Foto: Duta PSBS Palemahan Kedas (PADAS), Putri Suastini Koster, hadir di Gereja Katedral Roh Kudus Denpasar, Sabtu (6/9), untuk mengajak umat Katolik dan organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) aktif memilah sampah dari rumah tangga.
Denpasar, KabarBaliSatu
Gerakan Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber (PSBS) kembali digaungkan. Kali ini, Duta PSBS Palemahan Kedas (PADAS), Putri Suastini Koster, hadir di Gereja Katedral Roh Kudus Denpasar, Sabtu (6/9), untuk mengajak umat Katolik dan organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) aktif memilah sampah dari rumah tangga.
Putri menegaskan, pemilahan sampah harus dimulai sejak awal produksi agar tidak membebani Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Sampah organik sebaiknya diselesaikan di rumah, bisa dengan teba modern, tong edan, atau komposter. Dengan begitu, lingkungan tetap bersih tanpa membebani wilayah orang lain,” ujarnya.
Ia mengingatkan, sejak Juli lalu, TPA Suwung tak lagi menerima sampah organik dan sistem open dumping akan segera ditutup. Karena itu, warga harus bertanggung jawab mengolah organik di rumah, sementara anorganik dan residu dipilah untuk ditangani di TPS3R atau TPST.
“Dengan prinsip sampahku tanggung jawabku, setiap rumah bisa menciptakan lingkungan sehat,” tegasnya.
Perempuan sebagai agen perubahan
Tim Percepatan Pembangunan Provinsi Bali, Agus Dei Segu, menekankan pentingnya peran ibu-ibu WKRI. “Kalau mereka paham cara mengolah sampah organik di rumah, otomatis 35 persen sampah bisa selesai di tingkat keluarga,” jelasnya.
Ia menambahkan, sampah anorganik cukup dipilah—botol, popok, pipet—dan akan dikelola desa melalui TPS3R/TPST. “Kuncinya, fokus dulu ke organik, karena regulasi sudah tegas melarang pembuangan ke TPA Suwung.”
Koordinator Pokja PSBS, Prof. Luh Riniti Rahayu, juga menegaskan bahwa penanganan sampah adalah program prioritas yang membutuhkan konsistensi dan disiplin kolektif.
Respon WKRI dan Gereja
Ketua DPC WKRI Denpasar, Francisca, menilai sosialisasi ini menjadi jawaban nyata atas keresahan warga terkait ledakan sampah organik. “Tidak ada yang mustahil jika dilakukan sosialisasi. Tanpa edukasi, regulasi saja tidak akan berhasil,” katanya.
Pastor Paroki Roh Kudus Denpasar, Romo Yosef Wora SPD, menyambut hangat ajakan Putri Koster. Ia mengingatkan, sosialisasi tak boleh berhenti di teori. “Ibu-ibu harus mempraktikkan di rumah, dengan hati tulus. Ini bagian dari cinta kasih, tidak hanya untuk keluarga, tapi juga bangsa,” ujarnya.
Sosialisasi berkelanjutan
Acara yang melibatkan hampir 300 anggota WKRI cabang Denpasar ini merupakan sosialisasi kedua, setelah sebelumnya menyasar WKRI DPD Bali di Gereja Yesus Gembala Baik Ubung. Ketua Panitia, Emilinda Naisoko, menyebut kegiatan ini juga sebagai edukasi praktis untuk masyarakat menghadapi krisis sampah.
Dengan dukungan berbagai pihak—pemerintah, organisasi perempuan, hingga gereja—gerakan PSBS semakin diposisikan sebagai strategi penting mengatasi masalah sampah Bali. Sebuah langkah kecil dari rumah tangga, tetapi berimplikasi besar pada masa depan Pulau Dewata. (kbs)