Foto: Gubernur Bali, Wayan Koster bersama pimpinan PTN dan PTS usai menandatangani Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama Program “Satu Keluarga Satu Sarjana” pada Selasa, 29 Juli 2025, di Gedung Kertha Sabha, Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar.
Denpasar, KabarBaliSatu
Pemerintah Provinsi Bali terus menggenjot kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan akses pendidikan tinggi. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah peluncuran Program Satu Keluarga Satu Sarjana yang menyasar keluarga kurang mampu. Program ini tidak hanya ditujukan untuk pemerataan pendidikan, namun juga sebagai upaya mendongkrak Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (APK PT) di Bali.
Gubernur Bali, Wayan Koster, menegaskan bahwa peningkatan APK menjadi prioritas utama Pemprov Bali. Ia menyoroti bahwa meskipun angka partisipasi pendidikan tinggi di Bali saat ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, namun belum cukup ideal untuk mengakselerasi pembangunan SDM yang unggul dan kompetitif.
“Program Satu Keluarga Satu Sarjana, terutama bagi keluarga yang kurang mampu, itu pertama adalah saya melihat angka, karena angka partisipasi kasar masuk ke perguruan tinggi di Bali ini masih cukup rendah. Meskipun lebih tinggi dari nasionalnya, tapi untuk ukuran saya, ini angka yang kurang bagus,” ujar Koster.
Berdasarkan data tahun 2024, APK PT Bali berada pada angka 38 persen. Koster menargetkan angka tersebut meningkat secara signifikan, minimal mencapai 51 persen. Ia menilai, peningkatan ini bukan sekadar angka statistik, tetapi menjadi fondasi penting dalam membangun SDM Bali Unggul, program unggulan yang menjadi tulang punggung pembangunan jangka panjang daerah.
“Ini harus ditingkatkan menjadi di atas 50 persen. Karena selain dari sisi kepentingan internal pendidikan, ini adalah untuk mendukung program mewujudkan SDM Bali unggul. Ini yang sedang dikerjakan,” lanjutnya.
Menurut Koster, SDM Bali Unggul bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan akademik semata, namun juga dibentuk oleh karakter, integritas, dan jati diri khas masyarakat Bali. Ia menekankan bahwa penguatan karakter lokal menjadi elemen penting dalam menciptakan manusia Bali yang mampu bersaing, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“SDM Bali unggul ini tidak saja kompetensinya, tapi juga karakteristik, integritasnya, kemudian juga jati diri. Jadi selain pintar otaknya, nilainya bagus di perguruan tinggi. Tapi, tidak cukup itu untuk ukuran orang Bali. Supaya memiliki daya saing yang tinggi, orang Bali harus dibangun dengan nature-nya sendiri,” jelasnya.
Koster mengungkapkan, berdasarkan sejarah dan hasil riset, masyarakat Bali memiliki keunggulan alamiah yang membedakan mereka dari daerah lain. Karakter seperti kejujuran, keteguhan, kesantunan, keuletan, kreativitas, serta semangat kerja keras dan loyalitas merupakan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun. Ia menyebut ini sebagai hukum Karma Pala, berbuat dulu, baru menuai hasil.
“Dia pertama, jujur, teguh, konsisten, santun, tabah, loyal, lascarya, tragia, ulet, gigih, tekun, kreatif, serta inovatif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terus kemudian mengedepankan kewajiban daripada hak. Kalau di orang Bali ini,nature-nya dia, dia kerja dulu, baru hasil. Jadi bukan minta hasil dulu, gak berbuat, itu nakal namanya,” paparnya.
Sebagai best practice, Gubernur Koster menyoroti keberhasilan transmigran asal Bali di berbagai wilayah Indonesia. Dengan kondisi awal yang sama dengan transmigran dari daerah lain, warga Bali menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam beradaptasi dan bertahan.
“Transmigran yang dulu digalakkan datang dari berbagai daerah, diberi lahan yang sama kondisinya, luasnya sama, tapi yang paling berhasil transmigran dari Bali. Kenapa dia paling berhasil? Karena dia ulet. Dia cepat beradaptasi dengan lingkungan yang dihadapi. Dan dia tanpa mengenal lelah, dan enggak menyerah, maka dia sangat berhasil,” ungkapnya.
Dengan fondasi karakter unggul dan akses pendidikan yang diperluas melalui Program Satu Keluarga Satu Sarjana, Bali menegaskan komitmennya mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara moral dan budaya. Gubernur Koster optimistis, dengan pencapaian APK PT minimal 51 persen dan karakteristik SDM Bali yang kuat, provinsi ini akan melahirkan manusia-manusia unggul yang siap bersaing di kancah global. (kbs)