BerandaDaerahPutri Koster Ajak Mahasiswa UNUD Jadi Motor Revolusi Sampah: “Jangan Wariskan Racun...

Putri Koster Ajak Mahasiswa UNUD Jadi Motor Revolusi Sampah: “Jangan Wariskan Racun ke Anak Cucu”

Foto: Duta PSBS PADAS Provinsi Bali, Ny. Putri Koster, saat menyampaikan orasi lingkungan dalam Webinar Nasional bertema Percepatan Penanganan Sampah Plastik Sekali Pakai yang digelar LPPM Universitas Udayana secara daring, Selasa (8/7).

Denpasar, KabarBaliSatu

Bali tengah berada di titik kritis dalam persoalan sampah. TPA Suwung, yang telah menampung sampah dari empat kabupaten/kota selama 41 tahun, kini berada di ambang krisis. Aroma menyengat, visual tak sedap, dan ancaman kesehatan menjadi bukti bahwa pendekatan lama—buang dan angkut—tak lagi relevan. Di tengah situasi darurat ini, Duta PSBS PADAS Provinsi Bali, Ny. Putri Koster, menyerukan sebuah revolusi kultural: kelola sampah dari sumbernya, dimulai dari rumah.

Dalam Webinar Nasional bertema Percepatan Penanganan Sampah Plastik Sekali Pakai yang digelar LPPM Universitas Udayana secara daring, Selasa (8/7), Putri Koster menyampaikan orasi lingkungan dari Jayasabha, Denpasar. Ia tidak sekadar berbicara, melainkan mengajak lebih dari 2.300 mahasiswa UNUD yang akan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di 214 desa di Bali, untuk menjadi agen perubahan dalam membalik logika lama soal sampah.

Baca Juga  Koster Canangkan Denpasar Paling Progresif Gunakan PLTS Atap di Gedung Pemerintahan hingga Hotel

“Kita tidak bisa lagi membuang tanggung jawab ini ke petugas kebersihan atau ke TPA. Mulai sekarang, semua harus berubah. Dari dapur, dari kebun, dari keluarga masing-masing,” ujarnya.

Putri Koster menekankan bahwa sebagian besar sampah yang dihasilkan masyarakat sebenarnya adalah sampah organik—yang jika dikelola dengan benar, bisa menjadi solusi, bukan masalah. Ia mendorong penggunaan lubang komposter di rumah sebagai metode praktis mengolah sampah organik menjadi pupuk alami. Sedangkan sampah anorganik—seperti plastik, logam, dan kaca—diminta untuk dikumpulkan secara terpisah dan disalurkan ke TPS3R, TPST, atau bank sampah.

Baca Juga  Gubernur Koster: Ruang Berbahasa Bali Makin Sempit, Saatnya Bangkitkan Kembali Budaya Bali!

“Kalau kita kelola dari rumah, beban sampah di TPA bisa berkurang hingga 65 persen. Ini bukan lagi urusan kebersihan, ini soal menyelamatkan masa depan Bali,” tegasnya dengan penuh keprihatinan.

Peringatan keras pun disampaikan: mulai Agustus 2025, TPA Suwung tidak akan menerima sampah organik. Bahkan pada akhir tahun, TPA legendaris itu akan ditutup total. Karena itu, Putri Koster mendorong masyarakat untuk menghapus paradigma lama bahwa sampah hanya perlu dibuang. Baginya, sampah adalah tanggung jawab, bukan beban.

“Sampah bukan untuk dibuang, tapi untuk dikelola. Kalau kita tidak disiplin sekarang, kita sedang mewariskan racun kepada tetangga dan anak cucu kita,” ujarnya tegas, menyentuh kesadaran ekologis sekaligus nurani publik.

Baca Juga  Pendidikan Politik Berlanjut di Sidemen Cetak SDM Kader Berkualitas, NasDem Karangasem Serukan Kader Solid Songsong Pemilu 2029

Dukungan ilmiah datang dari Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Yenni Ciawi, yang memperkuat pesan tersebut dengan prinsip dasar: pilah sebelum dibuang, buang sesuai jenisnya, hindari mencampur, dan jadikan sampah bernilai.

“Kalau dicampur, ya jadi residu. Dan residu itu sulit, bahkan tidak bisa, diolah,” katanya.

Webinar ini bukan sekadar kegiatan akademik, tapi menjadi panggung penting untuk membentuk arah baru kebijakan lingkungan Bali yang lebih progresif dan berbasis partisipasi. Di tengah tekanan global terhadap krisis sampah dan perubahan iklim, suara Putri Koster dan komitmen mahasiswa UNUD menjadi titik terang: bahwa masa depan Bali yang bersih dan lestari harus dimulai dari kesadaran dan tindakan hari ini. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini