Foto: Gubernur Bali Wayan Koster saat menghadiri pembukaan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2025 di Hotel Westin, Nusa Dua, Kamis (12/6).
Badung, KabarBaliSatu
Bali kembali menjadi sorotan dunia. Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2025 resmi dibuka di Hotel Westin, Nusa Dua, Kamis (12/6), dalam seremoni yang dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Ketua ASITA Putu Winastra, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali, serta berbagai tokoh dan pemangku kepentingan sektor pariwisata nasional dan internasional.
Dalam sambutan politik-kultural yang kuat, Gubernur Koster menegaskan bahwa BBTF bukan sekadar ajang promosi wisata, melainkan strategi diplomasi ekonomi dan budaya yang mengangkat martabat Bali dan Indonesia di mata dunia.
“BBTF kini memasuki usia ke-11, dan kualitasnya terus meningkat. Ini sejalan dengan visi pembangunan pariwisata Bali yang berbasis budaya, berkualitas, dan bermartabat,” kata Koster, dengan menekankan bahwa arah pembangunan pariwisata Bali tak boleh lagi didikte oleh volume, tetapi oleh nilai dan keberlanjutan.
Data yang diungkap Koster mengejutkan. Tahun 2024, sebanyak 6,4 juta wisatawan berkunjung ke Bali. Sektor ini menyumbang 66% pada perekonomian Bali dan 44% terhadap total devisa pariwisata nasional.
“Bayangkan, satu pulau kecil menyumbang hampir separuh devisa nasional. Pemerintah pusat seharusnya memberi insentif khusus bagi daerah yang berkontribusi besar seperti Bali,” sindir Koster dengan nada kritis, menyiratkan ketimpangan perhatian fiskal pemerintah pusat terhadap daerah penghasil utama devisa.
Ia juga memproyeksikan bahwa pada akhir 2025, angka wisatawan mancanegara yang datang ke Bali akan mendekati 7 juta orang, seiring tren kenaikan kunjungan sebesar 11% hingga Mei tahun ini.
Ketua ASITA yang juga Ketua Panitia BBTF 2025, Putu Winastra, menegaskan bahwa ajang ini adalah bentuk konkret kolaborasi antara pelaku industri dan pemangku kebijakan. Dengan tema kolaboratif, BBTF 2025 ingin meneguhkan bahwa pariwisata bukan hanya alat pertumbuhan ekonomi, tapi juga instrumen pelestarian budaya dan penguatan identitas bangsa.
“BBTF bukan cuma pameran. Ini forum strategis untuk menyatukan langkah, agar pariwisata Indonesia dibangun dengan kesadaran bersama,” ujarnya.
BBTF 2025 mencatat angka partisipasi yang mengesankan:
- 539 buyers dari 46 negara, dipilih secara selektif, dengan 133 pendaftar ditolak karena tak memenuhi standar kualitas.
- 499 sellers dari 284 perusahaan, mewakili 7 negara, yakni Indonesia, Spanyol, Malaysia, AS, Thailand, Afrika Selatan, dan Namibia.
- Dari dalam negeri, keterlibatan berasal dari 11 provinsi.
- Total peserta: lebih dari 1.000 orang, mencerminkan posisi BBTF sebagai pusat gravitasi bisnis pariwisata regional.
Lebih dari itu, BBTF 2025 juga membawa semangat inklusi destinasi. Tak hanya Bali, sejumlah lokasi seperti Labuan Bajo dan Wakatobi juga masuk dalam agenda post-tour, sebagai bagian dari promosi destinasi prioritas nasional.
Dengan jaringan global dan kualitas peserta yang dikurasi ketat, BBTF 2025 diperkirakan mampu menghasilkan transaksi senilai Rp7,84 triliun. Angka yang tak hanya mencerminkan potensi ekonomi, tapi juga posisi strategis Bali dan Indonesia dalam peta pariwisata dunia.
“Kami mengundang semua peserta untuk manfaatkan semua peluang — baik di area pameran maupun sesi networking. Jangan hanya hadir, tapi ambil peran,” tegas Winastra.
BBTF 2025 tidak sekadar ajang seremoni, tapi momentum konsolidasi politik pariwisata Indonesia. Dengan sinergi antara negara dan pelaku industri, BBTF diharapkan mampu mendorong kebangkitan pariwisata Indonesia yang lebih beretika, inklusif, dan berdaya saing global.
Jika pariwisata adalah wajah suatu bangsa, maka BBTF adalah cerminnya — dan tahun ini, cermin itu memantulkan harapan akan masa depan pariwisata yang tak hanya menjual pemandangan, tetapi juga nilai.(kbs)