BerandaDaerahSeni dan Tradisi Terbang Tinggi di Festival Layangan Bali

Seni dan Tradisi Terbang Tinggi di Festival Layangan Bali

Foto: Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa didampingi Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, yang juga selaku Pembina Mel Tanjunung Kite Festival, I Wayan Mariyana Wandhira saat membuka Lomba Layang-Layang Mel Tanjung Kite Festival XVI Tahun 2025 dengan menarik layangan di Kawasan Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Minggu (19/7/2025).

Denpasar, KabarBaliSatu

Langit biru Mertasari pagi itu tak hanya disambut mentari, tapi juga oleh desir angin dan riuh semangat para pelayang. Di sanalah, di bawah langit Sanur yang bersahabat, Mel Tanjung Kite Festival XVI digelar penuh suka cita. Sebuah persembahan budaya yang melibatkan hati, angin, dan benang-benang masa depan, bagi generasi muda yang disebut rare angon, pewaris warisan melayangan Bali.

Baca Juga  Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk Tidak Masuk PSN, Demer Usul Perubahan Rute Jadi Tol Gilimanuk-Seririt-Soka: Kaji Ulang Agar Efektif Atasi kemacetan dan Wujudkan Pemerataan Ekonomi

Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, hadir membuka festival ini secara simbolik dengan menarik layangan ke udara. Di hadapannya, hamparan peserta tengah sibuk menyulam angin dengan layang-layang, ada yang berbentuk ikan bebean, naga janggan, hingga layangan mini dan celepuk. Di balik warna-warna merah, putih, kuning, dan hitam khas Bali itu, tersembunyi jiwa-jiwa yang terus berjuang menjaga napas tradisi agar tak terkikis zaman.

Tema tahun ini, “Sattva Lokahita”, bermakna tempat yang membawa keharmonisan dan kebahagiaan bagi semua. Seolah ingin menegaskan bahwa bermain layang-layang bukan sekadar hiburan, tapi sebuah bentuk rasa tanggung jawab terhadap budaya, lingkungan, dan kebersamaan.

Baca Juga  Walikota Jaya Negara Tegaskan Pentingnya Sinergi OPD untuk Tuntaskan 33 Program Prioritas

Lebih dari 1.435 layangan mewarnai langit Denpasar selama tiga hari festival. Mereka datang dari berbagai sekaa dan individu, remaja hingga dewasa, membawa serta kreativitas, teknik, dan doa dalam tiap benang yang ditarik.

I Wayan Mariyana Wandhira, Pembina festival, menekankan bahwa ajang ini bukan hanya kompetisi, melainkan wahana ekspresi dan ruang tumbuh bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan melanjutkan budaya yang diwariskan leluhur.

Arya Wibawa pun menegaskan komitmennya sebagai pimpinan daerah untuk terus mendukung tradisi ini. Baginya, layang-layang adalah lebih dari mainan, ia adalah bentuk seni, identitas kultural, dan magnet wisata budaya yang patut dirawat bersama.

Baca Juga  Bupati Gus Par Wujudkan Ruang Kreatif untuk Anak Muda Karangasem

“Tradisi melayangan ini bukan sekadar warisan, tetapi juga sumber inspirasi. Ia memadukan seni, teknik, dan spiritualitas. Kita harus terus menjaganya, bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan Bali yang tetap berakar pada budayanya,” ujar Arya dengan mata yang tak lepas dari layangan yang mulai menari di langit.

Maka, saat satu demi satu layangan mengudara, bukan hanya warna yang memenuhi cakrawala. Tapi juga harapan, kebanggaan, dan janji bahwa langit Denpasar akan terus menjadi kanvas budaya yang hidup, selama ada angin, dan selama ada jiwa yang setia menjaga tradisi.(kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini