BerandaDaerahEdukasi Obat dan Pangan Aman, Tutik Kusuma Wardhani Gugah Warga Agar Tak...

Edukasi Obat dan Pangan Aman, Tutik Kusuma Wardhani Gugah Warga Agar Tak “Menelan Racun” yang Diam-Diam Menggerogoti

Bersama Balai Besar POM Denpasar Selamatkan Warga dari Obat dan Pangan Berbahaya

Foto: Anggota Komisi IX DPR RI Tutik Kusuma Wardhani, SE., MM., M.Kes.,menggandeng Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) mengedukasi warga di Banjar Belong Menak, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar pada Jumat 11 April 2025 melalui acara “Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Obat dan Pangan Aman”.

Denpasar, KabarBaliSatu

Di sebuah sore yang sejuk di Banjar Belong Menak, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, langkah penuh makna diayunkan oleh seorang perempuan tangguh Tutik Kusuma Wardhani. Srikandi Anggota Komisi IX DPR RI itu datang bukan membawa janji, melainkan ilmu yang menyelamatkan nyawa: edukasi tentang obat dan pangan yang aman.

Bersama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Denpasar, ia menggelar acara bertajuk Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Obat dan Pangan Aman pada Jumat sore 11 April 2025. Sebuah forum yang bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi ruang berbagi tentang sesuatu yang sangat mendasar yakni kesehatan, yang acap kali kita anggap remeh hingga terlambat.

“Kesehatan itu mahal. Jangan sampai yang kita makan dan pakai justru jadi racun yang perlahan merusak tubuh,” ujar Tutik, suara lembutnya menyusup ke kesadaran warga yang hadir.

Ia berbicara dengan ketulusan. Bahwa tugasnya di Komisi IX DPR RI bukan hanya soal membuat regulasi, tapi juga menginjak tanah, menyapa rakyat, dan memberi pemahaman yang menyentuh akar. Ia ingin masyarakat tak lagi jadi korban dari produk-produk tak bertanggung jawab. Obat palsu, makanan kedaluwarsa, kosmetik berbahaya—semua harus dikenali dan dihindari.

“Kami melakukan sosialisasi dan memberikan dorongan kepada masyarakat supaya mereka menjadi agen informasi meneruskan apa yang sudah kami informasikan,” ujar srikandi Partai Demokrat itu.

“Obat dan makanan dengan bahan pengawet, perasa berlebihan atau bahan berbahaya lainya bisa menjadi sampah dan racun dalam tubuh yang perlahan akan menggangu kesehatan. Jadi kami di Komisi IX berkepentingan agar masyarakat paham apa yang dikonsumsi dan yang dipakai seperti kosmetik yang tidak layak edar,” ujar tokoh perempuan Bali yang dikenal sangat peduli dengan kesehatan masyarakat itu.

Kepala Balai Besar POM Denpasar, Dra. I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, memperkenalkan konsep Cek KLIK: periksa Kemasan, Label, Izin edar, dan Kadaluarsa. Empat langkah sederhana yang bisa menyelamatkan hidup. Penerapan cek KLIK sebelum membeli produk obat dan pangan sangat penting untuk memastikan keamanan dan kualitas produk yang akan dikonsumsi.

“Kalau kemasannya rusak, tak ada label jelas, belum punya izin edar, atau sudah kadaluarsa, jangan dibeli,” tegasnya. Pengawasan dilakukan terus-menerus, namun masyarakat tetap jadi garda terdepan. Demand yang cerdas akan menghapus produk berbahaya dari pasaran.

Sementara itu, Ni Putu Ekayani dari Tim KIE dan Sertifikasi, menjelaskan dengan detail bagaimana mengenali pangan yang aman dari tiga bahaya besar: biologis, kimia, dan fisik. Ia mengajak warga untuk tak hanya melihat rasa dan warna, tapi memahami risiko yang tak kasat mata, seperti kandungan boraks, formalin dan bahan berbahaya lainnya. Penting juga menghindari membeli makanan kemasan dari kertas koran, atau makanan yang terkontaminasi benda asing.

Diskusi hangat pun mengalir. Warga bertanya, berbagi pengalaman, bahkan mengungkap kekhawatiran mereka. Suasana penuh antusiasme menjadi bukti: edukasi ini bukan sekadar seremoni, melainkan kebutuhan mendesak yang telah lama dinanti.

Tutik dan BBPOM Denpasar percaya, masyarakat yang sadar dan teredukasi adalah benteng pertama dalam menciptakan lingkungan sehat. Langkah kecil di banjar ini adalah bagian dari perjuangan panjang, agar tak ada lagi racun yang menyusup diam-diam ke tubuh anak bangsa.

Karena menjaga kesehatan bukan hanya soal hidup lebih lama, tapi hidup dengan lebih bermakna. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini