BerandaPolitikDukung Danantara Investasi Waste to Energy, Ketum HIPMI Bali Ajus Linggih Ingin...

Dukung Danantara Investasi Waste to Energy, Ketum HIPMI Bali Ajus Linggih Ingin Bali Keluar dari Masalah Sampah Kronis

Foto: Ketua Umum BPD HIPMI Bali yang juga Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau yang akrab disapa Ajus Linggih (kanan) bersama CEO Danantara Rosan Roeslani.

Denpasar, KabarBaliSatu 

Masalah sampah di Bali yang selama ini menjadi sorotan kembali mendapat perhatian serius. Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali yang juga Ketua Komisi II DPRD Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau yang akrab disapa Ajus Linggih, menyatakan dukungan penuh terhadap rencana investasi pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy) oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Menurut Ajus Linggih, langkah ini akan menjadi jawaban atas persoalan klasik sampah di Pulau Dewata yang hingga kini belum tertangani secara tuntas.

“Saya mendukung Danantara investasi pengolahan sampah skala besar di Bali. Sudah lama Bali salah kelola dalam mengelola sampah,” tegasnya.

Putra politisi senior Golkar dan Ketua DPD Golkar Bali Gde Sumarjaya Linggih alias Demer itu juga menilai, sistem retribusi pemerintah selama ini tidak efektif karena hanya fokus pada pemungutan sampah, tanpa ada pengolahan menyeluruh.

Baca Juga  Demer Gaungkan Empat Pilar Kebangsaan di Tabanan: Tangkal Ancaman Global, Tegakkan Persatuan Bangsa

“Harusnya pemerintah menggandeng pihak ketiga untuk mengolah habis sampah, bukan menimbun di TPA. Biaya yang dibebankan ke masyarakat oleh pihak ketiga sebenarnya sudah cukup untuk mengolah sampah. Bahkan seharusnya pengelolaan bisa menyumbang pemasukan untuk kas daerah,” tambahnya.

Ia juga menyoroti keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung yang sering menjadi masalah besar bagi Bali. Menurutnya, pengelolaan sampah sebaiknya tidak sepenuhnya tersentralisasi.

“Untuk TPA Suwung memang harusnya tersentralisasi. Tapi kabupaten juga harus bisa mengelola sampahnya sendiri. Karena tidak mungkin truk sampah seluruh Bali dipusatkan. Kurang elok untuk pariwisata jika truk-truk sampah keliling jalan-jalan Bali yang sempit dan macet,” jelasnya.

Program waste to energy bukan hanya solusi atas persoalan lingkungan, tetapi juga menghadirkan peluang investasi yang menjanjikan bagi Bali. Apalagi, pemerintah pusat diperkirakan segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang pengolahan sampah menjadi energi listrik, yang nantinya akan dijamin pembeliannya oleh PLN.

Baca Juga  Surya Paloh Tegaskan NasDem Tidak Masuk Kabinet Prabowo Bukan Berarti Oposisi: Tahu Diri dan Punya Budaya Malu

Volume sampah di Bali dinilai sangat potensial untuk diolah menjadi energi. Dengan posisi Bali sebagai destinasi wisata dunia, proyek energi ramah lingkungan ini akan semakin memperkuat citra Pulau Dewata sebagai destinasi hijau kelas dunia.

“Waste to energy bisa menjadi tonggak baru, tidak hanya menyelesaikan masalah sampah kronis di Bali, tapi juga mendukung transisi energi bersih,” katanya.

Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia kini tengah mengakselerasi rencana masuk ke bisnis pengelolaan sampah.

Sejumlah langkah telah dilakukan Danantara, termasuk kunjungan CEO Danantara, Rosan Roeslani, ke Tiongkok untuk menjajaki kerja sama dengan dua perusahaan besar pengelola WtE, SUS Environment dan Weiming Yongqiang. Kedua perusahaan tersebut memiliki pengalaman dalam mengelola fasilitas waste to energy berkapasitas ribuan ton per hari dengan standar emisi yang tinggi, bahkan melampaui regulasi Uni Eropa.

Baca Juga  Golkar Gianyar Resmi Dukung Demer Nahkodai Golkar Bali: Paling Layak, Berpengalaman dan Bares

Hasil pertemuan itu membuka peluang pengembangan proyek serupa di Indonesia, termasuk Bali. Selain untuk mengatasi masalah sampah, proyek ini juga diarahkan mendukung transisi energi bersih nasional.

Untuk mendukung pembiayaan proyek, Danantara juga berencana menerbitkan Patriot Bond senilai Rp50 triliun melalui mekanisme private placement. Dana tersebut akan dialokasikan untuk membiayai proyek transisi energi, khususnya waste to energy di 33 daerah di Indonesia, termasuk Bali.

Instrumen obligasi ini akan ditawarkan kepada kalangan pengusaha dengan dukungan PLN dan pemerintah daerah, tanpa skema tipping fee.

Dengan dukungan politikus muda Bali seperti Ajus Linggih serta langkah konkret Danantara, peluang terwujudnya pengelolaan sampah modern berbasis energi di Bali kian terbuka lebar. Harapannya, proyek ini akan menjadi solusi tuntas atas persoalan sampah kronis sekaligus mengukuhkan Bali sebagai destinasi wisata hijau kelas dunia. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini