Foto: Gubernur Bali, Wayan Koster, saat rapat bersama jajaran PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali (UIP JBTB) yang membahas pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Gilimanuk–Antosari.
Denpasar, KabarBaliSatu
Gubernur Bali, Wayan Koster, menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur kelistrikan di Bali yang tidak hanya mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan listrik, tetapi juga sejalan dengan visi Bali Mandiri Energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Penegasan tersebut disampaikan dalam rapat bersama jajaran PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali (UIP JBTB) yang membahas pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Gilimanuk–Antosari. Proyek ini direncanakan akan melintasi Kabupaten Jembrana dan Tabanan, dan merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Pembangunan SUTET Gilimanuk–Antosari menjadi langkah krusial dalam menjaga keandalan sistem kelistrikan di Bali, khususnya dalam menghadapi tren peningkatan konsumsi listrik. Pada Februari 2025, beban puncak di Bali tercatat mencapai 1.189 MW, sementara daya mampu pembangkit hanya 1.388 MW (Daya Mampu Pembangkit) dan 1.519 MW (Daya Mampu Netto), sehingga cadangan daya tersisa hanya sekitar 199 MW.
Dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 6% per tahun atau tambahan 60 MW per tahun, Bali memerlukan sistem kelistrikan yang tangguh dan berkelanjutan. Saat ini, bauran energi Bali masih didominasi oleh energi fosil, dengan rincian: batubara 38,8%, LNG 16,8%, MFO 2%, HSD 12,5%, dan pasokan dari Jawa-Bali Crossing (SKLT) sebesar 29,9%.
Untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan listrik, PLN telah menyiapkan strategi mitigasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam jangka pendek, akan dilakukan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen berkapasitas 34 MW, penyelesaian PLTS 50 MWp, PLTD 220 MW, dan PLTGU 200 MW. Sementara itu, mitigasi jangka menengah mencakup penambahan kapasitas pembangkit sebesar 450 MW, dan jangka panjang melalui penyelesaian proyek jaringan Jawa-Bali 500 kV.
Gubernur Bali memberikan apresiasi atas langkah PLN dalam menjaga keandalan sistem listrik Bali. Namun, ia menggarisbawahi bahwa penguatan sistem kelistrikan harus tetap mengacu pada prinsip energi bersih dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan Bali Mandiri Energi yang mengutamakan pemanfaatan energi ramah lingkungan untuk mendukung pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing global.
Dengan kebijakan tersebut, diharapkan Bali tidak hanya terhindar dari krisis energi atau pemadaman massal (blackout), tetapi juga menjadi contoh provinsi yang mampu menyeimbangkan pembangunan energi dengan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pariwisata. (kbs)