Foto: Anggota Komisi VI DPR RI dari Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih atau yang akrab disapa Demer.
Jakarta, KabarBaliSatu
Anggota Komisi VI DPR RI dari Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih atau yang akrab disapa Demer, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam menghentikan aktivitas pertambangan nikel di kawasan konservasi Raja Ampat, Papua Barat Daya. Ia menyebut Bahlil sebagai sosok pemimpin berani yang berpandangan jauh ke depan.
Menurut Demer, keputusan Bahlil mencabut empat Izin Usaha Pertambangan (IUP), yakni PT Anugerah Surya Pratama, PT Nurham, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Kawei Sejahtera Mining, adalah langkah yang tidak hanya tegas, tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan keberpihakan terhadap masyarakat.
“Pak Bahlil menunjukkan kepemimpinan yang berani dan berpihak pada keberlanjutan. Ini bukti bahwa seorang menteri sekaligus Ketua Umum Partai Golkar mampu menempatkan kepentingan jangka panjang bangsa di atas kepentingan sesaat,” ujar Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu.
Demer menilai bahwa kebijakan tersebut merupakan cerminan dari keberanian politik yang langka, terutama dalam menghadapi tekanan kepentingan investasi jangka pendek yang sering kali mengabaikan dampak lingkungan.
“Menambang di kawasan Raja Ampat adalah kebijakan yang bertentangan dengan semangat pembangunan berkelanjutan. Indonesia tidak boleh mengulang kesalahan lama. Kita butuh pemimpin seperti Pak Bahlil yang berani berkata ‘tidak’ pada investasi yang merusak,” tegas politisi senior Partai Golkar yang telah lima periode duduk di DPR RI ini.
Sebagaimana disampaikan Menteri Bahlil, pencabutan IUP tersebut dilakukan berdasarkan dua pertimbangan utama: pelanggaran terhadap ketentuan lingkungan hidup, serta hasil verifikasi lapangan yang menunjukkan pentingnya melindungi kawasan tersebut karena merupakan habitat laut bernilai konservasi tinggi.
Demer menyampaikan bahwa Raja Ampat adalah kawasan strategis nasional yang memiliki kekayaan ekologi luar biasa. Dengan lebih dari 75 persen spesies karang dunia berada di wilayah tersebut, Raja Ampat telah lama dikenal sebagai salah satu surga laut dunia.
“Pariwisata di Raja Ampat menopang perekonomian masyarakat lokal—mulai dari pemandu wisata, pemilik homestay, pelaku kuliner, hingga jasa transportasi laut. Jika lingkungan rusak akibat tambang, seluruh ekosistem ekonomi rakyat juga akan runtuh,” tegas Demer, yang dikenal getol memberdayakan para pengusaha UMKM Bali hingga dikenal sebagai pahlawan UMKM Bali.
Sebagai kader Partai Golkar, Demer menyampaikan kebanggaannya terhadap Bahlil yang juga menjabat sebagai Ketua Umum partai berlambang pohon beringin tersebut. Ia menyebut kebijakan Bahlil mencerminkan wajah baru Partai Golkar yang lebih progresif dan peduli terhadap isu lingkungan.
“Kepemimpinan Pak Bahlil menunjukkan bahwa Partai Golkar hari ini berdiri tegak dalam perjuangan keberlanjutan. Ini bukan hanya soal menghentikan tambang, tapi soal menjaga warisan bangsa dan dunia,” ujar Demer.
Pengusaha sukses asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu kemudian menyerukan sinergi antara pemerintah, masyarakat adat, aktivis lingkungan, dan pelaku pariwisata untuk menjadikan Raja Ampat sebagai model wisata berkelanjutan kelas dunia. Ia juga mendukung percepatan program zonasi laut serta penguatan peran masyarakat lokal dalam menjaga wilayah pesisir.
“Raja Ampat bukan sekadar aset nasional, melainkan warisan dunia. Kita punya tanggung jawab moral dan konstitusional untuk melindunginya. Keputusan Pak Bahlil adalah langkah awal menuju kebijakan industri yang lebih inklusif dan ramah lingkungan,” tutur Demer.
Demer juga mengapresiasi kehadiran langsung Menteri Bahlil di lokasi tambang sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap keluhan masyarakat. Menurutnya, langkah itu sangat penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
Demer menyatakan harapannya agar langkah ini menjadi titik balik reformasi kebijakan industri nasional ke arah yang lebih berkeadilan, berkelanjutan, dan berpihak kepada rakyat.
“Saya yakin, dengan pemimpin seperti Pak Bahlil, Indonesia bisa membuktikan bahwa pembangunan ekonomi tidak harus merusak lingkungan. Justru sebaliknya, industri dan pariwisata harus saling menguatkan demi masa depan yang hijau dan sejahtera,” pungkas Demer. (kbs)