Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali dari Partai Golkar, Gde Sumarjaya Linggih (Demer) mendorong pembangunan Bandara Bali Utara segera dilakukan.
Denpasar, KabarBaliSatu
Aktivitas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores, Nusa Tenggara Timur, kembali mengganggu sektor transportasi udara. Letusan gunung yang menyemburkan kolom abu setinggi 10 kilometer ke angkasa memaksa sejumlah maskapai membatalkan puluhan penerbangan dari dan menuju Pulau Bali, serta mendorong otoritas meningkatkan status kewaspadaan ke tingkat tertinggi.
Data dari situs resmi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mencatat sejumlah maskapai luar negeri membatalkan rute mereka ke dan dari Bali. Di antaranya adalah Jetstar dan Virgin Australia yang menunda penerbangan ke berbagai kota di Australia. Sementara itu, Air India, Air New Zealand, Scoot dari Singapura, dan Juneyao Airlines dari China juga ikut menghentikan operasionalnya sementara.
Penerbangan domestik tak luput terdampak. Beberapa penerbangan AirAsia dengan rute menuju Labuan Bajo di Pulau Flores turut dibatalkan akibat sebaran abu vulkanik yang dinilai membahayakan keselamatan penerbangan.
Menanggapi situasi ini, Anggota Komisi VI DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Bali dari Partai Golkar, Gde Sumarjaya Linggih atau yang akrab disapa Demer, menilai bahwa kejadian ini menjadi bukti nyata pentingnya pembangunan bandara kedua di Bali. Menurutnya, kondisi serupa telah berulang kali terjadi, termasuk saat erupsi Gunung Agung yang juga berdampak terhadap jadwal penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Kondisi ini menimbulkan kerugian besar bagi Bali karena terlalu bergantung pada satu bandara utama.
“Ya, inilah pentingnya sebenarnya airport itu ada dua. Kenapa kalau ada bencana, ini kan bencana di Flores, dulu kan ada bencananya Gunung Agung di Karangasem Bali yang sempat menutup airport juga. Kita harus belajar dari pengalaman gitu loh. Ini kan juga sudah berkali-kali, dulu kan sempat juga Gunung Agung meletus abunya sampai ke Bandara Ngurah Rai,” ujar Demer saat dihubungi via telepon pada Kamis, 19 Juni 2025.
Demer menegaskan Bali tidak bisa hanya bergantung pada satu bandara saja yakni Bandara Ngurah Rai mengingat seringnya kejadian tidak terduga yang menggangu operasional bandara dan mengancam pariwisata seperti perekonomian Bali. Demer mengibaratkan jangan seperti menaruh telur dalam satu keranjang. Karena itu adanya bandara baru di Bali Utara merupakan kebutuhan mendesak.
“Tidak bisa bergantung hanya satu bandara saja. Kalau ada kejadian seperti dampak gunung meletus ini penerbangan dari dan menuju ke Bali lumpuh,” kata Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu.
Demer menegaskan bahwa gangguan penerbangan akibat letusan gunung berapi memberikan dampak luas yang tidak terbatas pada sektor pariwisata semata. Menurutnya, penurunan aktivitas pariwisata secara langsung turut memengaruhi berbagai aspek perekonomian masyarakat Bali khususnya pelaku UMKM mulai dari distribusi bahan makanan, pendapatan para pengemudi ojek, hingga sektor pertanian dan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika sektor utama terganggu, efek domino turut dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Karena perekonomian kan menurun, kalau mereka menurun kan semua kena, sampai ke bahan makanan, ke mana-mana lah, sampai ke tukang ojek, apa segala macam menurun pasti gitu. Pertanian, ayam telur,” tegas wakil rakyat yang sudah lima periode berjuang di DPR RI itu.
Menurutnya, kerugian-kerugian yang terus berulang akibat gangguan penerbangan harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah strategis. Ia menilai bahwa pelestarian budaya Bali tidak dapat dilakukan hanya melalui retorika semata, melainkan harus disertai dengan upaya nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Jangan hanya sekadar bicara retorika lestarikan Bali. Lestarikan Bali ya melalui juga kesejahteraan. Kalau gak ada kesejahteraan gimana caranya melestarikan. Kalau perut lapar gimana caranya melestarikan itu, membawa idealisme,” kata mantan Ketua Umum Kadin Bali ini.
Demer juga menyoroti ketimpangan pembangunan antara wilayah selatan dan kawasan utara maupun timur Bali yang dinilainya mendorong laju urbanisasi semakin tinggi. Ia menilai bahwa daerah selatan kini memiliki lebih banyak pura yang terawat dan aktivitas Ngayah yang masih tinggi, sementara wilayah utara dan timur justru mulai ditinggalkan akibat kurangnya pemerataan pembangunan.
Jika kesejahteraan dapat dirasakan secara merata di seluruh wilayah Bali, menurutnya, masyarakat di utara dan timur tidak akan terdorong untuk bermigrasi ke selatan, sehingga adat dan tradisi lokal pun akan tetap terjaga.
“Utara dan timur yang mulai ditinggalkan oleh karena banyaknya urbanisasi. Coba kalau di utara, di timur juga sekarang sejahtera, mungkin dia tidak akan urbanisasi. Adat dan istiadat pasti terjaga juga,” ujar politis Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu.
Demer kembali menegaskan bahwa pembangunan Bandara Bali Utara bukan hanya soal infrastruktur, melainkan strategi jangka panjang untuk ketahanan ekonomi dan distribusi pemerataan wilayah. Terlebih, Bandara I Gusti Ngurah Rai diproyeksikan mencapai kapasitas maksimum pada 2028.
“Itulah kondisinya sekarang ini. Di mana-mana kok kita harus berkaca, di mana-mana kok di dunia ini ada yang satu kota, ada yang punya tiga, ada yang punya dua, bahkan ada yang punya empat bandara. Kenapa mesti tabu. Apalagi kita memang sudah mendesak. Airport Ngurah Rai sudah akan penuh di 2028,” pungkasnya. (kbs)