Foto: Keseruan suasana Lomba Fashion Show Busana Endek Bali Motif Banteng di Amphitheatre Living World Denpasar pada Jumat 20 Juni 2025.
Denpasar, KabarBaliSatu
Sore itu, langit di atas Living World Denpasar tampak cerah, seolah ikut bersuka cita menyambut denyut semangat muda yang menggelora di jantung kota. Jumat 20 Juni 2025 riuh tepuk tangan dan sorak sorai membahana dari Amphitheatre Living World Denpasar, tempat para generasi muda Bali unjuk ekspresi dan kreativitas dalam balutan kain lokal kebanggaan: Endek Bali, dengan sentuhan motif istimewa yakni Motif Banteng.
Dalam suasana penuh semangat nasionalisme, DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Provinsi Bali menggelar Lomba Fashion Show Busana Endek Bali Motif Banteng sebagai bagian dari rangkaian perayaan Bulan Bung Karno 2025 yang digelar sepanjang bulan Juni. Bukan sekadar lomba peragaan busana, ajang ini menjadi panggung ekspresi budaya, cinta tanah air, dan penghormatan kepada ajaran luhur sang proklamator kemerdekaan, Ir. Soekarno (Bung Karno).
Fashion Show Kreasi Endek Banteng, yang resmi dibuka Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta dan turut dihadiri oleh sang istri, Ny. Ni Kadek Seniasih. Tiga kategori lomba ditampilkan secara berurutan, masing-masing menyuguhkan pesona tersendiri. Kategori Busana Casual Pria, Kategori Busana Casual Wanita, dan Kategori Busana Formal/Kerja Berpasangan, semuanya diikuti oleh wakil dari 9 kabupaten/kota se-Bali. Para peserta tampil dengan penuh percaya diri, membawakan busana endek rancangan anak bangsa yang dirajut dari benang-benang kreativitas, ketekunan, dan kebanggaan akan jati diri Bali.
Setiap langkah mereka di atas catwalk bukan sekadar pertunjukan gaya. Di balik senyum dan sorot mata mereka terpancar tekad untuk menjaga warisan budaya, menjahit masa depan Bali yang tetap berakar pada kearifan lokal. Suara musik tradisional berpadu dengan beat kontemporer, membalut suasana dengan energi yang membangkitkan rasa haru dan kebanggaan.
Motif Banteng yang menjadi ciri khas lomba ini bukan hanya simbol partai, tapi juga simbol kekuatan rakyat, keberanian, dan komitmen terhadap perjuangan keadilan sosial. Motif ini menyatu dalam tiap potong endek yang dirancang dengan penuh cinta dan makna. Tak heran, panggung Amphitheatre berubah menjadi ladang inspirasi di mana busana menjadi bahasa, dan kain endek menjadi saksi dari narasi kebangsaan yang terus digemakan generasi muda Bali.
Lomba ini bukan sekadar kompetisi, melainkan manifestasi kecintaan mendalam generasi muda kepada endek, kain sakral yang lahir dari tangan-tangan pengrajin lokal. Di tengah arus globalisasi dan ancaman klaim budaya oleh bangsa lain, lomba ini hadir sebagai benteng pertahanan budaya Bali, menegaskan bahwa endek adalah milik Bali, milik Indonesia, dan harus dijaga bersama.
Di balik gemerlap acara ini, berdiri pula semangat besar dari DPD PDI Perjuangan Bali di bawah kepemimpinan Wayan Koster, yang juga menjabat sebagai Gubernur Bali. Lewat ajang ini, PDI Perjuangan Bali menegaskan komitmennya untuk terus menghidupkan nilai-nilai ajaran Bung Karno, nasionalisme, keberpihakan kepada rakyat kecil, dan pelestarian budaya sebagai fondasi pembangunan bangsa.
“Endek bukan hanya kain, tapi identitas. Kita bangga memakainya, kita wajib menjaganya,” ujar salah satu peserta, dengan mata berbinar dan suara penuh keyakinan.
Lomba Fashion Show Busana Endek Bali Motif Banteng di Living World Denpasar ini pun menjadi bukti nyata bahwa semangat Bung Karno tak pernah padam, ia hidup dalam langkah para peraga, dalam motif yang menari di ujung kain, dan dalam jiwa generasi muda Bali yang terus menjaga jati diri bangsanya dengan cinta, kreativitas, dan keberanian.
Digagas oleh DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, ajang ini bukan sekadar parade busana, melainkan panggung politik identitas budaya. Generasi muda diberi ruang mengekspresikan nasionalisme melalui desain busana berbahan endek Bali—kain tenun tradisional yang menjadi warisan leluhur—dengan motif Banteng sebagai simbol ideologis sekaligus estetika perjuangan.
“Ini bukan hanya soal fashion. Ini tentang menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan lewat budaya. Endek adalah warisan leluhur yang harus terus kita lestarikan. Melalui karya kreatif anak muda, budaya lokal bisa tetap hidup dan relevan,” tegas Giri Prasta dalam sambutannya yang penuh semangat.
Lomba ini secara khusus menyasar kaum muda usia 17–25 tahun dengan tinggi badan minimal 165 cm. Dua kategori busana dipertandingkan: kasual (dengan penggunaan endek minimal 30%) dan formal (dengan dominasi endek hingga 70%), keduanya wajib menampilkan logo Banteng dalam desain mereka.
Tak main-main, total hadiah yang disediakan mencapai Rp 67,5 juta, dengan masing-masing pemenang utama mendapat uang tunai, piala, dan sertifikat penghargaan.
Sebelum para model melenggang di atas runway, acara ini diawali dengan lomba desain motif endek bertema “Banteng Tridatu” mengusung kombinasi warna merah, putih, dan hitam yang sarat makna ideologis. Desain-desain terbaik kemudian diwujudkan menjadi busana dan tampil di panggung utama.
Koordinator Acara Lomba Fashion Show Busana Endek Bali Motif Banteng – Putu Diah Pradnya Maharani, B.Sc., mengungkapkan ajang ini dirancang sebagai medium edukasi ideologi Bung Karno kepada generasi muda melalui pendekatan budaya yang kontekstual.
“Nasionalisme tak harus disuarakan lewat pidato atau jargon politik. Lewat fashion, anak-anak muda bisa menunjukkan kebanggaannya terhadap identitas bangsa. Ini sangat sejalan dengan semangat Bung Karno yang mencintai seni dan kebudayaan,” ujarnya.
Dalam atmosfer yang meriah namun sarat makna, Fashion Show Kreasi Endek Banteng menjadi lebih dari sekadar kompetisi gaya. Ia menjelma menjadi deklarasi visual nasionalisme kultural—di mana benang-benang endek dan motif banteng menyulam semangat perjuangan dalam wajah kekinian. (kbs)

