BerandaDaerahKelapa Kian Langka, Gubernur Koster Serukan Revolusi Tanam Kelapa demi Kemandirian Spiritual...

Kelapa Kian Langka, Gubernur Koster Serukan Revolusi Tanam Kelapa demi Kemandirian Spiritual Bali

Foto: Gubernur Bali Wayan Koster.

Denpasar, KabarBaliSatu

Gubernur Bali Wayan Koster mengeluarkan seruan penting kepada masyarakat Bali: tanam kembali kelapa. Imbauan ini bukan sekadar ajakan bercocok tanam, melainkan seruan politik kultural untuk menjaga kemandirian spiritual umat Hindu Bali.

“Kelapa adalah roh dari banten,” tegas Koster dalam pidatonya saat menghadiri Pujawali dan Karya Ngusaba di Pura Penataran Agung Penatih, Selasa (13/5). “Jangan sampai kebutuhan upakara kita tergantung dari daerah luar. Kita harus kembali menanam kelapa agar adat tetap lestari dan kita mandiri secara spiritual.”

Baca Juga  Era Gubernur Koster Ukir Sejarah: Negara Hadir Lindungi dan Danai Desa Adat Bali Secara Nyata

Pernyataan Koster disambut hangat ribuan krama yang hadir ngayah. Di tengah gempuran modernisasi dan ketergantungan pasokan dari luar Bali, Koster ingin menarik garis tegas: ritual tidak boleh jadi komoditas. Kemandirian dalam hal spiritual dianggapnya sama pentingnya dengan kedaulatan ekonomi.

Sebagai simbol ajakan konkret, Koster menyerahkan bibit pohon kelapa kepada Bandesa Adat Penatih I Wayan Ekayana, yang langsung menyatakan komitmen untuk mendorong warga adat mulai menanam kelapa di pekarangan masing-masing.

Menurut Koster, kelapa bukan sekadar pohon serbaguna, tetapi pohon suci yang mengikat keseharian umat Hindu dengan tradisi leluhur. Ia menegaskan, jika setiap rumah menanam minimal dua hingga tiga pohon, maka dalam waktu singkat, Bali bisa kembali swasembada kelapa, setidaknya untuk kebutuhan upacara adat.

Baca Juga  Talkshow Bumi Lestari Dorong Perda Sampah Demi Efek Jera dan “Sustainability Future”

Ajakan ini bukan tanpa konteks. Dalam beberapa tahun terakhir, kelangkaan kelapa untuk keperluan upakara kerap dikeluhkan masyarakat, khususnya saat hari-hari besar keagamaan. Koster melihat hal ini sebagai ancaman serius bagi keberlangsungan adat dan budaya Bali.

Upacara Pujawali dan Karya Ngusaba di Pura Penataran Agung Penatih sendiri berlangsung dengan khidmat dan penuh kebersamaan, menjadi panggung sakral bagi penguatan nilai adat dan spiritualitas Bali.

Dengan membawa isu ini ke tengah panggung publik, Gubernur Koster tak hanya bicara soal kelapa. Ia mengirim pesan kuat bahwa pelestarian budaya dan spiritualitas harus dimulai dari akar rumput, dari hal sederhana, seperti menanam pohon kelapa di halaman rumah. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini