Badung, KabarBaliSatu.com
Jumat pagi itu, Balai Budaya Giri Nata Mandala di Puspem Badung dipenuhi semangat. Ratusan perempuan hadir, membawa harapan dan kebanggaan. Mereka datang bukan sekadar untuk mendengar, tetapi untuk menghidupkan sebuah gagasan besar: perempuan sebagai pilar adat, budaya, dan ekonomi Bali.
Di tengah gemuruh antusiasme, sebuah seminar nasional bertajuk Memuliakan Wanita: Membentuk Generasi Cerdas, Mulia, dan Bermartabat Menyongsong Indonesia Emas 2045 digelar. Acara ini merupakan sinergi luar biasa antara Bank BPR Kanti dan Tim Penggerak PKK Provinsi Bali. Sebuah persembahan untuk para perempuan, sebagai penghormatan di Hari Ibu dan Hari Kasih Sayang.
Mengenali Kekuatan Perempuan
Dibuka oleh Kepala Dinas Sosial P3A Provinsi Bali, Dr. Drh. Luh Ayu Aryani, M.P., yang mewakili PJ Gubernur Bali, acara ini menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif. Salah satunya, Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si., psikolog sekaligus mantan anggota DPR RI, yang menyampaikan materi tentang Karakteristik Wanita Mulia. “Perempuan bukan sekadar pendamping, tetapi jiwa yang membentuk peradaban,” ucapnya. Kata-kata itu menggema, menyentuh hati banyak yang hadir.
Selain itu, Prof. Dr. A.A. Istri Atu Dewi, S.H., M.H., dari Majelis Desa Adat Bali, berbicara tentang pentingnya penguatan Krama Istri melalui PAKIS Bali, sementara Bunda Arsaningsih menambahkan perspektif spiritualitas dalam pemberdayaan perempuan.
Generasi Emas dari Orang Tua Berkualitas
Di balik layar seminar ini, ada sosok yang tak kenal lelah menggerakkan roda perubahan. Made Arya Amitaba, Direktur Utama BPR Kanti, berbicara dengan penuh keyakinan. “Indonesia menuju generasi emas, tetapi generasi emas hanya bisa lahir dari orang tua yang berkualitas,” ujarnya. Sejak dua tahun lalu, BPR Kanti telah menginisiasi kursus pranikah, membekali pasangan muda dengan wawasan tentang reproduksi dan hukum perkawinan adat.
Ia mengungkapkan bahwa seminar ini lahir dari sebuah percakapan dengan PJ Gubernur Bali. “Sebelum masa tugas beliau berakhir, kami ingin memberikan sesuatu yang berharga bagi perempuan. Sebab merekalah yang membentuk karakter generasi mendatang,” ungkap Amitaba.
Ia juga terinspirasi oleh Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian, yang membuktikan bahwa pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro dapat mengubah dunia. “Saat ini, 48% nasabah BPR Kanti adalah perempuan, dan kami ingin jumlah itu terus bertambah,” tambahnya.
Komitmen yang Tak Pernah Padam
Sebulan sebelumnya, BPR Kanti baru saja meluncurkan Tabungan ArisanKU, program yang tidak hanya mengajak masyarakat menabung, tetapi juga menawarkan hadiah menarik, mulai dari mobil hingga sepeda motor. “Kami tak pernah lelah berbuat baik. Ini adalah misi kami untuk terus berkontribusi bagi masyarakat,” ujar Amitaba dengan mantap.
Di tahun 2025, program ini kembali hadir dengan hadiah lebih besar. “Kami ingin lebih banyak orang merasakan manfaatnya. Sebab, ketika perempuan berdaya, keluarga sejahtera, dan bangsa pun semakin kuat,” katanya penuh keyakinan.
Perempuan, Pilar Bali
Apresiasi atas seminar ini datang dari Penjabat Ketua TP PKK Bali, Ny. drg. Ida Mahendra Jaya. “Tema yang diangkat sangat strategis. Perempuan memiliki peran penting, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa peningkatan wawasan dan keterampilan perempuan adalah kunci untuk membangun jejaring sosial yang lebih kuat.
Sementara itu, Dr. Drh. Luh Ayu Aryani menekankan bahwa perempuan adalah tulang punggung keberlanjutan adat, budaya, dan ekonomi Bali. Berdasarkan data BPS, jumlah perempuan di Bali mencapai lebih dari 1,4 juta jiwa. Mereka ada di segala lini—dari petani, pengusaha UMKM, hingga pejabat pemerintahan. Namun, tantangan masih ada. Kekerasan berbasis gender, keterbatasan akses pendidikan, hingga kesehatan perempuan masih menjadi isu serius.
“Kita harus terus bergerak. Perempuan yang kuat akan melahirkan keluarga yang kuat. Dan ketika keluarga kuat, Bali akan semakin kokoh,” tegasnya.
Seminar hari itu bukan hanya sekadar pertemuan, melainkan awal dari perubahan besar. Di dalam ruangan itu, perempuan-perempuan Bali menyatukan tekad. Mereka bukan hanya ingin dihormati, tetapi juga ingin berdiri tegak, membangun peradaban, dan mencetak generasi emas yang bermartabat. Sebab, ketika perempuan dimuliakan, dunia pun akan bercahaya. (kbs)