BerandaDaerahITB dan Koloni BSF Indonesia Gencarkan Kemandirian Pengelolaan Sampah Organik melalui Pelatihan...

ITB dan Koloni BSF Indonesia Gencarkan Kemandirian Pengelolaan Sampah Organik melalui Pelatihan Budidaya Black Soldier Fly di Desa Bitera, Gianyar, Bali

Foto: Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat Skema Bottom-Up 2025 menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Larva Lalat Hitam (Black Soldier Fly/BSF) dalam Upaya Pengelolaan Sampah Organik” di Desa Bitera, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali.

Denpasar, KabarBaliSatu

Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat Skema Bottom-Up 2025 menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Larva Lalat Hitam (Black Soldier Fly/BSF) dalam Upaya Pengelolaan Sampah Organik” di Desa Bitera, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 19 Juli 2025 ini menjadi salah satu langkah konkret ITB dalam menjawab tantangan pengelolaan sampah organik yang dihadapi masyarakat setempat, seiring penerapan kebijakan pemilahan sampah dari sumber oleh pemerintah daerah. Di tengah upaya tersebut, masyarakat desa mengungkapkan perlunya dukungan dalam bentuk edukasi dan praktik pengelolaan sampah yang efektif, terutama dalam mengelola limbah rumah tangga yang cepat membusuk.

Kegiatan pelatihan turut dihadiri oleh Lurah Bitera I Kadek Karyana SE,Kepala Bandesa Desa Adat Bitera Ir.I Nyoman Sumantra,MT. Kegiatan ini juga diikuti oleh 20 peserta, terdiri atas 15 orang masyarakat adat dan 5 orang pengurus Desa Bitera, yang mengikuti rangkaian kegiatan dengan antusias. Materi yang diberikan meliputi teori dasar tentang siklus hidup lalat tentara hitam, teknik budidaya larva atau maggot, serta pemanfaatan hasil biokonversi seperti maggot basah, tepung maggot, minyak maggot, dan kasgot (pupuk organik). Tidak hanya berhenti pada teori, peserta juga mendapatkan pengalaman langsung melalui praktik lapangan, mulai dari pemilahan sampah hingga pengelolaan kandang maggot.

Baca Juga  Siapkan Transportasi Publik di Jalur Shortcut Singaraja-Mengwi, Gubernur Koster: Mahasiswa dan Karyawan Tidak Perlu Ngekos di Denpasar

Menariknya, kegiatan ini juga menghadirkan Bapak Adi Akhmad Abdillah, seorang praktisi berpengalaman dalam budidaya BSF dan pengolahan sampah organik, yang telah sukses menerapkan pendekatan ini di berbagai komunitas. Beliau hadir mewakili Komunitas Koloni BSF Indonesia dan berperan penting dalam memandu praktik lapangan bersama warga. Dalam sesi interaktif tersebut, Pak Adi tidak hanya membagikan pengetahuan teknis tetapi juga berbagi kisah sukses yang menginspirasi peserta untuk melihat potensi ekonomi dari budidaya BSF secara mandiri.

Tim pengabdian ITB yang dipimpin oleh Bapak Ade Engkus Kusnadi, S.Pd., M.Pd. turut melibatkan sejumlah dosen dari berbagai latar belakang keahlian, yaitu Dr. Mulyaningrum, S.Hut., M.Si., Dr. Sutiadi Rahmansyah, S.S., M.Hum., dan Dr. Ridwan Fauzi, S.Pd., M.H., serta dua asisten mahasiswa, Stefany Septiawati Nababan dan Valtya Farah Regina Mandaliko. Mereka bersama-sama merancang pendekatan edukatif dan aplikatif yang sesuai dengan kondisi lokal, membangun demonstration plot (demplot) sebagai contoh nyata budidaya BSF, dan mendampingi masyarakat dalam proses awal implementasi di lapangan.

Baca Juga  Insiden Pesawat Airfast di Bandara Ngurah Rai, Demer: Bandara Bali Utara Harus Segera Dibangun! Jangan Menaruh Telur di Satu Keranjang

Menurut Ade Engkus Kusnadi, kegiatan ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan teknologi pengelolaan sampah berbasis biokonversi, tetapi juga mengembangkan potensi ekonomi masyarakat. “Kami ingin membekali masyarakat dengan keterampilan yang aplikatif dan berkelanjutan. Dengan mengenal budidaya BSF, masyarakat tidak hanya bisa mengelola sampah organik dengan lebih baik, tetapi juga memperoleh manfaat ekonomi dari hasil budidayanya,” ujar Ade Engkus Kusnadi, S.Pd., M.Pd., selaku ketua tim pengabdian saat ditemui di sela kegiatan.

Kepala Kelurahan Bitera I Kadek Karyana,SE menyambut baik kegiatan Pengabdian Masyarakat tim ITB ini, karena selaras dengan program pemerintahan Provinsi Bali,khususnya di Kabupaten Gianyar terkait akselerasi penanganan sampah khususnya sampah organik ini. Kemudian senada yang sama Ir.Nyoman Sumantra,MT selaku Kepala Bandesa Desa Adat Bitera mengharapkan melalui program ini menambah wawasan peserta terkait penanganan sampah yang tidak hanya bermanfaat,namun dapat menambah nilai ekonomi dari magot itu sendiri. Ia berujar “semoga dengan kehadiran tim ITB ini, masyarakat kami mulai sadar terkait peran serta mereka khususnya untuk mulai memilih sampah dan mulai menerapkan penanganan sampah berbasis magot untuk skala rumahan”.

Baca Juga  Walikota Jaya Negara Dorong Kolaborasi Antar Kota di Rakor APEKSI: Wujud Komitmen Denpasar di Kancah Nasional

Kegiatan ini turut mendukung berbagai kebijakan nasional dan daerah, seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Gubernur Bali No. 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, serta sejalan dengan visi Gianyar BAGUS (Bersih, Aman, Giat, Berbudaya, dan Sejahtera).

Pendekatan kolaboratif antara perguruan tinggi, komunitas praktisi, dan masyarakat desa ini diharapkan dapat menciptakan sistem pengelolaan sampah organik yang mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, melalui kegiatan ini maka ITB menegaskan perannya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan aksi nyata yang berpihak pada kebutuhan masyarakat. Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik kesadaran lingkungan, memperluas praktik ekonomi sirkular, serta membuka peluang usaha baru berbasis teknologi tepat guna bagi warga Desa Bitera. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini