Foto: Bupati Karangasem, I Gusti Putu Parwata (Gus Par), bersama Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa, belum lama ini menghadiri langsung Upacara Nangluk Marana “Ngaben Jero Ketut” di Desa Adat Ababi, Kecamatan Abang.
Karangasem, KabarBaliSatu
Bupati Karangasem, I Gusti Putu Parwata (Gus Par), bersama Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa, belum lama ini menghadiri langsung Upacara Nangluk Marana “Ngaben Jero Ketut” di Desa Adat Ababi, Kecamatan Abang. Kehadiran keduanya menjadi bentuk dukungan nyata pemerintah daerah terhadap upaya pelestarian tradisi Bali yang sarat makna filosofis sekaligus memiliki fungsi ekologis bagi keberlanjutan pertanian.
Dalam kesempatan itu, Bupati Gus Par menyerahkan punia sebagai wujud partisipasi dan penghormatan terhadap tradisi adat setempat. Upacara Nangluk Marana di Ababi dikenal sebagai ritual langka yang memiliki tujuan khusus: mitigasi hama tikus yang kerap mengancam keberhasilan panen padi.
Tradisi ini dilandasi ajaran Lontar Purwaka Bumi, yang menekankan pentingnya memulihkan keseimbangan alam serta menjaga harmoni ekosistem. Dengan menggelar ritual ini, masyarakat Desa Adat Ababi diyakini mampu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi.
Bupati Karangasem, Gus Par, menyampaikan apresiasinya atas konsistensi masyarakat menjaga warisan leluhur. Menurutnya, tradisi Nangluk Marana bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi memiliki relevansi besar dengan persoalan kekinian, terutama soal ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan hidup.
“Tradisi seperti ini bukan hanya ritual, tetapi cermin hubungan harmonis antara manusia dan alam. Melalui Nangluk Marana, kita diingatkan bahwa menjaga kesucian alam berarti menjaga keberlangsungan hidup kita sendiri. Ini adalah bentuk kearifan lokal yang harus terus dirawat,” ujar Gus Par.
Ia menambahkan, dalam situasi global yang penuh tantangan, pelestarian tradisi lokal memiliki peran penting untuk membangun kesadaran generasi muda. “Saya berharap ritual ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang dipertahankan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menjaga lingkungan, ekosistem, serta menghormati adat dan leluhur kita,” tegasnya.
Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa juga menekankan bahwa ritual Nangluk Marana sejalan dengan visi pembangunan Karangasem yang berbasis budaya dan kearifan lokal. “Dengan tetap melestarikan tradisi, masyarakat tidak hanya menjaga identitas Bali, tetapi juga memperkuat fondasi pertanian yang menjadi penopang kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Keberadaan ritual ini, menurut para pemuka adat Ababi, telah terbukti membantu menekan populasi hama tikus sekaligus menumbuhkan rasa kebersamaan warga dalam menjaga lahan pertanian. Lebih dari itu, upacara ini juga diyakini mampu memperkuat spiritualitas masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Melalui kehadirannya, Bupati dan Wabup Karangasem ingin menegaskan bahwa pemerintah daerah selalu siap mendukung tradisi lokal yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Gus Par menutup dengan pesan kuat:
“Pelestarian budaya adalah pelestarian kehidupan. Jika kita mampu menjaga alam dengan kearifan, maka alam pun akan menjaga kita. Itulah hakikat Nangluk Marana bagi Karangasem, bagi Bali, dan bagi bangsa kita.” (kbs)