Foto: Bupati Klungkung, I Made Satria, mengambil langkah tegas menghentikan pembangunan sebuah bangunan yang berdiri terlalu dekat dengan Pura Penataran Ped, salah satu pura paling disakralkan di Bali.
Klungkung, KabarBaliSatu
Bupati Klungkung, I Made Satria, mengambil langkah tegas menghentikan pembangunan sebuah bangunan yang berdiri terlalu dekat dengan Pura Penataran Ped, salah satu pura paling disakralkan di Bali. Langkah ini diambil usai Bupati Satria melakukan persembahyangan di pura tersebut pada Sabtu (5/7), sekaligus mendengar langsung keresahan masyarakat setempat.
Bangunan yang didirikan di kawasan pesisir Desa Ped, tepat di sisi timur pura, dinilai mengancam kesucian wilayah suci Sad Kahyangan Jagat. Tanpa ragu, Bupati Satria—yang juga berasal dari desa yang sama—langsung memerintahkan penghentian kegiatan di lokasi. “Pembangunan ini jangan dilanjutkan. Ini menempel dengan pura,” ucapnya dengan nada tegas kepada para pekerja di lokasi.
Lebih lanjut, Bupati menekankan bahwa kawasan suci pura bukan tempat untuk bangunan sembarangan, apalagi jika dibangun tanpa izin resmi. Ia menyayangkan proyek ini sempat berjalan meski belum jelas legalitas maupun pemiliknya. “Informasi yang saya terima, bangunan ini diduga milik seorang warga negara asing. Warga pengempon pura sangat resah,” tambahnya.
Penolakan ini mencerminkan sikap politik yang berpihak pada kearifan lokal, di tengah maraknya pembangunan berbasis pariwisata yang seringkali mengabaikan nilai-nilai spiritual dan budaya Bali. Keputusan Bupati Satria menjadi sinyal kuat bahwa pembangunan harus tetap dalam koridor adat, budaya, dan norma masyarakat setempat.
Kepala Satpol PP dan Damkar Klungkung, Dewa Suwarba, mengonfirmasi akan segera turun ke lokasi untuk menindaklanjuti perintah Bupati. “Kami akan segera menindaklanjuti dan mengecek langsung kondisi bangunan,” ujarnya singkat.
Langkah cepat dan tegas ini menjadi bentuk nyata komitmen Bupati Satria dalam menjaga martabat pura dan ruang-ruang suci Bali dari intervensi pembangunan yang tidak sensitif budaya. Di tengah derasnya arus investasi, suara rakyat dan suara leluhur masih dijaga. (kbs)