Foto: Wakil Bupati Karangasem, Pandu Prapanca Lagosa, saat menghadiri tiga rangkaian Upacara Pitra Yadnya di kecamatan kni Kubu dan Selat.
Karangasem, KabarBaliSatu
Wakil Bupati Karangasem, Pandu Prapanca Lagosa yang akrab disapa Guru Pandu, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap tradisi dan kehidupan masyarakat akar rumput. Kali ini, ia hadir dalam tiga rangkaian Upacara Pitra Yadnya di dua kecamatan, yakni Kubu dan Selat.
Rangkaian kegiatan dimulai dari Upacara Atiwa-Tiwa lan Atma Wedana di Karangsari, dilanjutkan dengan Upacara Atiwa-Tiwa Nyawa Preteka di Banjar Dinas Lebah, dan ditutup dengan prosesi Ngaben, Ngelanus, serta Ngeroras di Banjar Sila Darma Tegeh. Setiap tahapan upacara dijalani Guru Pandu dengan penuh akrab, berdialog langsung dengan warga, dan meresapi makna spiritual dalam prosesi yang sakral itu.
Kehadiran Wakil Bupati di tengah masyarakat tidak hanya sebagai pejabat daerah, tetapi juga sebagai sosok yang menghidupi nilai-nilai adat dan budaya Bali. Dalam keterangannya, Guru Pandu menyampaikan bahwa Pitra Yadnya bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi bagian dari jati diri masyarakat Bali yang wajib dilestarikan bersama.
“Upacara seperti ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur, dan juga pengikat harmoni antara manusia, alam, dan roh nenek moyang. Pemerintah berkewajiban hadir, mendukung, dan memastikan tradisi luhur ini tetap lestari,” ujar Guru Pandu.
Ia menegaskan bahwa kehadirannya bukan sekadar agenda seremonial, melainkan bagian dari komitmen Pemerintah Kabupaten Karangasem dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan spiritual. Guru Pandu percaya, keberlanjutan tradisi adat menjadi fondasi penting dalam membangun masyarakat yang kuat secara budaya dan sosial.
“Kami ingin masyarakat merasa dekat dengan pemimpinnya. Pemerintah tidak boleh berada di menara gading, tapi harus menyatu dengan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan, termasuk saat upacara adat dan keagamaan,” imbuhnya.
Sambutan hangat dan penuh syukur pun datang dari para krama adat dan keluarga besar yang tengah melangsungkan upacara. Mereka mengapresiasi kehadiran Guru Pandu sebagai bentuk dukungan moral dan spiritual dari pemerintah terhadap nilai-nilai budaya yang selama ini dijaga dengan penuh rasa hormat.
Dengan spirit ngayah dan ketulusan, Guru Pandu kembali mempertegas arah kepemimpinannya yang tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga merawat akar budaya dan spiritualitas Bali. Sebab bagi Karangasem, pembangunan tanpa jiwa tradisi adalah kehilangan arah. (kbs)