Foto: Gubernur Bali Wayan Koster saat memimpin acara penyerahan KUR secara simbolis kepada lebih dari 100.000 UMKM Bali di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Selasa (21/10).
Denpasar, KabarBaliSatu
Di tengah euforia peluncuran program akbar Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Program Perumahan (KPP) secara serentak di 38 provinsi, Gubernur Bali Wayan Koster menyoroti capaian fantastis dari sisi integritas pelaku usaha di Pulau Dewata. Gubernur Koster mengungkapkan bahwa tingkat kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) KUR bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bali berada di level sangat rendah, yakni hanya sekitar 2 persen.
Angka ini dikemukakan Koster usai memimpin acara penyerahan KUR secara simbolis kepada lebih dari 100.000 UMKM Bali di Gedung Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, yang merupakan bagian dari acara nasional Akad Massal KUR 800.000 Debitur Penciptaan Lapangan Kerja.
Menurut Koster, rendahnya NPL ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari karakter pelaku usaha di Bali. “Syukurlah, tingkat kredit macet (NPL) UMKM di Bali sangat rendah, hanya sekitar 2 persen,” kata Gubernur. “Ini menunjukkan karakter pelaku usaha Bali yang jujur, disiplin, dan memiliki kesadaran tinggi dalam menjalankan kewajibannya. Karena itu, saya sangat mengapresiasi mereka.”
Bali memang menjadi salah satu sentra utama program yang menargetkan penyaluran KUR nasional mencapai Rp300,7 triliun hingga akhir 2025 ini. Dari total 800.000 penerima KUR secara nasional, 103 ribu penerima berasal dari Bali. Porsi besar ini membuktikan vitalitas UMKM Bali dan efektivitas pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Provinsi maupun kabupaten/kota.
“Yang membanggakan, dari total 800 ribu penerima KUR secara nasional, sebanyak 103 ribu penerima berasal dari Bali. Artinya, porsi Bali cukup besar. Ini menunjukkan bahwa UMKM di Bali hidup, berkembang, dan pembinaannya berjalan baik,” jelas Koster.
Total penyaluran KUR di Bali, dengan besaran pinjaman yang bervariasi dari Rp10 juta hingga Rp500 juta, diperkirakan mencapai sekitar Rp8 triliun. Penyaluran dana ini diharapkan dapat mengakselerasi roda ekonomi rakyat, terutama melalui penciptaan lapangan kerja.
“Tadi saya sempat berbincang dengan beberapa penerima KUR. Rata-rata usaha mereka berjalan dengan cukup baik. Setiap usaha minimal sudah mampu melibatkan sekitar tiga orang karyawan. Jadi, kalau hari ini ada 100 ribu UMKM di Bali yang menerima KUR, berarti ada ratusan ribu lapangan kerja yang terbuka,” ujar Koster.
Mayoritas dana KUR diserap oleh sektor makanan dan minuman, disusul oleh sektor kerajinan, kain, dan produk kayu. Gubernur berharap, dengan adanya KUR, usaha mereka semakin maju, produktif, dan berkembang. Ia menegaskan, IKM, UMKM, dan koperasi adalah pilar utama ekonomi kerakyatan dan bagian dari agenda transformasi ekonomi Bali.
Koster juga menekankan perlunya pengawasan ketat dari bank penyalur dan Dinas Koperasi agar program ini tepat sasaran dan manfaatnya maksimal bagi pelaku usaha kecil di Bali. (kbs)