Foto: Gubernur Bali Wayan Koster.
Denpasar, KabarBaliSatu
Inisiatif donasi sukarela dan gotong royong Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Bali untuk korban banjir 10 September 2025 lalu sempat menuai sorotan publik. Namun, Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan bahwa pola ini bukan hal baru. Skema serupa pernah diterapkan saat erupsi Gunung Agung tahun 2019 dan penanganan Covid-19 tahun 2020.
Koster memastikan, dana yang terkumpul akan dikelola secara transparan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Bali dan disalurkan tepat sasaran kepada korban. Menurutnya, gotong royong merupakan jati diri bangsa yang seharusnya didukung seluruh elemen masyarakat.
Langkah donasi ASN dinilai lebih cepat dibandingkan menunggu pencairan dana Belanja Tak Terduga (BTT) yang memiliki mekanisme panjang. Dengan sistem gotong royong, bantuan dapat segera diterima korban tanpa terhambat prosedur birokrasi.
“Kalau menunggu BTT, prosesnya lama. Sementara korban butuh bantuan cepat. Donasi sukarela ini bisa langsung meringankan beban mereka,” ujar Koster.
Menanggapi pertanyaan terkait Pungutan Wisatawan Asing (PWA), Gubernur menegaskan dana tersebut sudah memiliki pos khusus: pelindungan alam dan budaya, peningkatan kualitas pariwisata, serta penanganan sampah. Karena itu, PWA tidak bisa dialihkan untuk penanganan bencana.
Koster menambahkan, mekanisme gotong royong justru menjadi solusi cepat untuk mempercepat pemulihan Bali pascabencana. “Sekarang ada bencana, sekarang juga kita bisa bantu korban,” tegasnya.
Dengan penekanan pada aspek kemanusiaan, Gubernur Koster mendorong agar semangat gotong royong terus dijaga, bukan hanya sebagai respons terhadap bencana, tetapi juga sebagai cermin kepekaan sosial masyarakat Bali. (kbs)