Foto: Ny. Putri Suastini Koster saat menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-47 Teater Mini yang digelar di Kertasaba, Jayasabha, rumah jabatan Gubernur Bali, pada Rabu (18/6) sore.
Denpasar, KabarBaliSatu
Di tengah arus digitalisasi yang kian masif, ruang-ruang kreatif seperti Teater Mini justru menemukan relevansi barunya. Hal ini ditegaskan oleh Ibu Putri Suastini Koster saat menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-47 Teater Mini yang digelar di Kertasaba, Jayasabha—rumah jabatan Gubernur Bali—pada Rabu (18/6) sore.
Momentum ini terasa istimewa. Selain merayakan usia Teater Mini yang hampir setengah abad, acara juga bertepatan dengan ulang tahun ke-82 sang pendiri, maestro teater klasik Bali Ida Bagus Anom Ranuara. Sosok visioner yang telah mendedikasikan hidupnya untuk panggung seni dan budaya Bali.
Dalam sambutannya, Putri Koster berbicara bukan hanya sebagai istri pejabat publik, tapi sebagai seniman yang tumbuh besar dari panggung kecil yang kini menjadi besar: Teater Mini.
“Di sinilah saya pertama kali mengenal dunia seni. Dari membaca puisi, bermain peran, hingga menjadi pembawa acara. Semua berawal di sini,” ujar Putri dengan nada personal namun penuh makna. Ia menekankan, pengalaman di Teater Mini adalah pondasi kepercayaan diri dan karakter yang ia miliki hari ini.
Bagi Putri Koster, seni bukan sekadar bentuk ekspresi atau hiburan, melainkan media pendidikan karakter yang efektif, terutama bagi generasi muda. “Seni mengasah rasa, membentuk mental, dan menanamkan disiplin. Anak-anak yang akrab dengan seni, akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan peka,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga memberikan apresiasi khusus kepada Direktur Jasa Marga Bali Tol yang telah menjadi orang tua asuh bagi Teater Mini. Ia menyebut dukungan ini sebagai bentuk kolaborasi ideal antara dunia seni dan dunia usaha dalam menjaga denyut kehidupan budaya.
“Ini bukti bahwa dunia usaha juga bisa menjadi motor keberlanjutan seni. Jika kita ingin anak-anak kita punya karakter kuat, seni adalah salah satu jalannya,” ujarnya tegas, mengisyaratkan bahwa dukungan politik terhadap seni bukan lagi pilihan, tapi keharusan.
Acara ulang tahun Teater Mini juga dihadiri para tokoh teater dan seni peran dari Kota Denpasar, termasuk pendiri Sanggar Kukuruyuk, Made Taro. Peringatan ini dimeriahkan dengan pemutaran dokumentasi drama klasik Dewi Sukesi, serta pembacaan puisi dari komunitas Teater Angin—momen yang menyentuh dan sarat makna.
Menutup sambutannya, Putri Koster menyampaikan harapan agar Teater Mini terus menjadi ruang tumbuh bagi anak-anak muda Bali. “Selamat ulang tahun ke-47 Teater Mini. Tetaplah jadi rumah yang merawat bakat, menumbuhkan jiwa, dan membangun karakter generasi penerus bangsa,” tutupnya. (kbs)