Oleh: Luh Gede Kusuma Dewi, Mahasiswa Pendidikan Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha
Penjualan banten sangat erat dengan kegiatan upakara di Bali, di mana kemajuan literasi digital, strategi marketing, dan pengelolaan keuangan kini menjadi faktor penting bagi kelangsungan usaha banten, sekaligus menjaga kelestarian budaya upakara di masyarakat Hindu Bali. Penjualan banten merupakan prospek yang menarik di pulau Bali. Penjualan banten mengikuti intensitas upakara: ketika hari raya dan odalan padat, permintaan melonjak dan mendorong harga sarana upacara seperti canang sari, sehingga pengelolaan keuangan rumah tangga dan usaha menjadi krusial. Transformasi literasi digital dan marketing melalui e-commerce serta media sosial membuat banten lebih mudah diakses, sekaligus menuntut standar informasi ritual yang benar agar selaras dengan budaya upakara.
Pola permintaan banten
Permintaan banten bersifat musiman dan memuncak pada periode rerahinan serta odalan, yang tercermin dari lonjakan harga komponen seperti canang sari sebagai penyumbang inflasi daerah. Di Bali sendiri rerahinan bisa muncul minimal empat kali dalam sebulan (purnama, tilem, dan 2 kali kajeng kliwon), bahkan untuk bulan September 2025 sampai 14 kali rerahinan. Kegiatan upacara terbukti mempengaruhi aktivitas ekonomi lokal dan konsumsi rumah tangga, sehingga siklus upacara secara langsung memetakan siklus penjualan banten. Peralihan sebagian warga dari membuat ke membeli banten memperbesar pasar, dipicu kesibukan masyarakat Bali di kehidpuan jaman sekarang dan akses beli siap-pakai yang mempermudah hidup masyarakat Bali kala ini.
Kaitan dengan Budaya Upakara Bali
Kemudahan akses upakara lewat penjualan digital mengubah pola konsumsi dan produksi banten di Bali, namun tetap sarat dengan nilai budaya dan etika. Para serati banten dan pelaku usaha tetap menjaga kualitas dan makna spiritual produk mereka, serta mendorong pelestarian pembuatan upakara secara tradisional di tingkat keluarga/komunitas sebagai bagian dari pembelajaran budaya kepada generasi muda. Seiring modernisasi, pelestarian tradisi dan penguatan komunitas tetap diutamakan agar esensi budaya tidak hilang di tengah kemudahan akses produk banten. Jadi, literasi digital, strategi marketing, dan manajemen keuangan telah menjadi kunci pelaku usaha banten untuk berkembang secara ekonomi, sembari melestarikan akar budaya dan spiritual upakara Bali.
Literasi Digital dan Marketing
Pelaku usaha banten mulai beralih ke platform digital dan digital marketing untuk memperluas jangkauan pasar, promosi, dan mempermudah transaksi. Pelatihan digital marketing meningkatkan daya saing UMKM banten, memungkinkan penjual memasarkan lewat media sosial, marketplace, dan website, sehingga pembeli lebih mudah menemukan produk upakara yang dibutuhkan untuk berbagai ritual dan perayaan. Tentu saja keragaman media sosial yang digunakan sebagai media marketing perlu dipertimbangkan sesuai target pasarnya. Misalkan penggunaan Facebook yang mayoritas penggunanya generasi boomer. Penggunaan Instagram yang mayoritas generasi milenial dan tiktok yang lebih digemari generasi Z. Paket upakara yang dijual secara daring juga memudahkan keluarga yang memiliki keterbatasan waktu untuk tetap menjalankan tradisi.
Pengelolaan Keuangan Usaha Banten
Usaha banten yang profesional didorong dengan pelatihan pengelolaan keuangan, mulai dari pencatatan keuangan sederhana, pembuatan laporan laba rugi, hingga pengelolaan biaya dan aset usaha. Manajemen keuangan yang baik sangat penting karena fluktuasi permintaan upakara terkait siklus hari raya dapat memengaruhi pendapatan bulanan pelaku usaha. Efisiensi produksi dan pengemasan juga diperkenalkan lewat pelatihan agar usaha lebih tahan lama dan bisa menghadapi lonjakan pesanan di hari-hari besar.
Contoh praktik digital marketing terbaik untuk penjual banten di Bali
Berikut praktik digital marketing terbaik untuk penjual banten di Bali yang terbukti sukses meningkatkan omset dan memperluas pasar:
- Menggunakan Platform Khusus
Memanfaatkan platform/website, penjual dapat menjangkau konsumen lebih luas, menyediakan katalog produk lengkap, dan menerima pesanan secara online. Statistik menunjukkan peningkatan penjualan hingga 40% dalam enam bulan pertama dengan pemasaran digital ini.
- Promosi Edukatif di Media Sosial (Instagram, Facebook, WhatsApp)
Penjual banten online seperti Halo Pejati rutin membagikan informasi, makna upakara, foto produk, dan tips ritual di akun media sosial sehingga membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen. Unggahan konten bernuansa edukatif terbukti disukai calon pembeli dan meningkatkan interaksi.
- Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM Banten
Pelatihan yang diadakan institusi atau universitas mengajarkan tentang pemanfaatan marketplace, pembuatan konten foto/video, strategi copywriting, dan manajemen order online. Hasil pelatihan di Gianyar membuktikan produktivitas UMKM banten bertambah signifikan setelah mengadopsi digital marketing.
- Adopsi Marketplace Tokopedia, Shopee, dsb
Penjual banten memasarkan produknya lewat marketplace populer dan menggunakan promosi (flash sale, voucher, kampanye hari besar) sehingga pelanggan luar Bali lebih mudah mendapatkan produk. Praktik ini sukses meningkatkan trafik dan penjualan banten upakara skala nasional.
- Kolaborasi dan Testimoni Konsumen
Membuka peluang kolaborasi baik dengan komunitas serati banten, influencer lokal, maupun penyedia jasa upakara, serta memajang testimoni positif pelanggan pada etalase digital. Hal ini memperkuat reputasi dan memperluas jaringan bisnis.
Praktik di atas menunjukkan potensi penjual banten di Bali dalam memanfaatkan digitalisasi untuk berkembang sembari tetap melestarikan budaya dan nilai spiritual upakara, asalkan tetap menjaga kualitas dan memperlakukan produk dengan etika yang baik.

