Foto: Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ibu Putri Suastini Koster, saat menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali yang digelar Sabtu, 28 Juni 2025, di Gedung Wiswa Sabha, Denpasar.
Denpasar, KabarBaliSatu
Dalam semangat mengapresiasi dedikasi perempuan di garda terdepan pelayanan kesehatan, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ibu Putri Suastini Koster, menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali yang digelar Sabtu, 28 Juni 2025, di Gedung Wiswa Sabha, Denpasar. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Pembina Posyandu Bali, Ibu Putri menekankan peran strategis para bidan dalam menekan angka stunting dan memperkuat kualitas kesehatan keluarga di Pulau Dewata.
Di hadapan ratusan bidan dari seluruh Bali, serta di hadapan Ketua BKOW Bali Ny. Seniasih Giri Prasta, Ibu Putri mengungkapkan bahwa saat ini angka stunting di Bali hanya berkisar 6 persen—salah satu yang terendah di Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa target sesungguhnya adalah angka nol.
“Stunting bermula dari masa remaja. Di sinilah bidan berperan penting untuk memberikan edukasi sejak dini kepada para remaja putri. Jangan sampai kita lengah. Pencegahan jauh lebih penting daripada mengobati,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa jika seorang anak sudah divonis stunting, perkembangan otaknya bisa terganggu secara permanen. Namun bila baru dalam tahap kurang gizi, masih ada waktu untuk diperbaiki. Karena itu, ia mendorong bidan untuk terus mengedukasi masyarakat serta memperkuat sinergi dengan Dinas Kesehatan dan rumah sakit.
“Apa yang dilakukan para bidan di Bali ini sungguh luar biasa. Mari terus bergerak bersama demi menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas generasi muda Bali,” ujar Ibu Putri.
Di akhir sambutannya, ia mengajak seluruh bidan di Bali untuk terus meningkatkan profesionalisme dan memberikan pelayanan yang berlandaskan empati. Baginya, bidan bukan hanya tenaga medis, tapi juga penjaga masa depan bangsa.
“Kita ingin generasi Bali tumbuh sehat, cerdas, dan unggul. Itu hanya bisa terwujud jika bidannya juga unggul dan profesional,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua IBI Provinsi Bali, Ni Nyoman Budiani, dalam sambutannya mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Ibu Putri Koster terhadap profesi bidan. Ia menyampaikan komitmen IBI untuk terus mendukung program pemerintah, khususnya dalam menurunkan angka stunting.
“Peran bidan tidak hanya saat persalinan. Kami hadir sejak remaja, kehamilan, hingga masa tumbuh kembang anak. Karena itu, kami terus meningkatkan kompetensi agar pelayanan kami selalu penuh standar dan empati,” ujar Budiani.
Ia juga memastikan bahwa IBI Bali akan terus bersinergi dengan Dinas Kesehatan, rumah sakit, dan komunitas lokal untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan, terutama di desa dan kelurahan.
Acara perayaan HUT IBI Bali tahun ini juga menampilkan sebuah sentuhan budaya yang memikat: fashion show endek Bali. Para bidan dari seluruh kabupaten/kota tampil anggun dengan busana berbahan kain endek, rancangan koleksi Ibu Putri Suastini Koster. Tak hanya mencuri perhatian, peragaan ini menegaskan bahwa perempuan—termasuk mereka yang bekerja di sektor kesehatan—juga bisa menjadi duta pelestari budaya lokal.
Kehadiran para bidan dalam balutan endek menjadi simbol sinergi antara pelayanan kesehatan dan pelestarian warisan budaya. Di balik seragam putih, mereka membawa semangat pengabdian dan kecintaan terhadap tanah kelahiran—sebuah perpaduan harmonis antara tugas profesional dan jati diri perempuan Bali. (kbs)