BerandaDaerahGema Sakral dari Sidakarya: Ketika Bandana Sidhi Gurnita Menyihir Ardha Candra

Gema Sakral dari Sidakarya: Ketika Bandana Sidhi Gurnita Menyihir Ardha Candra

Foto : Gubernur Bali, Wayan Koster, Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua Komisi III DPRD Kota Denpasar, I Wayan Suadi Putra, dan Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana saat menyaksikan penampilan Sekehe Gong Kebyar Bandana Sidhi Gurnita, Desa Adat Sidakarya sebagai Duta Kota Denpasar pada Utsawa Gong Kebyar Dewasa PKB XLVII di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center, Rabu (10/7/2025) malam.

Denpasar, KabarBaliSatu

Pada malam yang sarat cahaya dan haru di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, sebuah kisah tentang dedikasi, warisan, dan cinta pada seni Bali hidup kembali. Rabu, 10 Juli, Sekehe Gong Kebyar Dewasa Bandana Sidhi Gurnita dari Desa Adat Sidakarya, sebagai duta Kota Denpasar, menorehkan jejak emosional yang tak mudah dilupakan dalam jagat seni tabuh dan tari.

Baca Juga  Walikota Jaya Negara Tegaskan Pentingnya Sinergi OPD untuk Tuntaskan 33 Program Prioritas

Mereka tak sekadar tampil. Mereka mempersembahkan jiwa.

Di tengah ribuan pasang mata yang larut dalam alunan nada dan gerak sakral, Gubernur Bali Wayan Koster, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Walikota I Kadek Agus Arya Wibawa, dan para pemangku kebijakan lainnya, hadir menyaksikan bagaimana Denpasar mengucap bahasa budaya dengan lantang dan indah.

Sejak awal tahun, latihan demi latihan dijalani tanpa kenal lelah. Semangat itu kini terbayar tuntas.

“Kami hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Denpasar,” tutur I Wayan Suwitra, S.Sos., koordinator Sekehe, dengan mata berkaca. “Hari ini, kami mempersembahkan bukan sekadar pertunjukan, tapi rasa syukur kami akan budaya dan leluhur.”

Baca Juga  Kejuaraan Walikota Cup XV Resmi Dibuka, Arya Wibawa Ajak Atlet Muda Raih Prestasi

Tiga mahakarya dipentaskan malam itu. Tabuh Nem Lelambatan Kreasi Tunjur, sebuah gending yang menggambarkan mekarnya bunga Teratai, anggun, lembut, namun penuh daya. Dalam gending ini, keheningan dan harmoni berpadu seperti telaga yang tak terusik, memberi ketenangan bagi siapa pun yang mendengarnya.

Lalu hadir Tari Kreasi Parama Sidha Sidhi, mengangkat ritus pujawali dan Ngusaba Nini, di mana Betara Nini, simbol kemakmuran, dan Ida Dalem Sidakarya bertemu dalam gerak yang penuh makna. Gerakan Legong dan Sesaputan tidak sekadar menari, melainkan menjadi doa yang mengalir di udara.

Puncaknya adalah Pragmen Tari Sabbaā. Ritual pemurnian antara api dan air yang dituturkan melalui tubuh-tubuh penari. Sebuah kisah purba tentang pertemuan suci di Pura Parerepan Samuantiga, yang hingga kini diyakini masyarakat Sidakarya sebagai jalan terang spiritual.

Baca Juga  Perseden Siap Bertanding di Yogyakarta, Wagub Giri Prasta Titip Pesan Sportivitas

Tak heran, Walikota Denpasar pun dibuat terpukau. Ia mengacungkan jempol atas konsep, garapan, dan detail artistik yang dihadirkan seniman muda Denpasar.

“Garapannya luar biasa. Ada ruh dalam setiap gerak dan nada. Ini bukti bahwa penabuh dan penari Denpasar adalah permata dalam dunia kesenian Bali,” ucapnya bangga.

Malam itu, Denpasar tidak hanya tampil. Ia bersuara. Ia berdoa. Ia mengingatkan kita bahwa budaya bukan sekadar warisan, tapi napas yang harus terus dijaga agar tak padam di telan zaman. (kbs)

Berita Lainnya

Berita Terkini