BerandaDaerahGubernur Koster Tutup PKB XLVII dan Buka FSBJ VII: Budaya Bali Tak...

Gubernur Koster Tutup PKB XLVII dan Buka FSBJ VII: Budaya Bali Tak Akan Pernah Mati

Foto: Gubernur Bali Wayan Koster resmi menutup Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 sekaligus membuka Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-7 dengan simbolik pemutaran karya visual Padma Asta Dala.

Denpasar, KabarBaliSatu 

Panggung Terbuka Ardha Candra kembali menjadi saksi denyut kuat budaya Bali. Sabtu malam (19/7), Gubernur Bali Wayan Koster resmi menutup Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 sekaligus membuka Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-7 dengan simbolik pemutaran karya visual Padma Asta Dala. Dalam momen penuh makna itu, Koster kembali menegaskan: budaya Bali kuat dan tidak akan pernah mati.

“Budaya Bali tidak pernah surut, karena generasi mudanya terus tumbuh dan terlibat aktif. Kita tidak perlu khawatir, seni dan budaya di Bali akan terus hidup, berkembang, dan diwariskan,” tegasnya di hadapan ribuan pasang mata yang memadati Taman Budaya Provinsi Bali.

Gubernur dua periode asal Desa Sembiran, Buleleng ini menegaskan bahwa PKB dan FSBJ adalah dua wajah kebudayaan Bali yang saling melengkapi: satu mewakili seni tradisi, yang lainnya menjadi wadah ekspresi modern dan kontemporer.

Baca Juga  Tegas! Gubernur Koster Sebut Semua Produsen Setuju Hentikan Produksi AMDK di Bawah 1 Liter, Kecuali Danone Produsen Aqua

Di tengah derasnya arus globalisasi, Bali justru konsisten menunjukkan identitas budayanya. “Tidak ada provinsi lain di Indonesia yang memiliki dua panggung seni tahunan berskala besar seperti PKB dan FSBJ. Ini bukan sekadar ajang hiburan, tapi strategi kebudayaan untuk memperkuat jati diri Bali,” ujarnya.

Koster pun memberi apresiasi tinggi kepada para seniman yang tampil di PKB tahun ini. Setiap penampilan dinilai berhasil merepresentasikan kekayaan kearifan lokal daerah masing-masing. Lebih dari itu, keterlibatan lintas generasi—baik seniman muda maupun sepuh—menjadi penanda regenerasi budaya berjalan baik.

Tak hanya soal pertunjukan seni, PKB XLVII juga terbukti membawa dampak ekonomi nyata. Di sela-sela kegiatan, Gubernur Koster berdialog langsung dengan pelaku UMKM dan pedagang kuliner. Salah satunya, Gede Yuta, penjual laklak asal Buleleng, yang sukses meraih omset hampir Rp100 juta selama satu bulan penyelenggaraan.

Baca Juga  Peluncuran "Semua Karena Nirankara?": Putri Koster Dukung Sastra Bali Tetap Hidup

Cerita sukses juga datang dari I Wayan Karmen, pelaku UMKM dari Bangli yang memasarkan produk keben wayang. Ia mencatat omset hingga Rp161 juta, dengan margin keuntungan mencapai 30 persen. Keduanya mengaku terbantu dengan kebijakan Pemprov Bali yang memberikan fasilitas pameran secara gratis serta membuka ruang interaksi langsung antara pelaku usaha dan konsumen.

Sosok-sosok seperti I Ketut Rasmini (83) pun menjadi potret publik yang setia menikmati setiap sajian PKB. Rasmini menyebut PKB tahun ini semakin berkualitas dan menjadi ajang silaturahmi antara para seniman, pelaku budaya, dan masyarakat luas. “Saya datang setiap hari, dari pagi sampai malam. Semuanya memikat, tak ingin dilewatkan,” ucapnya haru.

Baca Juga  Sah Pimpin NasDem Bali, Nengah Senantara Kenang Perjuangan Begadang Sampai Jam 3 Subuh, Akhirnya Pecah Telur DPR RI

Penutupan PKB XLVII juga dirangkai dengan penyerahan Penghargaan Adi Sewaka Nugraha kepada 9 tokoh seniman atas dedikasi dan kontribusinya dalam pelestarian budaya Bali. Selain itu, 22 orang lainnya menerima hadiah lomba dan sertifikat lembaga seni sebagai bentuk pengakuan terhadap kiprah mereka.

Malam penutupan semakin semarak dengan kolaborasi lintas generasi melalui pertunjukan dari Sanggar Seni Kokar Bali bersama SMKN 3 Sukawati. Hadir pula tokoh-tokoh penting mulai dari Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pamayun, Sekda Provinsi Bali beserta istri, anggota Forkopimda, para bupati/wali kota se-Bali, serta tokoh adat, sastrawan, dan komunitas seni budaya.

Dengan berakhirnya PKB dan dimulainya FSBJ, Gubernur Koster kembali mengingatkan bahwa masa depan Bali ditentukan oleh seberapa kuat generasinya memeluk akar budayanya. “Inilah jalan Bali: menjaga warisan, menumbuhkan kreativitas, dan menyatukan tradisi serta inovasi di satu panggung besar bernama kebudayaan.” (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini