BerandaDaerahRangkaian Kegiatan Pasraman KBMHD Undiknas 2025 Gaungkan Spirit Sinergi Pang Pade Payu,...

Rangkaian Kegiatan Pasraman KBMHD Undiknas 2025 Gaungkan Spirit Sinergi Pang Pade Payu, Ajak Generasi Muda Lestarikan Budaya Bali

Foto: Suasana rangkaian kegiatan Pasraman KBMHD Undiknas 2025.

Denpasar, KabarBaliSatu

Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Undiknas menggelar Pasraman KBMHD 2025 di LLDIKTI Wilayah VIII pada Sabtu, 26 Juli 2025. Kegiatan tahunan ini mengangkat tema “Atmavisvasah Ca Dharmamargah – Bhavisvasyabhimukti Sanatana Dharmāh”, yang mengajak para mahasiswa untuk memperdalam nilai-nilai dharma dan spiritualitas dalam kehidupan modern.

Pasraman yang dimoderatori oleh Komang Aditya Yama Diputra ini menghadirkan pembicara Dra. I Gusti Ayu Ketut Artatik, M.Si, yang membawakan materi tentang makna dan filosofi banten pejati. Para peserta juga dibekali dengan cara membuat banten pejati yang baik dan benar sesuai dengan pakem Hindu.

Pada hari dan lokasi yang sama, semangat spiritual dan budaya dalam Pasraman KBMHD bersinergi dengan berbagai kegiatan inspiratif lainnya. Salah satu acara utama adalah peluncuran Pekenan “Pang Pade Payu Pribumi” oleh HIPPI Bali sebagai ruang promosi dan distribusi produk-produk lokal unggulan. Pekenan ini menjadi simbol perjuangan menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan serta pemberdayaan UMKM berbasis kearifan lokal.

Dalam rangka memperingati Hari Kebaya Nasional 2025, digelar pula Parade Budaya Berkebaya Anti Ribet, yang menampilkan budaya busana tradisional Indonesia dalam format praktis dan kekinian. Kegiatan ini turut diramaikan dengan peluncuran Kebaya Endek Bali.

Semarak acara semakin terasa dengan peluncuran Edu-Playground Bersinar dan Lomba Mewarnai dalam rangka Hari Anak Nasional. Program ini juga mendukung fokus edukasi dan literasi Rotary di tingkat daerah.

Kegiatan dilanjutkan dengan Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar, Rotary of Buleleng Sakti, Rotaract STIE Satya Dharma, dan Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali yang mengusung tema “Bersinergi Pang Pade Payu”. Pelantikan kepengurusan ini dikemas dalam suasana penuh kebersamaan melalui agenda fellowship, parade budaya, serta berbagai kompetisi edukatif lainnya.

Rangkaian kegiatan ini mencerminkan semangat kolaboratif antara organisasi mahasiswa, institusi pendidikan, komunitas budaya, dan pelaku ekonomi dalam membangun ekosistem yang harmonis antara spiritualitas, budaya, dan kemandirian ekonomi. Semangat dharma dan gotong royong menjadi fondasi utama dalam menyongsong masa depan Bali yang berbudaya, berdaya, dan berkelanjutan.

Ketua Panitia Pasraman KBMHD Undiknas 2025, Ida Ayu Gede Saraswati Kesuma Dewi, menegaskan pentingnya kegiatan pasraman kilat sebagai upaya menanamkan nilai pelestarian budaya kepada generasi muda Hindu. Ia menyebutkan bahwa kegiatan ini bukan hanya menjadi sarana pembelajaran spiritual, tetapi juga media pengenalan langsung terhadap warisan budaya Bali.

Dalam kegiatan pasraman, peserta diajak mempraktikkan cara membuat banten pejati, salah satu bentuk persembahan suci dalam tradisi Hindu Bali. Selain praktik, peserta juga dikenalkan pada makna dan filosofi di balik setiap unsur banten, sehingga pemahaman mereka tidak berhenti pada bentuk fisik semata, tetapi juga menyentuh aspek spiritual dan nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun.

Kegiatan ini dinilai sangat relevan di tengah arus modernisasi yang berpotensi mengikis pengetahuan budaya lokal di kalangan generasi muda. “Dengan melibatkan mereka secara aktif, kami berharap tumbuh kesadaran kolektif untuk menjaga, merawat, dan mewariskan tradisi leluhur”, katanya.

Melalui Pasraman KBMHD ini, generasi muda diharapkan tidak hanya memahami, tetapi juga terlibat langsung dalam upaya pelestarian budaya Bali agar tetap lestari di masa mendatang.

Ketua Umum KBMHD Undiknas, I Gede Ari Kusuma Dinata, menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya seluruh rangkaian kegiatan terpadu di LLDIKTI Wilayah VIII Bali-NTB. Dalam suasana penuh semangat kebersamaan dan nuansa spiritual, ia menilai kegiatan ini sebagai hasil kolaborasi luar biasa berbagai elemen komunitas, organisasi, dan lembaga pendidikan.

Melalui momentum ini, KBMHD Undiknas menegaskan bahwa sinergi antarkomunitas mampu menciptakan dampak yang lebih luas dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat. “Kolaborasi yang terbangun menjadikan kegiatan ini inklusif, edukatif, dan inspiratif, serta mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, budaya, dan kepemimpinan”, katanya.

Semangat kolaborasi yang dibingkai dalam spirit Sinergi Pang Pade Payu diharapkan terus terjaga dan menjadi fondasi lahirnya berbagai inisiatif positif di masa depan. “Momentum ini menjadi tonggak dalam pembangunan karakter mahasiswa yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga kuat dalam spiritualitas, budaya, dan kepedulian sosial”, pungkasnya.

Pembina Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Undiknas, Dr. Gung Tini Gorda, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan Pasraman yang digagas oleh KBMHD Undiknas. Ia menekankan pentingnya agar kegiatan tersebut tidak hanya bersifat seremonial seperti seminar atau workshop, tetapi mampu menghasilkan dampak konkret bagi peserta maupun masyarakat luas.

Dalam konteks pelaksanaan Pasraman, ia mendorong agar kegiatan ini menjadi sarana edukatif yang otentik, termasuk dalam hal penggunaan bunga untuk banten pejati. “Bunga yang digunakan seharusnya berasal dari tanaman yang dibudidayakan sendiri di pekarangan rumah, sehingga upacara seperti Tumpek Pengatag dan Tumpek Uye bisa diimplementasikan secara berkelanjutan”, katanya.

Baca Juga  Anggota DPR RI I Wayan Sudirta Beri Dukungan Moril untuk Pecalang Besakih Korban Pengeroyokan, Semangat Ngayah Bangkit Lagi

Lebih lanjut, kegiatan Pasraman KBMHD tahun ini juga dirangkaikan dengan agenda Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar, Rotary of Buleleng Sakti, Rotaract STIE Satya Dharma, dan Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali. “Agenda tahunan ini menjadi simbol regenerasi kepemimpinan dalam lingkungan Rotary, yang memiliki mekanisme rotasi presiden secara otomatis setiap tahunnya”, tuturnya.

Rangkaian kegiatan berikutnya adalah Parade Kebaya Nasional dalam rangka memperingati Hari Berkebaya yang telah ditetapkan pada 24 Juli. Kegiatan perdana telah digelar di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, dan pada kesempatan ini parade berkebaya digelar untuk melibatkan generasi muda. Program ini merupakan bagian dari inisiatif “Kebaya Goes to Campus” yang diluncurkan di Undiknas dan selanjutnya akan disosialisasikan ke seluruh kampus swasta di bawah koordinasi LLDIKTI Wilayah VIII Bali-NTB, termasuk kampus-kampus di Lombok.

“Dalam parade tersebut, kebaya yang digunakan dipadukan dengan kain endek khas Bali sebagai bentuk pelestarian wastra lokal. Gagasan ini juga diarahkan agar generasi muda memiliki kebanggaan terhadap busana tradisional yang dimodernisasi secara elegan”, ungkapnya.

Selain itu, diluncurkan pula program Pekenan Pang Pade Payu Pribumi hasil kolaborasi antara HIPPI Bali, Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Bali, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu, dan Ikatan Ahli Boga (IKABOGA) Bali. Setelah peluncuran ini, rencananya akan dilakukan roadshow ke seluruh kabupaten dan kota di Bali untuk menggerakkan ekonomi lokal secara berkelanjutan serta menggali potensi dan ide-ide baru dari masyarakat.

Sebagai penutup rangkaian, kegiatan memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juni juga turut diselenggarakan. Dalam kesempatan ini, diluncurkan Edu Playground Bersinar, sebuah ruang edukatif bagi anak-anak yang turut dimeriahkan dengan lomba mewarnai. “Program ini sekaligus menjadi bentuk implementasi dari kerja sama (MoU) dengan LLDIKTI Wilayah VIII, dengan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan anak sejak dini”, tandasnya.

Apresiasi juga disampaikan oleh Dr. Komang Satria Wibawa Putra, S.H., M.H., selaku perwakilan dari Student Affairs and Alumni Undiknas (SALUT). Ia menyambut positif pelaksanaan rangkaian kegiatan KBMHD Undiknas dan menyatakan dukungannya terhadap kampanye Kebaya Anti Ribet. Menurutnya, kebaya tidak hanya layak dikenakan dalam acara seremonial, tetapi juga dapat diangkat sebagai bagian dari gaya hidup dan fashion modern, termasuk dalam aktivitas sehari-hari seperti berkunjung ke pusat perbelanjaan.

Selain itu, ia menyampaikan apresiasi kepada LLDIKTI Wilayah VIII Bali-NTB yang telah memfasilitasi seluruh rangkaian kegiatan. “Saya berharap kolaborasi ini dapat terus terjalin secara berkesinambungan dan mampu memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, khususnya dalam upaya pelestarian budaya dan penguatan identitas generasi muda”, katanya.

Kepala LLDIKTI Wilayah VIII Bali–NTB, I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., turut menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan kegiatan yang digelar oleh Rotary Club of Bali Bersinar bersama KBMHD Undiknas. Ia memberikan penghargaan atas dukungan nyata Rotary Club of Bali Bersinar yang telah menyediakan fasilitas Edu Playground di lingkungan LLDIKTI Wilayah VIII sebagai bagian dari implementasi kerja sama (MoU) yang telah disepakati sebelumnya. Menurutnya, inisiatif ini mencerminkan keseriusan Rotary Club dalam membangun sinergi dan berkontribusi di luar lingkup Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Eratodi juga menyoroti pentingnya kegiatan Parade Kebaya Nasional sebagai bentuk konkret pelestarian budaya. Ia menegaskan bahwa LLDIKTI Wilayah VIII Bali–NTB telah berkomitmen dalam mendukung pelestarian kebaya dengan menerapkan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali terkait pemakaian pakaian adat, termasuk kebaya bagi pegawai perempuan, setiap hari Selasa dan Kamis di lingkungan LLDIKTI Wilayah VIII Bali–NTB. “Kebijakan ini menjadi wujud nyata dari upaya internalisasi nilai-nilai budaya Bali dalam lingkungan kerja”, katanya.

Kegiatan Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar, Rotary of Buleleng Sakti, Rotaract STIE Satya Dharma, dan Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali berlangsung dalam suasana penuh semangat kolaborasi dan pengabdian. Dalam momen ini, dilakukan serah terima kepemimpinan dari Tiwi Tjandra selaku President Rotary Club of Bali Bersinar untuk Rotary Year 2024-2025 kepada Gung Wahyuni, yang akan memimpin RC Bali Bersinar pada Rotary Year 2025-2026.

President Rotary Club of Bali Bersinar Rotary Year 2024-2025, Tiwi Tjandra mengatakan, serah terima ini menjadi simbol kesinambungan kepemimpinan yang diharapkan mampu melanjutkan dan memperkuat program-program pelayanan yang telah dirintis sebelumnya.

President Elect Rotary Club of Bali Bersinar untuk Rotary Year 2025-2026, Gung Rai Wahyuni, menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan memperkuat berbagai program sosial yang telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Dalam kepemimpinannya mendatang, sejumlah agenda prioritas telah disiapkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat secara konkret.

Baca Juga  Senantara Peduli Terhadap Anak Sekolah Kurang Mampu dan Tanpa Orang Tua: Berikan Bantuan Pendidikan untuk Anak Yatim hingga Diploma

Salah satu program yang akan difokuskan adalah sanitasi, sebagai kelanjutan dari inisiatif sebelumnya yang berhasil mewujudkan pembangunan toilet di berbagai titik di Buleleng. Selain itu, isu kesehatan ibu dan anak juga menjadi perhatian khusus dalam perencanaan kegiatan tahun depan, selain juga growing local economy.

Ditambahkannya, tema Rotary International 2025–2026, “Unite for Good” menjadi landasan untuk membangun semangat kebersamaan melalui kolaborasi lintas sektor.

“Klub-klub yang lahir dari inisiatif Rotary Club of Bali Bersinar juga akan tetap menjadi mitra aktif dalam menjalankan program-program yang mengacu pada tujuh fokus area Rotary”, ungkapnya.

Menariknya, dalam Board Change Over Rotary Club, Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali dinakhodai oleh I Gusti Ayu Mas Sumatri, mantan Bupati Karangasem yang kini menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Bali. Ia dipercaya untuk memimpin organisasi tersebut selama dua periode, dengan harapan mampu membawa arah baru dalam memperluas jangkauan pengabdian di wilayah Karangasem dan sekitarnya.

Charter President (CP) Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali, Mas Sumatri, menegaskan bahwa program prioritas awal yang akan dijalankan oleh klub ini adalah penyediaan akses air bersih dan sanitasi layak bagi masyarakat di wilayah yang masih mengalami keterbatasan infrastruktur dasar tersebut.

Sebagai langkah awal, Rotary Club of Karangasem The Spirit of Bali telah menyusun master plan yang berbasis pada data akurat. “Perencanaan ini menjadi fondasi utama dalam merancang program-program secara menyeluruh dan terarah agar benar-benar menyasar kebutuhan riil masyarakat”, tegasnya.

Parade dan lomba berkebaya turut menyemarakkan rangkaian acara yang digelar dalam suasana penuh semangat kebudayaan. Para peserta tampil anggun dengan balutan kebaya Nusantara, mencerminkan keindahan dan keberagaman warisan busana tradisional Indonesia.

Ketua Dharma Wanita LLDIKTI Wilayah VIII, I Gusti Ayu Ngurah Eva Intan Swandhewi, menyampaikan bahwa tahun ini menjadi momentum istimewa karena untuk pertama kalinya LLDIKTI Wilayah VIII menjadi tuan rumah perayaan Hari Kebaya Nasional, yang sekaligus dirangkaikan dengan peringatan Hari Anak Nasional. Sebelumnya, perayaan serupa telah dilaksanakan di Lapas Perempuan Kerobokan pada tahun lalu.

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari dukungan terhadap perjuangan panjang Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) yang selama dua tahun terakhir mengupayakan pengakuan kebaya sebagai warisan budaya Indonesia di tingkat internasional. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil pada Desember 2023, saat kebaya resmi tercatat sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. “Hal ini memperkuat legitimasi bahwa kebaya merupakan bagian dari identitas leluhur bangsa Indonesia”, ungkapnya.

Penetapan 24 Juli sebagai Hari Kebaya oleh Presiden Joko Widodo juga menjadi tonggak penting dalam kampanye pelestarian kebaya sebagai simbol budaya nasional. Di momen yang sama, juga dilakukan peluncuran Pekenan “Pang Pade Payu Pribumi” oleh HIPPI Bali, sebagai bentuk sinergi antara pelestarian budaya dan penguatan ekonomi lokal.

Dalam rangkaian perayaan Hari Kebaya Nasional turut diluncurkan Kebaya Endek Bali “Seraya Mekar” sebagai bentuk nyata pelestarian budaya sekaligus penguatan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

Kebaya Seraya Mekar merupakan hasil karya Tiwi Tjandra, owner Seraya Mekar, yang mengusung konsep kolaboratif dengan memadukan kain tenun endek khas Bali dan ornamen-ornamen seperti bordir dan tenun tambahan yang dikerjakan secara detail oleh para pengrajin lokal. Desain kebaya ini tidak hanya menampilkan keindahan busana, tetapi juga memperlihatkan kekuatan sinergi Pang Pade Payu antara pelaku industri kreatif lokal.

“Peluncuran Kebaya Endek Bali ini merupakan langkah baru dalam menjadikan kebaya sebagai bagian dari gaya hidup modern yang tetap berpijak pada akar budaya Nusantara, khususnya Bali”, katanya.

Sementara itu para juara lomba berkebaya, mengungkapkan perasaan masing-masing. Agung Vina, yang berhasil meraih juara pertama dalam ajang tersebut, menyampaikan rasa syukur dan bangganya atas pencapaian tersebut.

Mahasiswi Undiknas ini mengaku sempat tak menyangka akan keluar sebagai pemenang, namun pengalaman berharga mengikuti ajang ini lebih dari sekadar gelar. “Kesempatan bertemu dengan sosok-sosok inspiratif dan menyaksikan keberagaman busana kebaya yang dikenakan para peserta menjadi nilai tersendiri yang membekas”, ungkapnya penuh haru.

Ia berharap semakin banyak generasi muda yang tidak malu mengenakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan busana warisan leluhur ini sebagai bagian dari identitas yang patut dirayakan dan dilestarikan.

Natalia, peserta yang berhasil meraih juara kedua dalam Lomba Berkebaya, mengaku terkejut sekaligus bahagia atas pencapaian tersebut. Meski dengan persiapan yang minim, ia mampu tampil memukau dan mencuri perhatian juri.

Mahasiswi dari Institut Desain dan Bisnis Bali ini berharap semakin banyak anak muda yang mau tampil percaya diri dengan balutan kebaya, menjadikannya sebagai simbol kecintaan terhadap budaya Indonesia sekaligus ekspresi kreatif dalam berbusana.

Baca Juga  GWK Membangkang dan Sengsarakan Warga, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali Made Suparta Dorong Evaluasi Perizinan GWK!

Dewayu yang mendapat juara 3 mengatakan, dengan persiapan minim, ia tetap mampu tampil percaya diri berkat pengalaman sebelumnya sebagai finalis Jegeg Bagus Bangli di tingkat kabupaten.

Pengalaman di dunia catwalk memberinya bekal penting untuk menampilkan pesona kebaya dalam parade tersebut. Bagi Mahasiswi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia ini, kebaya bukan sekadar busana tradisional, tapi simbol kebanggaan budaya yang perlu terus dijaga dan dikenalkan, khususnya oleh generasi muda.

Tawa riang dan semangat anak-anak mewarnai suasana Edu Playground dalam gelaran lomba mewarnai yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan. Anak-anak tampak khusyuk memadukan warna sesuai imajinasi mereka.

Komang Mulia, salah satu peserta cilik, berhasil keluar sebagai juara pertama. Dengan rona wajah penuh kebahagiaan, Mulia mengaku senang bisa menjadi pemenang dalam lomba tersebut. Di posisi kedua, Cok Maya tak kalah antusias. Anak berbakat ini mengungkapkan kegembiraannya karena bisa ikut serta dan meraih juara dua.

Sebagai penutup, puncak acara diisi dengan pelatihan membuat Banten Pejati, sebuah bentuk upakara yang memiliki makna filosofis mendalam dalam tradisi Hindu Bali. Kegiatan ini menghadirkan narasumber berpengalaman, Dra. I Gusti Ayu Ketut Artatik, M.Si, dan dimoderatori oleh Komang Aditya Yama Diputra.

Dalam sesi pelatihan yang berlangsung hangat dan interaktif, para peserta, yang mayoritas generasi muda, menunjukkan antusiasme tinggi. I Gusti Ayu Ketut Artatik mengungkapkan rasa syukurnya melihat semangat anak-anak muda dalam belajar dan memahami makna di balik setiap unsur Banten Pejati.

Dalam agama Hindu, semua praktik upacara tidak bisa lepas dari tiga kerangka dasar: Tattwa (filsafat), Susila (etika), dan Upacara (ritual).

Ia menambahkan, Banten Pejati merupakan wujud nyata dari Bakti Marga dan Karma Marga, dua jalan spiritual dalam ajaran Hindu, yang menjadi sarana persembahan kepada Sang Pencipta melalui tindakan nyata dan ketulusan hati.

Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan tradisional, tetapi juga menanamkan nilai spiritual dan kebanggaan terhadap warisan budaya Bali. “Melalui pelatihan Banten Pejati, Saya mengajak generasi muda untuk tidak hanya melestarikan, tetapi juga memahami esensi dari setiap ritual sebagai bentuk bhakti kepada Tuhan dan semesta”, ungkapnya.

Dalam sesi penutup pelatihan Banten Pejati, moderator Komang Aditya Yama Diputra menyampaikan kesimpulan yang merangkum esensi dari pelatihan tersebut. Ia menekankan bahwa Pejati bukan sekadar rangkaian sesaji, melainkan memiliki makna yang sangat luas dan mendalam dalam tradisi upakara Hindu Bali.

Komang Aditya menyoroti manfaat kegiatan Pasraman KBMHD Undiknas, yang menurutnya telah membuka wawasan anak muda. “Keterampilan majejahitan dan metanding bukan hanya bagian dari pelestarian budaya, tapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar jika dikembangkan secara kreatif dan berkelanjutan”, tegasnya.

Antusiasme para peserta pelatihan pembuatan Banten Pejati begitu terasa sejak awal kegiatan. Salah satu peserta, Krisdiantini, mengaku mendapat pengalaman spiritual sekaligus pengetahuan baru dalam proses belajar yang dipandu langsung oleh narasumber berpengalaman.

Bagi Krisdiantini, pelatihan ini lebih dari sekadar keterampilan tangan. Ia menilai bahwa generasi muda Hindu harus mampu meneladani dan melestarikan tradisi luhur seperti ini. “Membuat Pejati bukan hanya soal teknik, tapi juga tentang mengaturkan rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa”, ungkapnya.

Peserta lainnya, Putu Davina, menyampaikan kesan mendalamnya usai mengikuti sesi praktik membuat Banten Pejati. Ia mengaku bahwa kegiatan ini membuka kesadaran baru, terutama bagi generasi muda, terlebih Perempuan, yang kian jarang bersentuhan langsung dengan dunia perbantenan.

Ia mengakui, sebelumnya dirinya pun belum begitu paham tentang makna dan tata cara membuat Pejati. Melalui pelatihan ini, Saya merasa mendapatkan pengalaman yang bukan hanya teknis, tapi juga spiritual”, katanya.

Bagi Davina, pelatihan ini menanamkan nilai penting bahwa membuat Pejati sendiri adalah bentuk bhakti dan pelestarian tradisi, bukan sekadar membeli dan menggunakannya.

Rangkaian kegiatan Pasraman KBMHD Undiknas 2025 bukan sekadar agenda tahunan biasa. Ia tumbuh menjadi wadah kolaboratif yang menyatukan nilai-nilai spiritual, pelestarian budaya, penguatan ekonomi lokal, dan pengabdian sosial dalam satu tarikan napas yang utuh. Dari praktik membuat Banten Pejati yang sakral, parade kebaya yang memesona, hingga peluncuran program ekonomi berbasis UMKM, seluruh kegiatan mencerminkan sebuah visi kolektif yakni membentuk generasi muda Hindu yang cerdas spiritual, bangga berbudaya, dan tangguh secara sosial.

Dengan semangat “Sinergi Pang Pade Payu”, kegiatan ini menunjukkan bahwa ketika mahasiswa, lembaga pendidikan, komunitas budaya, organisasi sosial, hingga pelaku usaha bergandengan tangan, maka lahirlah gerakan yang tak hanya berdampak, tetapi juga bermakna. Momentum ini bukan penutup, melainkan pijakan menuju langkah-langkah lanjutan yang lebih progresif, lestari, dan membumi. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini