Foto: Anggota Komis IX DPR RI dari Fraksi Demokrat yang juga anggota MPR RI, Tutik Kusuma Wardhani, SE.,MM.,M.Kes., menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Desa Nagasepeha, Sukasada, Buleleng.
Buleleng, KabarBaliSatu
Minggu pagi itu 23 Februari 2025, Wantilan Desa Nagasepeha, Sukasada, Buleleng, tak seperti biasanya. Sekitar 300 warga, tokoh adat, ibu-ibu PKK, hingga para pemuda milenial, semuanya berkumpul dengan satu tujuan: menyimak sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang dibawakan dengan penuh semangat oleh Anggota Komis IX DPR RI dari Fraksi Demokrat yang juga anggota MPR RI, Tutik Kusuma Wardhani, SE.,MM.,M.Kes..
Di bawah langit Bali yang hangat, suara lembut namun tegas dari anggota Anggota DPR RI Dapil Bali itu menggema. Wakil rakyat yang akrab disapa Bunda Tutik itu bukan sekadar menyampaikan teori, tapi mengajak hadirin untuk merenung dan menanamkan kembali nilai-nilai luhur bangsa, Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, ke dalam sanubari mereka.
“Empat Pilar ini bukan sekadar slogan,” ujar Bunda Tutik dengan tatapan penuh keyakinan. “Ini adalah warisan para pendiri bangsa, yang harus kita jaga, kita hidupkan, dan kita wariskan kembali kepada generasi muda.”
Bagi Bunda Tutik, membentengi remaja dari arus globalisasi yang makin deras adalah tugas bersama. Ia percaya, dengan membumikan nilai-nilai kebangsaan, para pemuda Indonesia akan tumbuh menjadi pribadi tangguh, berjiwa nasionalis, bermental patriot, dan siap membawa negeri ini menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
“Sebagai wakil rakyat, saya merasa bertanggung jawab untuk terus menghidupkan semangat proklamasi. Sosialisasi ini bukan hanya seremonial, tapi panggilan jiwa agar kita tak lupa jati diri,” ungkap sosok tokoh perempuan inspiratif yang juga dikenal sebagai pendiri RS Kerta Usada.
Pesan Bunda Tutik mengalir lembut namun menggetarkan. Ia tak hanya mengajar, tapi menyentuh hati. Ia tak hanya berbicara, tapi mengobarkan semangat.
Dan di hari itu, di wantilan yang sederhana, semangat kebangsaan kembali menyala—mengalir dari satu hati ke hati yang lain, menuju cita Indonesia yang lebih kokoh, lebih bersatu, dan tak lekang oleh zaman. (kbs)