Foto: Gde Bimananda Mahardika Wisna atau yang akrab disapa Bima baru saja meraih gelar doktor (PhD) di bidang Fisika dari Arizona State University (ASU), Amerika Serikat.
Amerika Serikat, KabarBaliSatu
Karangasem-Buleleng bukan Silicon Valley. Tapi dari sudut utara Bali inilah lahir seorang ilmuwan muda yang kini tercatat punya paten di Amerika Serikat. Ia bukan cuma doktor, tapi juga peneliti kelas dunia.
Namanya Gde Bimananda Mahardika Wisna. Usianya baru 31 tahun. Tapi jejak akademik dan penelitiannya sudah melanglang ke pusat-pusat riset dunia. Terbaru, Bima—demikian ia akrab disapa—baru saja meraih gelar doktor (PhD) di bidang Fisika dari Arizona State University (ASU), Amerika Serikat.
Disertasinya yang berjudul “Interactions and Dynamics of Synthetic DNA Systems under Complex Tension” membongkar dinamika molekuler DNA sintetis dalam sistem tekanan kompleks. Sebuah riset mutakhir yang membuka jalan bagi pemrograman molekul menggunakan teknologi DNA.
“Ini perjuangan panjang, dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan, keluarga, dan terutama istri saya yang terus mendampingi,” ujar Bima dalam pernyataannya.
Tak hanya berhenti di ruang disertasi, Bima juga menorehkan prestasi di ranah teknologi terapan. Ia tercatat sebagai pemegang paten teknologi DNA/RNA bersama dua profesor ASU, atas temuan Compositions and Methods related to nucleic acid sensors, yang menjanjikan untuk pengembangan alat deteksi kesehatan dan bioteknologi.
Bima bukan sosok biasa. Ia pernah magang riset di CERN Swiss, pusat riset partikel fisika terbesar di dunia. Ia juga penerima berbagai beasiswa elite, mulai dari LPDP, GE Scholar-Leader, hingga AHA Predoctoral Fellowship di AS. Bahkan sebelum menembus dunia riset global, Bima sudah menulis buku “Mekanika Olimpiade Fisika SMA/MA” dan opini ilmiah di The Jakarta Post.
Lahir di Jakarta pada 27 Juli 1993, Bima besar di Singaraja. Ia mengenyam pendidikan dari SDN Banjar Jawa hingga SMAN 1 Singaraja. Sejak remaja sudah bersinar, antara lain dengan meraih Emas Olimpiade Fisika Nasional 2010 dan masuk 12 besar seleksi Tim Olimpiade Fisika Internasional 2011.
Karier akademiknya mencengangkan: Sarjana Teknik Fisika ITB dengan predikat summa cum laude (2016), Master di UC San Diego juga summa cum laude (2019), dan kini Doktor dari Arizona State University.
Ia adalah putra dari Ir Gde Wisnaya Wisna, Ketua DPD Partai Hanura Buleleng dan keponakan dari Gde Wirajaya Wisna, Sekretaris DPD Hanura Provinsi Bali. Ayahnya, yang sempat mengunjungi Bima di AS, tak bisa menyembunyikan haru.
“Sejak kecil dia memang punya rasa ingin tahu besar. Tapi saya tak pernah membayangkan perjalanan anak saya akan sejauh ini, sampai punya paten di Amerika. Saya harap kisah Bima bisa jadi inspirasi bahwa keterbatasan tempat tak membatasi mimpi,” ujar Wisnaya, penuh emosi.
Meski besar di Singaraja, Bima memiliki akar keluarga dari Desa Bugbug, Karangasem. Ia menikah dengan dr. Made Harumi Padmaswari, peneliti biologi molekuler asal Gianyar, yang juga baru saja meraih PhD dari University of Arkansas. Pasangan ini kini tinggal di Tempe, Arizona, bersama anak pertama mereka, Arjuna Gdekresnanda Wisna.
“Kehadiran anak kami adalah semangat baru. Kami saling mendukung satu sama lain dalam perjuangan akademik dan kehidupan keluarga,” kata Bima.
Kisah Gde Bimananda bukan sekadar cerita sukses. Ini adalah narasi tentang semangat, ketekunan, dan bukti bahwa anak daerah Bali pun bisa menembus batas global. Bahwa sains, jika digeluti dengan tekad dan cinta, adalah jalan pengabdian yang tak mengenal batas. (kbs)