Foto: Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar secara resmi membuka program Merdeka Belajar Jegeg Bersinar 2025 pada Jumat 15 Agustus 2025 di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kerobokan, Kabupaten Badung.
Badung, KabarBaliSatu
Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar secara resmi membuka program Merdeka Belajar Jegeg Bersinar 2025 pada Jumat 15 Agustus 2025 di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kerobokan, Kabupaten Badung. Program ini mengusung semangat pemberdayaan perempuan dengan tema “Perempuan Ecopreneur Berdayakan Diri Warga Binaan LPP Kerobokan”.
Kegiatan yang berlangsung hingga 28 Oktober 2025 ini dirancang sebagai ruang pembelajaran inklusif yang menghadirkan semangat Merdeka Belajar bagi warga binaan, dengan fokus utama melatih keterampilan kewirausahaan berbasis lingkungan (ecopreneurship).
Ini merupakan bagian dari tahap kedua kelas perempuan yang bekerjasama dengan STIE Satya Dharma Singaraja. Program ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan Indonesia agar terdidik dan mandiri secara ekonomi melalui pendidikan S1 Manajemen dan D3 Akuntansi.
Program Kelas Perempuan ini juga merupakan legacy dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di bawah kepemimpinan Bintang Puspayoga, serta legacy dari LLDIKTI Wilayah 8 Bali & NTB di bawah kepemimpinan Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU, ASEAN.Eng., APEC.Eng., dan legacy Yayasan Tarumanagara di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. Program ini siap menjadi laboratorium pemberdayaan bagi perempuan penyintas yang masih berada dalam usia produktif.
Pada tahap pertama pelaksanaannya, Kelas Perempuan diikuti oleh 11 peserta yang merupakan warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Badung. Dari 11 penerima beasiswa, 6 diantaranya didukung oleh Rotary District 3420, dan sisanya adalah dari anggota DPD RI Niluh Djelantik.
Kali ini sebanyak 25 warga binaan dipersiapkan secara matang untuk mengikuti program kelas Perempuan tahap dua. Melalui proses seleksi yang ketat, jumlah tersebut nantinya akan dikerucutkan hingga terpilih peserta yang berhak melanjutkan kuliah secara gratis di STIE Satya Dharma Singaraja.
Inisiatif ini menjadi salah satu wujud nyata implementasi konsep Merdeka Belajar yang tidak terbatas oleh ruang dan status sosial. Warga binaan diberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan, menumbuhkan rasa percaya diri, sekaligus membangun kemandirian ekonomi.
Kekuatan program ini terletak pada sinergi lintas sektor antara Pusat Studi Undiknas (PSU), dengan Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali, yang didukung oleh HIPPI Bali, Rotary Club of Bali Bersinar, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu, Cahaya Ladara Nusantara (CLN) Provinsi Bali, IKABOGA Provinsi Bali, Yayasan Ratyni Gorda, serta sejumlah organisasi dan komunitas lokal hadir memberikan dukungan, mempertegas semangat “Sinergi, Pang Pade Payu”. Dengan kolaborasi ini, pemberdayaan perempuan ditempatkan sebagai langkah strategis dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Melalui Merdeka Belajar Jegeg Bersinar 2025, Undiknas menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya berfokus pada akademik di ruang kelas, tetapi juga pada transformasi sosial. Program ini membawa pesan kuat bahwa ketika perempuan berdaya maka satu generasi terselamatkan, sekaligus membuka jalan baru bagi warga binaan untuk menatap masa depan dengan lebih optimistis.
Ketua Perpina Bali, Irma Lumiga, mengatakan, Program Merdeka Belajar Jegeg Bersinar 2025 di LPP Kerobokan tidak hanya menghadirkan pelatihan, tetapi juga membuka peluang bagi warga binaan untuk benar-benar naik kelas. Kegiatan yang digagas bersama Perpina Bali, Undiknas, serta tim sinergai lainnya ini diproyeksikan berjalan hingga tuntas dengan dukungan penuh dari berbagai pihak.
Dalam pelaksanaannya, peserta diarahkan untuk mengembangkan keterampilan sesuai minat dan bakat, mulai dari kuliner, kriya, hingga fashion. Program ini disusun agar para perempuan warga binaan memiliki kesempatan belajar secara gratis, meningkatkan kualitas diri, serta mampu memberikan manfaat ketika kembali ke masyarakat.
Irma Lumiga menekankan bahwa masa pembinaan di lapas tidak boleh hanya menjadi waktu yang terbuang.
“Periode ini harus menjadi momentum berharga untuk menyiapkan bekal hidup yang lebih baik setelah bebas. Harapannya, setelah mengikuti pembelajaran, para peserta dapat membawa pulang keterampilan praktis yang bermanfaat, meninggalkan masa lalu, dan menatap masa depan dengan lebih optimistis” katanya.
Kepala Lapas Perempuan Kerobokan, Ni Luh Putu Andiyani, mengatakan, program ini merupakan bagian dari persiapan tahap dua kelas perempuan untuk warga binaan yang nantinya dipilih untuk kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja. Lebih lanjut dikatakannya, sebanyak 11 warga binaan telah terpilih dalam tahap pertama dan kini tetap melanjutkan kuliah meskipun sebagian di antaranya sudah bebas. Mereka mengikuti pembelajaran secara hybrid dari rumah masing-masing, dan hadir ke Lapas jika ada kegiatan tatap muka.
Andiyani menambahkan, pada tahap kedua ini, peserta yang terpilih nantinya berkesempatan menempuh pendidikan di STIE Satya Dharma Singaraja hingga jenjang S1 secara penuh tanpa biaya. Program ini sepenuhnya gratis, sehingga menjadi kesempatan langka yang tidak semua orang di luar lapas dapatkan.
Lapas Perempuan Kerobokan secara selektif memilih warga binaan yang memiliki kemauan kuat untuk mengikuti perkuliahan. Program ini juga melanjutkan upaya pendidikan berkelanjutan yang sebelumnya dimulai melalui kejar paket A, B, dan C. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar tersebut, jalur kuliah dibuka sebagai bekal penting ketika kembali ke masyarakat.
“Tahun lalu, kuota yang diberikan STIE Satya Dharma Singaraja berjumlah 11 orang. Tahun ini, Saya harap jumlahnya bertambah sehingga semakin banyak warga binaan perempuan yang bisa mendapatkan kesempatan pendidikan tinggi”, katanya.
Sementara itu, Koordinator Sinergi Pang Pade Payu, Dr. Gung Tini Gorda, menegaskan pentingnya membangun semangat baru bagi warga binaan agar siap kembali diterima di masyarakat.
Tahap kedua ini sekaligus menjadi bagian dari proses penilaian untuk melanjutkan ke program Kelas Perempuan di STIE Satya Dharma Singaraja. Melalui program tersebut, warga binaan tidak hanya diberi kesempatan menempuh pendidikan hingga meraih gelar Sarjana Manajemen, tetapi juga dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai wirausaha.
Dr. Gung Tini Gorda menambahkan, konsep kebaruan ini dirancang agar pendidikan di Lapas tidak berhenti pada tataran akademik semata, melainkan mampu menyiapkan peserta dengan keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan setelah bebas dari lapas.
“Dengan kombinasi pendidikan formal dan entrepreneur, warga binaan diharapkan tidak hanya menyandang gelar akademik, tetapi juga memiliki kemandirian ekonomi dan daya saing ketika kembali ke masyarakat”, katanya.
Kepala Pusat Kajian Ilmu Sosial Pusat Studi Undiknas, Dr. Nyoman Sedana, secara resmi membuka Program Merdeka Belajar Jegeg Bersinar 2025. Pembukaan program ini bertepatan dengan momentum peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga semakin menegaskan makna pembebasan melalui pendidikan.
Dalam arahannya, Dr. Sedana menekankan bahwa program ini merupakan peluang berharga bagi 25 warga binaan yang mengikuti program ini 3 bulan kedepan. Mereka dinilai sebagai individu pilihan yang akan diberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan formal di STIE Satya Dharma Singaraja.
“Program ini Saya harap tidak hanya mengulang capaian tahun sebelumnya dengan 11 peserta, tetapi mampu memberikan peluang lebih besar bagi warga binaan untuk melanjutkan kuliah secara gratis”, tegasnya.
Dr. Sedana menambahkan, Makna Jegeg Bersinar dipahami sebagai simbol perempuan cerdas, tangguh, dan berdaya. Jika dulu perjuangan kemerdekaan dilakukan dengan senjata, maka kini perjuangan warga binaan adalah membangun intelektualitas dan kemandirian. Dengan cara ini, kebebasan tidak lagi dipahami sebatas keluar dari jeruji, tetapi juga tumbuh melalui pendidikan dan keterampilan kewirausahaan.
Program kelas perempuan juga merupakan bagian dari upaya Rotary Club of Bali Bersinar melalui RCC of Lapas Perempuan untuk memperluas akses pendidikan dan penguatan kapasitas diri bagi perempuan di dalam lapas. Kolaborasi dengan institusi pendidikan seperti STIE Satya Dharma memperkuat komitmen jangka panjang dalam memberdayakan kelompok penyintas perempuan, khususnya mereka yang tengah menjalani masa pembinaan. Hal ini ditegaskan oleh President Rotary Club of Bali Bersinar, Gung Rai Wahyuni. Dia mengatakan, peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momentum bagaimana pendidikan sebagai tonggak utama kemajuan perempuan. Dengan pendidikan, perempuan tidak hanya berdaya secara pribadi, tetapi juga mampu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi keluarganya.
Melalui sinergi berbagai pihak, Kelas Perempuan diharapkan menjadi pintu masuk bagi lahirnya generasi perempuan yang lebih tangguh, berdaya, dan siap kembali ke masyarakat dengan bekal pengetahuan serta keterampilan yang lebih baik.
Selain mengikuti pretest, sebanyak 25 warga binaan juga mendapatkan Pelatihan Penguatan Mental Calon Entrepreneur yang dibawakan oleh Yayuk Koeswara dari Perpina Bali. Dalam sesi ini, para peserta diajak memahami jati diri sejati, termasuk bagaimana mengendalikan ego, emosi, dan ekspektasi. Sering kali, hingga 70 persen diri manusia dihantui pikiran negatif seperti rasa cemas, khawatir, dan prasangka, sehingga hati, pikiran, dan perasaan tidak berjalan selaras. Melalui pelatihan ini, warga binaan diajak untuk kembali pada navigasi kata hati yang berlandaskan ketenangan, fokus, perhatian, harapan, dan semangat. Nilai-nilai inilah yang harus diperdalam, terutama saat menjalani proses pembelajaran.
Sesi Pelatihan Penguatan Mental Calon Entrepreneur menjadi momen refleksi mendalam bagi warga binaan perempuan. Suasana haru tak terelakkan ketika mereka mengenang masa-masa sulit yang pernah dilalui, sembari menumbuhkan tekad untuk bangkit dan menatap masa depan dengan lebih optimistis. Dengan mata yang berkaca-kaca, mereka menyadari betapa berharganya kesempatan ini. Program pendidikan kewirausahaan yang diberikan bukan sekadar pelatihan, melainkan bekal nyata yang kelak akan menjadi pegangan hidup setelah bebas dari lapas. Rasa syukur dan apresiasi mereka tumbuh, karena di balik tembok pembatas, masih terbuka jalan untuk belajar, berdaya, dan memulai kembali kehidupan yang lebih baik.
Program ini membuktikan bahwa pendidikan mampu menembus batas ruang dan status sosial. Dari balik jeruji, para perempuan binaan kini memiliki kesempatan untuk belajar, berdaya, dan menata kembali masa depan. Dengan spirit Sinergi Pang Pade Payu, Kelas Perempuan tidak hanya menghadirkan ilmu, tetapi juga menyalakan harapan baru bagi generasi perempuan yang lebih tangguh dan mandiri. (kbs)