Foto: Gubernur Bali, Wayan Koster, saat menyampaikan pidato pada pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 di Panggung Ardha Candra, Denpasar, Sabtu malam (21/6/2025).
Denpasar, KabarBaliSatu
Panggung Ardha Candra, Denpasar, Sabtu malam (21/6/2025), menjadi saksi kebangkitan nilai-nilai kebudayaan Bali yang dikemas dalam semarak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam pidato pembukaannya menegaskan bahwa kebudayaan bukan sekadar tontonan, melainkan jantung dari kehidupan masyarakat Bali—sumber nilai, pencipta inovasi seni, dan penopang utama ekonomi kreatif serta pariwisata Pulau Dewata.
Mengusung tema “Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya”, PKB ke-47 menitikberatkan pada harmoni antara alam semesta dan manusia. Di hadapan Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, perwakilan negara sahabat, serta ribuan pasang mata yang memenuhi panggung terbuka, Koster menegaskan bahwa Bali terus hidup dan tumbuh bersama nilai-nilai luhur kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun.
“Masyarakat Bali tak hanya mempertahankan, tetapi juga menghidupi kebudayaan dengan penuh semangat dan konsistensi,” ujar Koster disambut tepuk tangan, sembari melantunkan pantun:
Gunung menjulang, laut membentang,
Angin bertiup membawa pesan,
Pesta Kesenian Bali hadir gemilang,
Seni dan budaya jadi kebanggaan.
Tak berhenti di situ, Gubernur Koster mengaitkan semangat ini dengan sejarah nasional. Ia mengutip pidato Presiden Soekarno pada Kongres Kebudayaan 1951:
“Kebudayaan adalah jiwa bangsa. Dan jiwa itu tidak pernah mati.”
Menurut Koster, kalimat Bung Karno itu relevan lebih dari sebelumnya, karena Bali telah membuktikan bahwa budaya bisa menjadi fondasi pembangunan yang kokoh dan inklusif.
Lebih lanjut, ia mengapresiasi visi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang menempatkan kebudayaan sebagai pilar dalam Asta Cita—delapan cita-cita strategis pembangunan nasional. Salah satu poin pentingnya adalah memperkuat harmoni antara manusia, alam, dan budaya, serta menumbuhkan toleransi antarumat beragama demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
“Kita melihat kesinambungan antara cita-cita leluhur dengan arah pembangunan nasional saat ini. Ini momentum penting untuk menyatukan energi budaya lokal dan visi kebangsaan,” tegas Koster.
Pesta Kesenian Bali bukan sekadar ajang seni tahunan. Di bawah panggungnya, terkandung diplomasi budaya, strategi pembangunan, dan upaya kolektif memperkuat identitas Bali dalam panggung Indonesia dan dunia.
Dengan menggema semangat Bung Karno dan visi Presiden Prabowo, PKB ke-47 menjadi lebih dari festival—ia adalah pernyataan politik kebudayaan: bahwa di tengah arus modernisasi, Bali tetap menari di atas pondasi nilai-nilai tradisi yang abadi. (kbs)