Foto: Gubernur Bali Wayan Koster (kiri) dan Gde Sumarjaya Linggih alias Demer (kanan).
Denpasar, KabarBaliSatu
Persoalan sampah di Bali yang kian mendesak mendapat perhatian serius dari Ketua DPD Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer. Politisi senior yang juga anggota Komisi VI DPR RI dapil Bali ini menegaskan dukungannya terhadap gerakan Bali Bersih Sampah yang digagas Gubernur Bali Wayan Koster, khususnya melalui pengembangan program waste to energy.
Demer menegaskan bahwa program pengolahan sampah menjadi energi bukan hanya akan menjadi solusi terhadap persoalan lingkungan, tetapi juga menghadirkan peluang investasi yang menjanjikan bagi Bali. Ia memastikan dirinya siap mengawal rencana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk menanamkan modal pada proyek waste to energy.
Dalam waktu dekat, pemerintah pusat diperkirakan segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang waste to energy. Kebijakan ini akan membuka jalan bagi pengolahan sampah menjadi energi listrik dengan jaminan pembelian oleh PLN. Demer mengatakan, harga pembelian listrik dari hasil pengolahan sampah berada di kisaran 13 sen per KWh. Namun, informasi terbaru menyebutkan harga tersebut akan naik menjadi sekitar 20 sen per KWh. Kenaikan harga ini diyakini akan semakin menggairahkan minat investor untuk terjun dalam proyek waste to energy, mengingat dengan harga 13 sen saja sebelumnya sudah cukup banyak pihak yang tertarik.
“Kalau sebelumnya harga beli hanya 13 sen per KWh, informasinya akan naik menjadi sekitar 20 sen. Dengan harga 13 sen saja sudah banyak yang berminat, apalagi jika benar naik ke 20 sen. Ini akan menggairahkan investor,” ujar pengusaha sukses asal Desa Tajun, Kabupaten Buleleng itu.
Menurut Demer, volume sampah di Bali sangat potensial untuk diolah menjadi energi, khususnya di Kota Denpasar yang setiap harinya menghasilkan hampir 1.000 ton sampah per hari. Kondisi ini membuat Bali memiliki peluang besar untuk mengembangkan fasilitas waste to energy.
Gunungan sampah yang ada dinilai bisa diubah menjadi sumber listrik apabila dikelola dengan tepat. Setelah Keppres tentang waste to energy diterbitkan, Danantara disebut siap membuka tender proyek dan memberikan ruang bagi investor lain untuk turut berpartisipasi.
Proyek ini akan dijalankan dengan syarat ketat, yakni menggunakan teknologi ramah lingkungan yang berprinsip zero emission dan zero pollution, serta mampu menghasilkan energi yang dapat langsung diserap oleh PLN.
“Gunung sampah ini kalau dikelola bisa jadi listrik. Dengan Keppres turun, Danantara akan segera lakukan tender, terbuka juga untuk investor lain. Syaratnya jelas: Zero emission, Zero pollution, dan menghasilkan energi yang bisa ditampung PLN,” tegasnya.
Demer menambahkan, posisi Bali yang dikenal dunia membuat daerah ini sangat menarik bagi investor untuk mengembangkan proyek energi ramah lingkungan. Ia berkomitmen menggunakan posisinya di parlemen untuk mempercepat realisasi program ini.
“Ketika rapat di dewan, saya akan dorong Bali menjadi pionir waste to energy. Dengan begitu, masalah sampah segera terselesaikan, sekaligus mendukung pariwisata Bali yang green dan berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, Danantara sebagai lembaga investasi nasional memastikan akan terlibat dalam penanganan sampah dengan membangun fasilitas pengolahan waste to energy di daerah-daerah. Program ini dijalankan secara kolaboratif bersama pemerintah daerah, dengan menggandeng swasta. Keuntungan investasi pun dinilai sesuai kriteria Danantara, sehingga proyek ini diyakini layak secara bisnis sekaligus bermanfaat bagi lingkungan.
Dengan dukungan politik dari Demer, serta komitmen pemerintah daerah dan dunia usaha, program waste to energy diharapkan segera terealisasi. Upaya ini bukan hanya untuk menyelesaikan persoalan sampah kronis di Bali, tetapi juga sebagai tonggak menuju energi bersih yang mendukung citra Pulau Dewata sebagai destinasi wisata hijau kelas dunia. (kbs)