Foto:Gubernur Bali Wayan Koster menyambut hangat penyelenggaraan The 32nd Annual Meeting of The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) yang digelar di Nusa Dua, Senin (6/10).
Badung, KabarBaliSatu
Gubernur Bali Wayan Koster menyambut hangat penyelenggaraan The 32nd Annual Meeting of The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) yang digelar di Nusa Dua, Senin (6/10). Koster menilai forum internasional ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya dalam pengelolaan sumber daya kelautan dunia.
“Merupakan suatu kehormatan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Bali karena dipercaya menjadi tuan rumah pertemuan tahunan CCSBT ke-32,” ujar Koster.
Ia berharap pertemuan tersebut mampu menghasilkan rumusan terbaik yang berpihak pada kemajuan sektor kelautan dan perikanan nasional, termasuk Bali. Menurutnya, tata kelola kelautan yang berkelanjutan merupakan fondasi penting untuk membangun ekonomi inklusif dan kesejahteraan dunia yang berkeadilan.
CCSBT sendiri merupakan organisasi pengelola perikanan internasional yang fokus melindungi dan mengatur populasi tuna sirip biru selatan (Southern Bluefin Tuna), spesies yang kini berstatus terancam punah di kawasan Samudra Selatan.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh sekadar menjadi “penjaga” ekosistem tuna dunia tanpa memperoleh manfaat yang sepadan.
“Pemijahan bluefin tuna terjadi di perairan Indonesia. Ironis kalau kita menjaga, tapi kuota tangkapan kita hanya 5 persen. Karena itu, kita perjuangkan agar bisa naik minimal menjadi 15 persen,” tegasnya di hadapan peserta forum CCSBT.
Pernyataan Trenggono ini sekaligus menegaskan posisi politik Indonesia dalam diplomasi kelautan global: menjaga sumber daya laut bukan berarti menyerahkan hak ekonomi yang adil bagi nelayan nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Trenggono juga mengumumkan rencana pembangunan Pelabuhan Perikanan Pengambengan di Kabupaten Jembrana, Bali. Proyek ini akan dikembangkan dengan konsep eco fishing port yang menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Pelabuhan ini harus higienis, bersih, dan berwawasan lingkungan. Limbah tidak boleh mencemari laut, dan seluruh aktivitas industri perikanan wajib taat pada aturan lingkungan,” tegasnya.
Ia menambahkan, pembangunan green port ini akan dibahas lebih lanjut bersama Gubernur Bali untuk memastikan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Trenggono berharap, selain sebagai pusat kegiatan perikanan modern, Pelabuhan Pengambengan juga bisa menjadi destinasi wisata edukatif di wilayah barat Pulau Dewata.
Penyelenggaraan CCSBT di Bali bukan hanya ajang diplomasi konservasi laut, tetapi juga simbol komitmen Indonesia dalam menjaga kedaulatan sumber daya maritimnya. Di bawah kepemimpinan Koster dan Trenggono, Bali diharapkan menjadi etalase praktik terbaik pengelolaan kelautan yang berkelanjutan — di mana ekologi, ekonomi, dan kemandirian bangsa berjalan seimbang. (kbs)