Foto: Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster, saat memimpin rapat teknis (technical meeting) di Gedung Kertha Sabha, Kamis (12/6).
Denpasar, KabarBaliSatu
Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025 bukan hanya soal seni dan budaya. Tahun ini, panggung megah kebudayaan Bali juga akan menjadi cermin nyata dari komitmen lingkungan. Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ibu Putri Suastini Koster, menyatakan dengan tegas: tidak ada tempat untuk plastik sekali pakai dalam pameran kuliner PKB 2025.
Dalam rapat teknis (technical meeting) di Gedung Kertha Sabha, Kamis (12/6), Ibu Putri yang juga dikenal sebagai Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas (PSBS PADAS) menyampaikan arahannya langsung di hadapan peserta dan panitia. Didampingi Kadis Koperasi & UKM Bali, Tri Arya Dhyana Kubontubuh, serta Kepala UPT Taman Budaya, Wayan Mardika Bhuwana, ia menyampaikan pesan keras namun jelas: patuh pada aturan atau keluar.
“Saat pameran dibuka, peserta wajib menjual produk yang sudah dikurasi. Kalau melanggar, langsung kami coret. Tidak ada kompromi,” tegasnya.
PKB 2025 bukan hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Sebanyak 52 stan kuliner yang lolos kurasi diwajibkan menggunakan alat penyajian ramah lingkungan. Tidak ada gelas plastik, tidak ada piring styrofoam. Sebagai gantinya, daun pisang, gelas kaca, wadah besar untuk seduhan minuman, dan tumbler pribadi menjadi solusi hijau yang diusung.
“Pengunjung wajib bawa wadah sendiri. Pedagang cukup sediakan minuman dalam wadah besar, bukan botol sekali pakai,” ujar Ibu Putri.
Sampah pun menjadi tanggung jawab masing-masing pedagang. Tidak disediakan tempat sampah di depan stan. Semua limbah harus dipilah dan dibawa pulang. Sampah organik bisa dikumpulkan di tebe modern yang tersedia di kawasan Taman Budaya.
Selain isu lingkungan, aspek keadilan ekonomi juga mendapat sorotan. Karena seluruh stan diberikan secara gratis oleh panitia, pedagang dilarang mematok harga tinggi.
“Kami ingin semua pengunjung—dari anak sekolah sampai turis asing—bisa menikmati kuliner Bali yang bersih, sehat, dan terjangkau,” ujar Kadis Koperasi & UKM, Tri Arya Dhyana Kubontubuh.
Hal senada disampaikan Kepala UPT Taman Budaya, Wayan Mardika Bhuwana, yang mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan kawasan.
“Kalau kita jaga lingkungan ini, itu artinya kita menjaga diri sendiri,” ujarnya.
Pameran kuliner akan berlangsung mulai 21 Juni, buka dari pukul 10.00 hingga 22.00 WITA. Namun yang lebih penting, PKB 2025 tak lagi sekadar festival tahunan. Ia menjelma jadi simbol baru Bali: tempat di mana budaya, keberlanjutan, dan ketegasan kebijakan bertemu dalam harmoni.
Di tengah hiruk-pikuk pariwisata yang terus tumbuh, sikap tegas seperti yang ditunjukkan Ibu Putri Koster bukan hanya perlu, tapi mendesak. Ketika budaya dijaga, alam dilindungi, dan masyarakat dilibatkan secara adil—saat itulah pariwisata dan pembangunan benar-benar bermartabat. (kbs)