Foto: Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata (Gus Par) hadir langsung mendampingi dan memberi semangat kepada para seniman Gong Kebyar Wanita Duta Kabupaten Karangasem yang tampil dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47.
Denpasar, KabarBaliSatu
Panggung megah Ardha Candra, Taman Budaya Bali, malam itu tak hanya menjadi saksi penampilan seni, tetapi juga menyimpan kisah hangat tentang dukungan tulus seorang pemimpin kepada para seniman muda daerahnya. Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata (Gus Par) hadir langsung mendampingi dan memberi semangat kepada para seniman Gong Kebyar Wanita Duta Kabupaten Karangasem yang tampil dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47.
Tidak seperti kehadiran formal biasa, Gus Par turun langsung ke ruang rias para penari sebelum mereka tampil, membawa energi positif dan pesan sederhana yang penuh makna.
“Jangan grogi. Tunjukkan yang terbaik. Kami bangga!” ujar Bupati Gus Par sambil menyapa dan menyemangati para penari.
Tindakan itu bukan sekadar seremoni, tetapi sebuah pelukan hangat dan nyata terhadap perjuangan para pelaku seni—terutama perempuan muda—yang telah berbulan-bulan berlatih demi mengharumkan nama Karangasem di panggung budaya paling prestisius di Bali.
Dalam ajang tersebut, Gong Kebyar Wanita Duta Karangasem tampil memukau, bersanding dengan Duta Kabupaten Badung, menghadirkan komposisi musikal dan tari yang mencerminkan kekayaan budaya leluhur dan semangat kreativitas generasi muda.
Penampilan mereka mendapat apresiasi luas dari ribuan penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra. Sorotan lampu, hentakan kendang, dan gerakan anggun para penari berpadu dalam harmoni yang menggetarkan.
Turut hadir menyaksikan acara tersebut Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Badung Adi Arnawa serta jajaran pejabat seperti Sekda Karangasem, anggota DPRD Karangasem, dan tamu undangan lainnya.
Bupati Gus Par menegaskan bahwa kehadirannya bukan sekadar mendampingi, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral dan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga marwah kebudayaan Karangasem.
“Seni bukan hanya warisan, tapi juga jati diri. Tugas kami di pemerintahan adalah memastikan para seniman mendapatkan ruang, dukungan, dan penghargaan yang layak. Dari panggung inilah masa depan Karangasem dibangun,” ujar Gus Par.
Ia menambahkan bahwa PKB bukan sekadar festival tahunan, tetapi etalase peradaban Bali yang harus dijaga dengan hati. Melalui seni, Karangasem menunjukkan bahwa budaya adalah denyut nadi kehidupan masyarakat, bukan hiasan sesaat.
“Karangasem tidak sekadar tampil. Karangasem hadir dengan semangat, dengan cinta, dan dengan kebanggaan. Ini bukan hanya soal penampilan, ini tentang menyatu dalam jiwa budaya,” tutupnya.
Seni hidup ketika pemimpinnya hadir, mendengar, dan mendukung sepenuh hati. Dan malam itu, Karangasem tampil tidak hanya dengan irama dan warna, tetapi juga dengan cinta dan kebanggaan yang menyala dari panggung—untuk Bali, dan untuk masa depan. (kbs)