Foto: Gubernur Bali Wayan Koster menjamu Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Marthinus Hukom beserta jajaran dalam sebuah jamuan makan malam yang sarat makna di Jaya Sabha, rumah jabatan Gubernur Bali, Senin malam (14/7/2025).
Denpasar, KabarBaliSatu
Ancaman peredaran narkoba di Bali kian kompleks. Hal ini diungkap langsung oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Irjen Pol Marthinus Hukom, dalam jamuan makan malam bersama Gubernur Bali Wayan Koster di rumah jabatan Gubernur, Jaya Sabha, Senin malam (14/7/2025).
Turut hadir dalam acara tersebut Kepala BNNP Provinsi Bali Brigjen Pol. Rudy Ahmad Sudrajat, jajaran Forkopimda Bali, Wakapolda Bali Brigjen Pol Komang Sandi Arsana, Perwakilan Kejati Bali. Hadir juga Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta dan Ketua DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya alias Dewa Jack.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat namun sarat makna tersebut, Marthinus mengungkap adanya pola baru kejahatan narkotika yang melibatkan sindikat internasional, khususnya dari Rusia dan Ukraina.
Menurut Marthinus, BNN tengah menghadapi fenomena serius: masuknya jaringan pengedar narkoba dari dua negara yang secara geopolitik tengah berkonflik, namun justru menjalin kerja sama kejahatan saat berada di Indonesia.
Ia mengungkap bahwa sindikat Rusia dan Ukraina telah terdeteksi aktif di Bali dan menggunakan metode canggih berbasis teknologi informasi, terutama Telegram Bot Chat dan transaksi cryptocurrency. Sistem ini memungkinkan para pengguna memesan narkoba secara anonim, kemudian menerima lokasi pengambilan barang melalui koordinat yang dikirimkan dalam waktu sangat singkat, tak lebih dari dua menit. Barang tersebut biasanya disembunyikan di tempat-tempat tidak terduga seperti di bawah batu, akar pohon, atau fondasi bangunan, untuk menghindari deteksi aparat.
Lebih lanjut, Kepala BNN RI membeberkan bagaimana ia sempat membahas fenomena ini secara langsung dengan Menteri Dalam Negeri Rusia saat kunjungan bilateral ke Indonesia. Dari hasil diskusi tersebut, diketahui bahwa para warga Rusia dan Ukraina yang aktif dalam jaringan narkotika di Bali diduga merupakan kelompok oposisi dari masing-masing negara yang menolak terlibat dalam perang.
“Alih-alih berkonflik, mereka justru bersatu di sini sebagai partner in crime, membentuk jaringan kejahatan narkotika lintas negara,” terang Marthinus dalam pertemuan tersebut.
Modus yang digunakan juga mencerminkan tantangan baru dalam penegakan hukum. Dengan menggunakan platform chatbot, tautan aplikasi rahasia, dan pembayaran melalui aset digital lintas negara, sindikat ini membuat penelusuran hukum menjadi jauh lebih rumit. Transaksi yang berlangsung cepat dan lokasi penyimpanan barang yang tersembunyi menunjukkan tingkat perencanaan yang sangat tinggi dan terorganisir.
Namun demikian, Marthinus memberi angin segar. Ia menyebut bahwa jajaran BNN Provinsi Bali baru-baru ini berhasil mengungkap sebagian jaringan tersebut. Keberhasilan ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk pengungkapan lebih lanjut yang melibatkan kerja sama lintas lembaga, termasuk TNI, Polda Bali, dan otoritas keamanan lainnya.
“Kolaborasi menjadi kunci utama dalam menghadapi kejahatan narkoba transnasional ini. Kita butuh kekuatan bersama agar Bali tidak dijadikan sarang kejahatan oleh jaringan internasional,” tegasnya.
Sebelumnya, di hadapan Gubernur Bali Wayan Koster, Irjen Marthinus Hukom menyampaikan harapan besar agar kolaborasi antara BNN Provinsi Bali (BNNP) dan jajaran Pemprov dapat berjalan optimal, berdasarkan kepercayaan masyarakat.
Ia menyampaikan bahwa kepercayaan masyarakat Bali terhadap pemerintah daerah juga mencerminkan dukungan kepada BNN. Karena itu, ia menekankan pentingnya menjaga integritas dan sinergi agar tidak menciptakan ruang ketidakpercayaan yang dapat menghambat upaya pemberantasan narkoba.
“Dan saya harapkan dari BNNP dan jajaran, kepercayaan masyarakat ini jangan disiasiakan. Ketika terjadi sesuatu distrust, artinya hubungan kolaborasi itu akan terganggu. Karena kolaborasi itu kuncinya adalah saling percaya, saling membantu,” tegasnya.
Sebagai bentuk nyata dari komitmennya, Kepala BNN RI menitipkan secara simbolis BNNP Bali kepada Gubernur Koster. Ia meminta jajaran BNN di Bali untuk sepenuhnya mendukung langkah-langkah strategis Pemprov Bali dalam menangani persoalan narkotika.
“BNNP, saya perintahkan Pak Gubernur, berikanlah yang terbaik dukung Pak Gubernur dengan jajaran untuk menyelesaikan masalah-masalah Narkoba,” ungkapnya.
Marthinus Hukom bahkan secara tegas memerintahkan jajaran BNNP untuk memberikan dukungan terbaik kepada Gubernur dan seluruh perangkat daerah dalam upaya menyelesaikan masalah narkoba secara menyeluruh. Ia menilai kolaborasi hanya dapat terbangun atas dasar saling percaya, dan kepercayaan itulah yang harus terus dijaga sebagai pondasi kerja bersama.
Dengan penuh keyakinan, Irjen Marthinus Hukom menyatakan bahwa kehadiran BNN di Bali bukan hanya sebagai simbol negara, melainkan sebagai mitra aktif pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga Bali sebagai wilayah yang aman, bersih dari narkotika, dan layak menjadi etalase Indonesia di mata dunia.
Dalam pertemuan itu, Gubernur Koster menegaskan komitmen penuh Pemerintah Provinsi Bali dalam mendukung program nasional P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkotika). Ia menekankan bahwa Bali sebagai destinasi pariwisata dunia menghadapi ancaman serius dari peredaran gelap narkotika.
“Bali bukan hanya rumah bagi budaya dan spiritualitas, tetapi juga etalase Indonesia di mata dunia. Kita tak boleh lengah. Narkoba tidak hanya merusak kesehatan dan moral generasi muda, tetapi juga mencoreng wajah pariwisata Bali,” tegas Koster.
Gubernur pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dalam perang melawan narkoba. Menariknya, Bali memiliki pendekatan khas dalam upaya ini—yakni melalui peran aktif desa adat. Ratusan desa adat di Bali telah menerapkan pararem anti narkoba, yakni aturan berbasis hukum adat yang mengatur sanksi terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika.
Sanksi adat yang diberlakukan pun beragam, mulai dari denda berupa beras hingga kewajiban melakukan kerja bakti di pura. Langkah ini menjadi salah satu bentuk kearifan lokal yang dikombinasikan dengan strategi nasional dalam memberantas narkoba.
Sementara itu, Kepala BNNP Provinsi Bali Brigjen Pol. Rudy Ahmad Sudrajat menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Bali. Ia menegaskan komitmen BNN untuk terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk desa adat, dalam menjalankan program P4GN.
“Bali memiliki nilai-nilai budaya yang kuat dan komunitas yang solid. Ini adalah modal besar dalam menghadapi bahaya narkotika. Kami siap bersinergi untuk menjaga pulau ini tetap bersih dari narkoba,” ujarnya.
Pertemuan di Jaya Sabha ini menguatkan posisi Bali sebagai wilayah yang membutuhkan kewaspadaan ekstra terhadap dinamika global, sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Bali dan BNN RI dalam menjaga Bali dari ancaman narkotika modern yang kian kompleks dan terorganisir. (kbs)