Foto: Ketua Dewan Pembina Yayasan Agung Jaya Mandiri Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H, M.Kn., saat rapat bersama pengurus yayasan.
Karangasem, KabarBaliSatu
Yayasan Agung Jaya Mandiri terus melakukan aksi nyata mewujudkan visi menjadi yayasan yang menghadirkan solusi konkret bagi warga masyarakat untuk bisa hidup berdaulat, sejahtera, mandiri, berkarakter dan berbudaya. Beberapa program tahap awal tengah disiapkan dengan matang dengan menyasar pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Karangasem.
Tiga program yang utama diantaranya Pemberdayaan Desa Adat Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, yang mempunyai kearifan lokal varietas padi yang tumbuh setahu sekali dan satu ikon tari sakral yakni Sang Hyang Dedari. Kedua, pengembangan Pantai Gerombong di Kecamatan Kubu yang mempunyai potensi wisata diving.
Ketiga, siap mendirikan sejumlah SPPG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di Karangasem. SPPG yang merupakan unit atau dapur yang bertugas menyediakan makanan bergizi gratis dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Agung Jaya Mandiri Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H, M.Kn., mengungkapkan bahwa sejumlah langkah konkret telah mulai dijalankan di lapangan. Salah satunya adalah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait pemberdayaan Desa Adat Geriana Kauh di Kecamatan Selat. Desa ini memiliki kekayaan kearifan lokal yang khas, seperti varietas padi yang hanya dapat ditanam setahun sekali serta sistem kehidupan adat yang masih sangat murni.
Selain itu, desa ini juga menjaga kelestarian tradisi budaya melalui tarian sakral Sanghyang Dedari, yang terus dipertahankan oleh masyarakat sebagai bagian dari warisan spiritual dan pertanian lokal.
“Nah itu di sana ada kearifan lokal, ada varietas padi yang hanya tumbuh di sana setahun sekali. Dan di sana ada satu ketatanan masyarakat adat yang memang masih sangat pure, murni. Nah kemudian ada satu tari, tari sakral, Sanghyang Dedari. Nah itu memang menjadi salah satu tradisi yang masih dijaga,” ujarnya.
Tari Sanghyang Dedari merupakan tarian sakral yang dipentaskan setiap tahun, tepatnya pada sasih kedasa atau sekitar bulan April, saat padi varietas lokal mulai “embud” atau menumbuhkan bulir. Pementasan ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan spiritual terhadap padi dari serangan hama dan gangguan alam.
Yayasan Agung Jaya Mandiri juga telah menjalin kerja sama untuk mendukung konsep wisata berbasis budaya melalui pembangunan homestay. Beberapa rumah masyarakat telah direnovasi dengan bantuan investor untuk dijadikan penginapan wisatawan yang ingin merasakan langsung kehidupan adat Geriana Kauh.
Selain itu, Yayasan Agung Jaya Mandiri juga fokus memberdayakan petani garam di wilayah Batu Ringgit yang dikenal memproduksi garam dengan cita rasa khas. Untuk meningkatkan nilai tambah produk tersebut, yayasan telah melakukan pertemuan dengan para petani dan kini tengah memproses legalisasi produk, termasuk pengurusan izin dari BP POM.
Langkah ini diambil untuk memperbaiki sistem produksi garam yang selama ini masih bersifat tradisional dengan volume terbatas dan harga jual yang rendah, rata-rata hanya sekitar Rp1.200 per kilogram. Dengan adanya dukungan ini, diharapkan produk garam lokal dapat dipasarkan lebih luas dan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih layak bagi para petani.
“Nah kemudian ada petani garam. Nah ini juga garam di Batu Ringgit, itu sangat khas. Itu dengan petani sudah kita adakan juga pertemuan. Dan sedang kita proses. Jadi untuk processingnya nanti supaya bisa kita lakukan dan mendapat nilai tambah tentunya. Karena sekarang ini kalau dengan apa adanya kan produksinya sangat sedikit dan harganya sangat rendah gitu. Rata-rata cuma Rp1.200-an,” lanjutnya.
Potensi wisata bahari pun tak luput dari perhatian. Yayasan Agung Jaya Mandiri telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk mengembangkan Pantai Gerombong yang air lautnya terkenal jernih dan memiliki keindahan bawah laut yang memukau. Pantai ini dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi diving, bahkan disebut tak kalah indah dengan Amed yang telah lebih dulu populer.
“Nah itu pantai yang sangat bagus sebenarnya, dimana memang disana punya kekhasan. Artinya di pantai ini sebenarnya airnya sangat jernih, sangat bagus. Dan keindahan dasar aja bagus untuk diving. Tapi memang belum dimanfaatkan ya. Kalah bersaing lah dengan Amed,” ujar Adnyana.
Pihak yayasan juga berencana mengembangkan konsep wisata berbasis alam seperti glamping di kawasan tersebut. Konsep ini diharapkan mampu menarik wisatawan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal.
Di sisi lain, sebagai bentuk dukungan terhadap program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG), Yayasan Agung Jaya Mandiri telah memulai pembangunan titik pertama Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu. Program ini diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, tetapi juga sebagai strategi pemberdayaan ekonomi lokal.
Kehadiran SPPG memberikan multiplier effect. Selain menyediakan makanan bergizi gratis, yayasan juga menggandeng BUMD, petani, dan nelayan untuk menyuplai bahan pangan. Tak hanya itu, sebanyak 55 tenaga kerja lokal, mayoritas ibu-ibu, telah direkrut sebagai juru masak di dapur SPPG.
Program ini akan diperluas ke wilayah-wilayah lain di Karangasem, termasuk Galiran, Rendang, dan Ulakan, dengan prioritas wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Dengan berbagai inisiatif ini, Yayasan Agung Jaya Mandiri menunjukkan keseriusannya dalam membangun Karangasem dari akar rumput, mengedepankan kearifan lokal, kekuatan budaya, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. (kbs)

