, keharmonisan di desa adat tetap terjaga.
“Kami mengapresiasi pengabdian pecalang di seluruh Bali khususnya di Kota Denpasar. Pecalang adalah benteng terakhir dari penjaga adat budaya Bali. Mereka benar-benar ngayah, tulus mengabdi, turun ke bawah mengamankan kelacaran berjalannya upacara adat, menjaga keamanan di desa adat, termasuk membantu pengamanan ketika ada agenda-agenda pemerintahan seperti saat KTT G20,” kata Gus Yoga.
Dalam diam tidak banyak tuntutan dalam menjalankan tugas mulia ngayah atau pengabdian, para pecalang ini berdiri tegap di persimpangan tradisi dan modernitas, memastikan desa adat tetap teduh dalam arus zaman. Namun, di balik tugas luhur itu, kesejahteraan mereka kerap terabaikan. Seperti bayangan yang selalu ada namun jarang diperhatikan.
“Kami sudah berulang kali menyuarakan dan mengajukan permohonan ke pemerintah agar nasib pecalang lebih diperhatikan mengingat pecalang ini spritnya ngayah untuk desa adat, tidak ada diberikan gaji. Semoga suara kami didengar dan dengan kehadiran kami menyampaikan aspirasi kepada Gus Yoga, semoga semua bisa lebih dimudahkan,” ujar Ketua Pecalang Desa Adat Sanur Ketut Suparta, suaranya tegas namun menyimpan harapan.
Mereka berharap ada bantuan dari Pemerintah Kota Denpasar ataupun dari Pemerintah Provinsi Bali berupa pakaian seragam pecalang, alat komunikasi, bahkan kendaraan operasional agar dapat menjalankan tugas patroli keamanan dengan lebih baik. Juga, satu harapan yang paling mendasar: jaminan kesejahteraan setidaknya mereka mendapatkan tanggungan BPJS Ketenagakerjaan.
Gus Yoga mengangguk, memahami sepenuh hati. Ia tahu, keamanan Bali bukan hanya soal petugas resmi, tetapi juga soal para pecalang yang dengan tulus ngayah, menjaga desanya tanpa berharap imbalan.
Namun, ia juga sadar, ngayah tidak berarti harus mengorbankan kesejahteraan para pecalang. Pemerintah harus hadir, setidaknya dengan memberikan jaminan BPJS Ketenagakerjaan sebagai perlindungan bagi mereka yang setiap hari mengorbankan diri demi keamanan dan ketertiban.
“Jadi kami berharap adanya perhatian dari Pemerintah Kota Denpasar untuk memberikan insentif dan juga tunjangan BPJS Ketenagakerjaan agar para pecalang ini lebih terjamin kesejahteraannya. Dan ketika ada insinden di jalan saat menjalankan tugas ngayahnya bisa ada perlindungan sosial. Kami dorong itu agar segera bisa direalisasikan,” ujar putra dari mantan Wakil Ketua DPRD Bali dan mantan Anggota DPR RI dari Partai Gerindra Ida Bagus Sukarta (almarhum) itu.
Di hadapan para pecalang, Gus Yoga berjanji akan membawa suara mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Suara yang tak lagi sekadar gumam dalam diam, tetapi pekikan harapan yang menggema di ruang-ruang kebijakan. Ia ingin memastikan para pecalang, para penjaga tradisi yang tak kenal lelah ini, mendapatkan hak yang layak dan kesejahteraan bagi mereka dan keluarganya.
Hari itu, tak ada janji kosong. Hanya tekad dan harapan yang melingkupi langit pagi Sanur, Denpasar. Para pecalang pulang dengan hati yang lebih ringan, sementara Gus Yoga membawa tugas besar di pundaknya. Sebuah perjuangan untuk pengabdian yang lebih bermakna, demi Denpasar dan Bali yang tetap aman, damai, dan penuh welas asih. (kbs)