Foto: Gubernur Bali Wayan Koster saat menerima audiensi bersama jajaran Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) di Gedung Jayasabha, Denpasar, Rabu (4/6).
Denpasar, KabarBaliSatu
Provinsi Bali akan kembali menjadi panggung dunia. Kali ini, Pulau Dewata dipercaya sebagai tuan rumah Konferensi Internasional AFEEC–FAPECA 2025, sebuah forum prestisius sektor kelistrikan dan mekanikal se-Asia Pasifik yang akan digelar pada 23–26 September 2025 di Hotel Ayodya, Nusa Dua.
Konferensi dua tahunan ini mengangkat tema besar: “Transisi Energi: Menuju Energi Bersih dan Berkelanjutan”—sebuah pesan yang bergema kuat dengan visi strategis Bali dalam mempercepat langkah menuju kemandirian energi bersih.
Dalam audiensi bersama jajaran Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) di Gedung Jayasabha, Denpasar, Rabu (4/6), Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan dukungan penuhnya. Ia bahkan menyatakan kesiapannya menyambut peserta dalam gala dinner resmi yang akan digelar Pemprov Bali.
“Tentu saya dukung penuh. Gala dinner kita siapkan dengan kesenian khas Bali. Saya harap para peserta datang tidak sendiri—ajak keluarga, nikmati wisata dan budaya kita,” ujar Gubernur Koster.
Konferensi ini diperkirakan akan dihadiri 250–300 peserta dari dalam dan luar negeri, termasuk delegasi dari Korea Selatan, Singapura, dan perwakilan dari 34 provinsi di Indonesia. Menariknya, forum ini juga bertepatan dengan HUT ke-45 AKLI, asosiasi profesional yang telah berdiri sejak 1979 dan kini menjadi anggota aktif dalam AFEEC (Asia Federation of Electrical Engineering Contractors) dan FAPECA (Federation of Asian and Pacific Electrical Contractors Associations).
Ketua Umum DPP AKLI, Puji Muhardi, menyampaikan rasa bangganya atas terpilihnya Bali. “Ini kehormatan bagi kami. Dan tentu kami sangat berharap kehadiran langsung Bapak Gubernur untuk membuka acara secara resmi,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Koster menegaskan bahwa tema besar konferensi sangat selaras dengan Program Bali Mandiri Energi Bersih yang tengah digulirkan Pemprov Bali. Sebagai daerah pariwisata kelas dunia, Bali dituntut untuk tidak hanya cantik secara visual, tetapi juga bersih secara ekologis.
“Kita tidak boleh terus bergantung pada pasokan energi dari Jawa Timur. Bali harus punya energi sendiri—bersih, terbarukan, dan berkelanjutan. Ini bukan cuma soal listrik, tapi tentang citra Bali dan kesehatan masyarakat,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Bali saat ini tengah memprioritaskan pengembangan pembangkit berbasis energi terbarukan seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), demi mendukung target nasional Net Zero Emission 2045.
Menyambut pernyataan Gubernur, perwakilan AKLI Bali menyatakan kesiapan penuh SDM mereka untuk bersinergi dalam membangun infrastruktur energi bersih. “Kami siap jadi mitra strategis Pemprov Bali dalam setiap program transisi energi,” tegasnya.
Lebih dari sekadar forum teknis, Konferensi AFEEC–FAPECA 2025 juga akan menjadi ruang promosi budaya lokal. Produk unggulan seperti kain tenun Bali dan arak Bali akan diperkenalkan sebagai bagian dari kekayaan budaya dan ekonomi kreatif yang menyatu dengan semangat energi hijau. (kbs)