Foto: LPK dan kampus hospitality ternama Queen International berkomitmen penuh terus mencetak SDM unggul, kompetensi dan profesional di dunia hospitality didukung dengan soft skill yang mampu menarik minat industri di tanah air maupun luar negeri hingga perusahaan cruise line ternama dunia.
Denpasar, KabarBaliSatu
LPK dan kampus hospitality ternama Queen International berkomitmen penuh terus mencetak SDM unggul, kompetensi dan profesional di dunia hospitality didukung dengan soft skill yang mampu menarik minat industri di tanah air maupun luar negeri hingga perusahaan cruise line ternama dunia.
Tidak hanya perkuliahan formal, Queen International secara rutin menggelar sharing session dan diskusi hanya menghadirkan para pembicara dari praktisi dan profesional hospitality serta tokoh-tokoh legend yang sudah malah melintang puluhan tahun di industri ini dengan segudang prestasi dan inspirasi.
Kali ini pada Jumat, 16 Mei 2024 kampus yang beralamat di Jl. Gatot Subroto Timur No.760, Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar ini menggelar Open House dan Special Talkshow bertajuk “Learn From The Expert How To Be A Great Marketer And An Excellent Entrepreneur In Hospitality Industry” dengan menghadirkan pembicara Deddy Suryawan yang berpengalaman di top management sebagai LS Starbucks Manager di kapal pesiar mewah Royal Caribbean.
Turut hadir Living legend tokoh hospitality dan pendiri sejumlah kampus pariwisata di Bali I Gusti Agung Nyoman Winda yang memotivasi para generasi muda untuk menjadi profesional di industri hospitality.
Direktur Queen International, I Putu Eka Antoni Sukmajaya, menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai proses penempatan tenaga kerja ke luar negeri melalui jalur yang legal dan sesuai regulasi. Ia menyatakan bahwa generasi muda Indonesia, khususnya di Bali, yang memiliki cita-cita untuk bekerja di luar negeri, baik di kapal pesiar maupun di sektor darat, perlu mempersiapkan portofolio yang kuat, terutama dari sisi kompetensi. Kesiapan ini menjadi langkah awal yang krusial agar mereka dapat bersaing secara profesional di industri global.
“Jadi tentu kami dengan kerendahan hati berbagi kepada generasi muda Indonesia, Bali khususnya, bagi yang punya rencana hebat untuk bekerja ke luar negeri, baik ke cruise line atau kapal pesiar maupun ke land base, hal pertama yang harus dipersiapkan adalah portfolio-nya. Apa itu salah satunya adalah kompetensinya,” ujar Antoni.
Untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan, calon tenaga kerja wajib menempuh pendidikan dan pelatihan di institusi yang memiliki izin resmi dan legal. Lembaga yang dimaksud meliputi Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) yang izinnya dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja di tingkat kota atau kabupaten.
Selain itu, mereka juga dapat mengikuti program pelatihan singkat melalui Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang berada di bawah kewenangan Dinas Perizinan Satu Pintu serta Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora). Langkah ini penting untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh pelatihan yang sesuai standar dan diakui secara resmi oleh pemerintah.
“Contohnya lembaga pelatihan kerja swasta yang memang perizinannya dikeluarkan oleh pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja Kota/Kabupaten setempat. Atau mungkin bisa mengikuti short course program melalui LKP, lembaga kursus pendidikan, yang mana dalam hal ini perizinannya dikeluarkan oleh pemerintah melalui Dinas Perizinan Satu Pintu dan Disdikpora,” jelasnya.
Lebih lanjut Antoni menjelaskan, setelah dinyatakan lulus dan kompeten, langkah selanjutnya bagi calon tenaga kerja adalah melamar melalui legal manning agency, yaitu agen penyalur resmi yang telah memiliki izin dari pemerintah. Untuk penempatan di kapal pesiar, proses ini harus melalui perusahaan yang telah mengantongi izin SIUKAK (Surat Izin untuk Usaha Penempatan Awak Kapal), yang sebelumnya dikenal sebagai SUPAT.
Dalam hal ini, lembaga pendidikan atau kampus tidak bertindak sebagai pihak yang memberangkatkan tenaga kerja, melainkan berperan sebagai mitra yang bekerja sama melalui nota kesepahaman (MoU) dengan agen penyalur. Afiliasi ini menjadi bagian dari sistem yang memastikan semua proses berjalan sesuai ketentuan dan tanggung jawab masing-masing pihak.
“Kalau yang ke kapal pesiar, itu nama adanya PT yang terbaru adalah SIUKAK, yang sebelumnya bertransformasi dari SUPAT atau Surat Izin untuk Penempatan Awak Kapal. Jadi seperti itu prosesnya. Bukan sekolah kampus yang akan memberangkatkan, tapi kampus dalam hal ini harus berafiliasi,” tegasnya.
Antoni menegaskan bahwa peran kampus dan lembaga pelatihan kerja hanya sebatas mendidik dan melatih calon tenaga kerja agar memiliki kompetensi yang diperlukan. Sementara itu, proses pemberangkatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab agen penyalur resmi yang telah memiliki izin dari pemerintah. Untuk penempatan kerja di darat, perusahaan yang menyalurkan harus memiliki izin sebagai P3MI (Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proses ini akan diawasi oleh sejumlah pemangku kepentingan dari pemerintah, seperti BP2MI di tingkat pusat dan BP3MI di masing-masing provinsi. Kehadiran pemerintah dalam mekanisme ini bertujuan untuk memastikan seluruh tahapan keberangkatan tenaga kerja ke luar negeri berjalan sesuai prosedur yang benar. Negara, melalui lembaga-lembaga terkait, akan memberikan panduan serta melakukan pengawasan ketat agar proses penempatan berlangsung aman, legal, dan transparan hingga selesai.
“Nah artinya apa? Negara dalam hal ini akan hadir, pemerintah hadir, memberikan guidelines, mengawal proses ini sampai tuntas,” tambahnya.
Antoni juga menyoroti pentingnya edukasi dan literasi hukum bagi calon pekerja migran agar mereka tidak mudah tergiur oleh janji-janji manis dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Ia menekankan bahwa pemahaman yang benar mengenai prosedur keberangkatan kerja ke luar negeri harus ditanamkan sejak dini kepada para peserta didik.
Dengan pengetahuan yang memadai, generasi muda akan lebih waspada terhadap informasi yang menyesatkan serta dapat menghindari praktik ilegal yang merugikan, baik secara finansial maupun hukum. Edukasi ini diharapkan menjadi langkah preventif untuk melindungi mereka dari potensi penipuan atau eksploitasi.
“Edukasi pencerahan ini tentunya harus sampai kepada putra-putri kita, anak-anak peserta didik, sehingga mereka tidak akan mudah mendapatkan info-info yang tidak baik, tentunya adalah tawaran-tawaran atau janji-janji manis dari siapapun yang memang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Terkait legalitas operasional, Antoni menegaskan bahwa Queen International merupakan lembaga pendidikan vokasi yang telah memiliki izin resmi dari pemerintah. Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS) Queen yang berpusat di Denpasar berada di bawah naungan Dinas Tenaga Kerja Kota Denpasar.
Ia juga menyampaikan bahwa Queen International berkomitmen untuk memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermutu, didukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar regulasi pemerintah. Selain itu, seluruh instruktur di lembaga ini merupakan praktisi berpengalaman internasional yang telah mengantongi sertifikasi kompetensi dan metodologi teknis untuk mengajar. Hal ini menjadi jaminan bahwa setiap peserta latih mendapatkan pembelajaran yang profesional dan berdaya saing tinggi di dunia kerja global.
“Komitmen kami adalah memberikan pendidikan dan pelatihan yang bermutu. Tentu juga ditunjang dengan sarana-prasarana yang standar sesuai dengan regulasi pemerintah. Dan selain itu, para instrukturnya memang sudah berpengalaman internasional sebagai praktisi dan telah memiliki sertifikasi kompetensi dan metodologi teknis untuk mengajar. Nah ini menjadi satu jaminan buat peserta latih,” pungkasnya.
Sementara itu Deddy Suryawan yang berpengalaman di top management sebagai LS Starbucks Manager di kapal pesiar mewah Royal Caribbean berbagi pengalaman merintis karier dari bawah hingga menjadi orang Bali pertama degan jabatan LS Starbucks Manager di kapal pesiar mewah Royal Caribbean.
Deddy menekankan bahwa sikap dan attitude merupakan modal utama bagi siapa pun yang ingin sukses berkarier di industri kapal pesiar. Menurutnya, selain pengetahuan dan keterampilan teknis, hal yang paling dicari oleh perusahaan pelayaran adalah etika kerja, disiplin, fleksibilitas, serta kemampuan berinteraksi dengan baik. Soft skill seperti keramah-tamahan, kerja keras, dan kesiapan menghadapi tantangan menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang dalam lingkungan kerja internasional seperti kapal pesiar.
“Untuk bekerja di kapal pesiar, kandidat-kandidat, calon-calon pekerja kapal pesiar yang paling diharapkan adalah sikap dan attitude yang baik. Dari dengan pengetahuan yang kita miliki, dengan segala pengetahuan, dan juga adalah attitude, sikap, kerja kita, soft skill kita, itu yang paling terpenting,” ujarnya.
Menurutnya, disiplin, keramahan, serta keterbukaan terhadap tantangan menjadi nilai lebih.
“Jadi kalau kita sudah murah senyum, fleksibel, rajin, disiplin, punya hati yang siap menerima atau siap tantangan, jadi kita yakin itu yang dibutuhkan di kapal pesiar atau di darat,” tambahnya.
Menanggapi pertanyaan terkait kelemahan tenaga kerja asal Bali, Deddy menyoroti kecenderungan untuk hidup berkelompok sebagai salah satu tantangan yang perlu diatasi. Kebiasaan ini, menurutnya, dapat membatasi interaksi dan mempersempit wawasan para pekerja. Ia mendorong agar tenaga kerja asal Bali lebih terbuka untuk berbaur dan berdiskusi dengan rekan kerja dari berbagai negara. Dengan begitu, mereka dapat memperluas pengetahuan, memahami budaya kerja yang lebih beragam, dan meningkatkan kemampuan adaptasi di lingkungan internasional.
“Kalau dari senyum, dari keramahtamahan kita di Bali sudah terkenal. Jadi upayakan agar kita tidak selalu hidup berkelompok. Itu saja,” tandasnya. (kbs)

