BerandaDaerahBali Naik Kelas, Menparekraf dan Gubernur Koster Dorong Lembaga Ekraf Mandiri

Bali Naik Kelas, Menparekraf dan Gubernur Koster Dorong Lembaga Ekraf Mandiri

Foto: Gubernur Bali Wayan Koster saat bertemu dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya di Jayasabha, Denpasar, Jumat (13/6).

Denpasar, KabarBaliSatu 

Bali kembali menegaskan posisinya sebagai lokomotif ekonomi kreatif nasional. Dalam kunjungannya ke Jayasabha, Denpasar, Jumat (13/6), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menyebut Pulau Dewata sebagai “success story” dari implementasi Undang-Undang Ekonomi Kreatif.

“Bali adalah contoh nyata keberhasilan UU Ekraf. Dari 17 subsektor ekonomi kreatif — mulai dari fesyen, kuliner, seni pertunjukan, hingga konten digital dan kecerdasan buatan — semuanya hidup dan berkembang di sini,” ujar Riefky saat bertemu Gubernur Bali Wayan Koster.

Pertemuan keduanya membahas arah strategis pembangunan ekonomi kreatif nasional, dengan Bali sebagai model terbaik. Menurut Riefky, keberhasilan Bali tak lepas dari kekuatan budaya lokal, potensi SDM kreatif, serta pendekatan berkelanjutan yang konsisten dilakukan pemerintah daerah.

Riefky menyoroti pentingnya memperkuat kelembagaan ekonomi kreatif di tingkat daerah. Selama ini, subsektor kreatif kerap “numpang hidup” di bawah dinas pariwisata atau sebatas bidang kecil. Akibatnya, kebijakan tidak berdampak langsung ke pelaku usaha.

Baca Juga  Gubernur Koster Pimpin Apel Peringatan HUT ke-237 Kota Denpasar, Walikota Jaya Negara Apresiasi Sinergi Pemkot dan Pemprov Dukung Pembangunan Berkelanjutan

“Output-nya selama ini hanya berupa dokumen. Padahal yang kita butuhkan adalah lahirnya pelaku, pengusaha muda, dan karya nyata. Karena itu, kami dorong pembentukan Dinas Ekraf di provinsi dan kabupaten/kota,” tegasnya.

Data Kemenparekraf menunjukkan, 45 persen daerah sudah menyatakan kesiapan membentuk dinas khusus ekraf, sementara 20 persen lainnya tengah dalam tahap persiapan.

Selain kelembagaan, pemerintah pusat juga mendukung berbagai inisiatif ekraf di Bali, mulai dari pengembangan kawasan kreatif, akses pembiayaan, penguatan perlindungan karya lokal, hingga penyelenggaraan turnamen game digital tingkat nasional dan internasional.

“Kita tidak bisa membiarkan kreativitas anak-anak muda hanya dibeli murah oleh investor asing. Kita harus lindungi pelaku lokal dan pastikan mereka berdaya di rumah sendiri,” tambah Riefky.

Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan bahwa arah kebijakan ekonomi Bali saat ini memang dirancang untuk menempatkan ekonomi kreatif sebagai sektor masa depan. Ia mengingatkan, Bali bukan wilayah dengan kekayaan tambang, tapi memiliki warisan budaya dan kreativitas yang tak ternilai.

Baca Juga  Buka Rakerprov KONI Bali, Giri Prasta Optimis Bali Bersinar di PON 2028: Target Lebih Banyak Medali!

“Ekonomi Bali harus dibangun dari kekuatan yang kita punya — yaitu budaya hidup dan kreativitas. Anak-anak muda Bali punya potensi luar biasa, seperti terlihat di PICA Fest dan komunitas kreatif lainnya,” ujarnya.

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik. Ketika sektor pariwisata — yang selama ini menyumbang 66 persen PDRB Bali — kolaps, sektor ekonomi kreatif justru menunjukkan daya tahan dan fleksibilitas.

Atas dasar itu, sejak awal masa kepemimpinannya, Koster menggagas Transformasi Ekonomi Bali berbasis enam sektor unggulan: pertanian, kelautan-perikanan, industri manufaktur berbasis branding Bali, koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif-digital, serta pariwisata sebagai pelengkap, bukan tulang punggung.

Ia juga menyampaikan rencana pembentukan Badan Ekonomi Kreatif dan Digital yang memiliki kewenangan lintas sektor, jauh lebih kuat daripada hanya sebuah bidang dalam dinas.

“Kalau tidak dilindungi, pelaku kecil akan mati di tengah arus kapitalisme global. Harus ada regulasi yang berpihak dan lembaga yang mampu menjembatani kebutuhan pelaku lokal,” tandasnya.

Baca Juga  Walikota Jaya Negara Hadiri Ngeratep Lan Pasupati Sesuhunan Pura Dangka Banjar Bengkel, Ajak Masyarakat Tingkatkan Rasa Sradha Bhakti

Senada dengan Riefky dan Koster, Sekretaris Kementerian Ekraf Dessy Ruhati menyebut Bali sebagai provinsi terbaik dalam penerapan ekonomi kreatif.

“Ketika pandemi membuat ekonomi nasional goyah, Bali justru diselamatkan oleh subsektor ekraf. Apalagi ketika dikawinkan dengan digital, dampaknya luar biasa,” ujarnya.

Dessy menegaskan bahwa kunci keberhasilan Bali terletak pada sinergi kuat antara pusat dan daerah dalam memperkuat literasi bisnis, akses pasar, dan investasi.

Sebagai simbol kerja sama dan penghargaan terhadap budaya lokal, pertemuan ditutup dengan penyerahan cenderamata dari Gubernur Koster kepada Menteri Riefky berupa kain endek Bali — hasil karya perajin lokal binaan Dekranasda Bali yang kini sudah menembus panggung mode dunia, termasuk digunakan oleh rumah mode Christian Dior.

Dengan segala capaian ini, Bali tak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga etalase masa depan ekonomi kreatif Indonesia: berakar pada budaya, bertumpu pada SDM lokal, dan menatap global tanpa kehilangan jati diri. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini